Today’s Outlook:

MARKET AS: Para investor mencerna STATEMENT DARI FEDERAL RESERVE CHAIRMAN JEROME POWELL yang memberi sinyal bahwa suku bunga tinggi masih diperlukan untuk waktu yang lebih lama, menyikapi data Inflasi AS bulan Maret 3.5% yoy yang menguat di atas ekspektasi. Lengkapnya Powell mengatakan bahwa data ekonomi belakangan ini jelas tidak memberikan keyakinan yang cukup bagi bank sentral untuk mulai memangkas suku bunga, namun juga menambahkan bahwa kebijakan suku bunga higher for longer saat ini cukup sesuai untuk menghadapi resiko Inflasi di masa depan. UBS market strategist malah perkirakan The Fed mungkin perlu untuk naikkan suku bunga sampai 6.5% tahun depan jika pertumbuhan ekonomi AS dan Inflasi yang sticky tetap tak terbendung. Di sisi lain, Powell juga mengatakan bahwa potensi melonggarkan kebijakan moneter masih ada jikalau terbukti ada pelemahan signifikan di sektor tenaga kerja. Tak ayal statement beliau di atas kembali memukul harapan pemotongan suku bunga segera terwujud tahun ini, dan sebaliknya mendorong yield US Treasury lebih tinggi, di mana yield obligasi tenor 2 tahun naik ke atas 5% utk pertama kalinya sejak Nov.

KOMODITAS : Harga MINYAK ditutup turun pada perdagangan Selasa akibat sentimen negatif dari perkembangan ekonomi global, membatasi potensi naik yang berasal dari ketegangan geopolitik wilayah Timur Tengah , secara dunia sekarang memantau respons Israel atas serangan Iran pada akhir pekan lalu. Futures minyak mentah BRENT untuk pengiriman Juni ditutup 8 sen lebih rendah, atau 0,1% pada USD 90,02 / barel, sedangkan US WTI untuk pengiriman Mei turun 5 sen, atau 0,1%, menjadi berakhir pada harga USD 85,36 / barel. Kecenderungan kebijakan moneter ketat masih diberlakukan, dinilai para pelaku pasar akan memukul kemampuan ekonomi dan daya beli energi global. Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengungkapkan bahwa AS berniat untuk menerapkan sanksi ekonomi baru kepada Iran terkait serangan mereka kepada Israel, dan sanksi ini diharapkan akan membendung kapasitas produksi / ekspor minyak Iran. Diketahui Iran memproduksi lebih dari 3juta barrel per day sebagai salah satu produsen minyak utama dunia, bergabung di dalam OPEC+. Sementara itu, persediaan minyak mentah AS tercatat naik 4.1 juta barrel pekan lalu, menurut data dari American Petroleum Institute (API) ; kenaikan yang lebih tinggi dari perkiraan hanya 1,4 juta barrel.

MARKET ASIA & EROPA : CHINA laporkan GDP kuartal 1 mereka bertumbuh pada level 5.3% yoy, sukses di atas estimasi 4.8% dan juga dari kuartal sebelumnya 5.2% ; walau ditimpali oleh pertumbuhan Retail Sales & Industrial Production bulan Maret yang di bawah perkiraan. Masih belum ada secercah harapan pada krisis property mereka, harga rumah merosot lebih lanjut di bulan Maret , output semen China pun tergerus 22% di bulan Maret (merupakan penurunan bulanan terbesar sepanjang masa). Para ekonom menilai para pembuat kebijakan China perlu meluncurkan lebih banyak dukungan / stimulus. Data makroekonomi ini tak mampu mencegah jatuhnya mata uang Yuan dan pasar saham China.

