Today’s Outlook:
Pasar ekuitas global rontok sementara US Dollar melonjak menyusul data GDP AS untuk kuartal 2 / 2023 ternyata dirilis lebih kuat dari ekspektasi walaupun di tengah terpaan trend naik suku bunga oleh Federal Reserve dan European Central Bank. Departemen Perdagangan AS melaporkan US GDP 2Q23 tumbuh 2.4% yoy, mengalahkan estimasi dari para ekonom yang dikumpulkan oleh polling Reuters, serta memupuskan kekhawatiran akan adanya resesi sebagai hasil kebijakan moneter ketat The Fed. Sedangkan Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Initial Jobless Claims mingguan yang juga lebih baik dari ekspektasi secara lebih sedikit orang yang mengajukan klaim pengangguran (actual : 221 ribu versus forecast : 235 ribu, previous : 228 ribu). Satu lagi data dari sektor properti yaitu Pending Home Sales (June) yang juga lebih baik dari perkiraan -0.5% mom, malah ternyata muncul di angka 0.3% mom; jelas-jelas merupakan pertumbuhan yang lebih baik dari bulan Mei di -2.5%.

Dari belahan benua Eropa, Eurozone kembali naikkan suku bunga 25 bps ke level 4.25%. Dalam konferensi pers-nya, ECB President Christine Lagarde menyatakan bahwa ke depannya, ECB akan mengambil keputusan terkait trend suku bunga dengan memantau laporan data ekonomi; serta menentukan apakah harus mengerem (pause) atau menaikkan (hike) secara bertahap (meeting by meeting), alias pada satu rapat setiap waktunya. Beliau juga menegaskan bahwa pemotongan (rate cut) tidak mungkin dilakukan untuk saat ini. Sementara itu, Gfk German Consumer Climate (Aug) menjelaskan keyakinan konsumen yang sedikit lebih optimis atas aktifitas ekonomi di bulan Agustus nanti. Demikian pula dengan Korea Selatan yang melaporkan South Korea Manufacturing BSI Index di atas ekspektasi, di mana survei ini menginvestigasi trend bisnis dan bagaimana para pelaku bisnis memandang kondisi usaha saat ini dan tendensi ke depannya dengan lebih optimis.

Dari sudut komoditas, harga Minyak naik, memulihkan sebagian besar kerugian dari sesi sebelumnya di tengah melemahnya US Dollar dan prospek pasokan yang lebih ketat, sementara pasar juga mencerna sinyal beragam tentang kebijakan moneter dari Federal Reserve. Harga Emas menanjak ke level tertinggi 1 minggu, didukung oleh US Dollar yang sedikit lebih lemah, sementara para trader mencerna komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell setelah kenaikan suku bunga yang sudah diekspektasi banyak pihak. Futures CPO Malaysia merosot 3 sesi berturut-turut, terseret oleh Malaysian Ringgit yang lebih kuat dan kargo asal Indonesia yang lebih murah, meskipun kerugian dibatasi oleh minyak nabati dan minyak mentah saingan yang lebih kuat.

Dari dalam negeri, sentimen yang kurang kondusif disebabkan oleh melemahnya nilai tukar Rupiah ke tingkat IDR15.003 / USD ; walaupun Money Supply M2 di Indonesia meningkat menjadi IDR8.372,6 triliun pada bulan Juni (dari posisi IDR8.332,3 triliun di bulan Mei).

Corporate News
Entitas Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tuntaskan Buyback Obligasi USD220 Juta Perusahaan Gas Negara (PGAS) telah membuyback surat utang senilai USD 220 juta. Itu dilakukan perseroan melalui usaha yaitu Saka Energi Indonesia (SAKA). Hasil itu berdasar masa penawaran awal pada 21 Juli 2023. Dengan fakta itu, nilai surat utang masih beredar tersisa USD 156.25 juta. Sisa obligasi senior tersebut akan jatuh tempo pada Mei 2024. Pelaksanaan buyback telah sesuai hukum di Indonesia, dan New York. (Emiten News)

Domestic Issue
PHEI: Pasar Obligasi Indonesia Bakal Positif di Semester II 2023 PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) memproyeksikan pasar obligasi Indonesia akan positif pada semester II ini. Salah satu pemicunya yaitu kondisi makro domestik. Seiring dengan proyeksi tersebut, PHEI melaporkan Indonesia Composite Bond Index atau ICBI naik sebesar 6.48% sejak awal tahun ini (year to date/ytd) ke level 367.11. Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PHEI Roby Rushandie mengatakan, kenaikan ICBI didorong oleh Indeks Obligasi Pemerintah Total Keuntungan yang naik 6.61% ytd dan Indeks Obligasi Korporasi Total Keuntungan yang naik 4.64%ytd. “Pergerakan positif pasar obligasi pada semester I 2023 ditopang oleh tren penurunan level inflasi di global terutama di AS,” katanya dalam paparannya, Kamis kemarin. Hal ini turut mendorong ekspektasi jika The Fed maupun bank sentral utama lainnya di global mulai akan memperlambat laju kenaikan suku bunga acuannya. (Katadata)

Recommendation
US10YT memang tengah on the way menuju TARGET upper channel pada yield : 4.243% ; namun baiknya AVERAGE UP dilakukan di atas Resistance dari level previous High 4.094%.

ID10YT tampaknya harus pullback sejenak untuk menguji Support upper channel yang telah tertembus, serta jajaran Support MA20 & MA10 pada range : yield 6.242% – 6.226%. Jika ID10YT mampu bertahan di atas Support tersebut, maka yield masih punya kesempatan melaju menuju TARGET : MA50 di 6.313% ; ataupun TARGET secara pattern yang terletak di level 6.384%. ADVISE : SPECULATIVE BUY ; or Average Up accordingly.

Download full report HERE.