Corporate News
Adira Finance (ADMF) Terbitkan Obligasi IDR 2 Triliun PT Adira Dinamika Multifinance Tbk (ADMF) atau Adira Finance menerbitkan obligasi sebanyak IDR 2 triliun. Ini terdiri dari Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap III Tahun 2024 dengan jumlah pokok IDR 1.6 triliun serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan V Adira Finance Tahap III Tahun 2024 sebesar IDR 400 miliar. Mengutip keterbukaan informasi, Selasa (16/4/2024), Obligasi Berkelanjutan VI Adira Finance Tahap III Tahun 2023 terdiri dari tiga seri yakni seri A yang menawarkan IDR 1.07 triliun dengan bunga 6.40% per tahun. Seri tersebut memiliki jangka waktu 370 hari kalender terhitung sejak tanggal emisi. Kemudian seri B yang menawarkan IDR 391 miliar dengan bunga obligasi 6.55% per tahun. Jangka waktu seri tersebut adalah 36 bulan yang terhitung sejak tanggal emisi. Ketiga seri C yang menawarkan obligasi sebanyak IDR 129.3 miliar dengan jumlah bunga 6.65% dan jangka waktu obligasi 60 bulan. Kemudian, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan V Adira Finance Tahap III Tahun 2024 terdiri dari tiga seri yakni seri A dengan jumlah yang ditawarkan IDR 338.9 miliar dengan pendapatan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang sukuk, di mana besarnya nisbah adalah 53.33% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil sebesar ekuivalen 6.40% per tahun. Adapun, jangka waktu sukuk Mudharabah adalah 370 hari kalender terhitung sejak tanggal emisi. Kemudian, seri B dengan penawaran IDR 39 miliar dengan pendapatan bagi hasil yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang sukuk, di mana besarnya nisbah adalah 54.58% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil sebesar ekuivalen 6.55% per tahun. Jangka waktu seri B adalah 36 bulan terhitung sejak tanggal emisi. Terakhir, jumlah dana sukuk seri C yang ditawarkan adalah sebesar IDR 22 miliar dengan pendapatan bagi hasil sukuk yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang sukuk, di mana besarnya nisbah adalah 55.42% dari pendapatan yang dibagihasilkan dengan indikasi bagi hasil sebesar ekuivalen 6.65% per tahun. (Bisnis)

Domestic Issue
Target Penerbitan SBN Turun pada Kuartal II-2024, Ini Pemicunya Target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) mengalami penurunan pada kuartal II 2024. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) menargetkan penerbitan SBN sebesar IDR 170 triliun dengan lelang yang dilakukan sebanyak 10 kali. Namun, target tersebut turun dibanding target lelang pada kuartal sebelumnya yang sebesar Rp 230 triliun. Sebab pada periode Januari-Maret 2024, Kemenkeu melakukan lelang SBN hingga 13 kali. Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto memprediksi, target penyerapan SBN lebih sedikit pada kuartal II karena adanya periode libur Lebaran. Hal ini dikhawatirkan akan menurunkan kuantitas lelang yang menjadi jadi lebih sedikit. Meski targetnya menurun, Myrdal mengingatkan agar pemerintah tetap waspada dalam mempertimbangkan penerbitan SBN pada kuartal II 2024 serta ke depannya. Pertama, mempertimbangkan risiko pasar akibat ketidakpastian kondisi ekonomi yang tinggi, serta kondisi geopolitik yang kembali memanas hari ini akibat ketegangan Iran vs Israel. “Ini yang akan membuat biaya berhutang menjadi lebih mahal,” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (15/4). Kedua, pemerintah perlu mengantisipasi risiko dari likuiditas karena investor akan menahan likuiditasnya untuk melakukan investasi dan cenderung bersikap risk averse atau menghindari risiko. Pertimbangan tersebut, lanjutnya berlaku untuk mayoritas investor global. “Jadi pemerintah dalam melakukan aksi pembiayaan dapat mengandalkan investor lokal,” ungkapnya. Lebih lanjut, Ia memperkirakan prospek imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun 2024, dari 6.62% akan mencapai 6.78%. (Kontan)

Recommendation

US10YT tepat mengenai resistance upper channel pada titik High yield intraday : 4.698%, di kala RSI juga masuki wilayah Overbought. Berhubung kenaikan yield dipicu oleh statement Federal Reserve Chairman Jerome Powell terkait trend Inflasi AS, maka our best ADVISE : set your Trailing Stop, belum terlalu urgent utk jual sekarang karena sentimen masih mendukung. Belum ada negative divergence juga pada RSI.

ID10YT overshoot ke area Target 6.948% – 6.962% langsung mengenai Target jk.pendek. Tak ayak membuat RSI juga langsung masuk ke wilayah Overbought. Menanggapi pergerakan tiba-tiba ini yang juga mungkin menyesuaikan diri dengan bullish-nya US10YT, maka our best ADVISE : set your TRAILING STOP dengan Support terdekat : yield 6.867%.

Download full report HERE.