-GOVERNMENT BONDS-

Investor kembali minati Surat Berharga Negara (SBN) tenor panjang yang masih menawarkan yield antara 6% hingga 7%. Permintaan ini, dibarengi dengan aksi switching dari SBN tenor pendek yang menawarkan yield relatif kurang atraktif antara 3% hingga 5%. Aksi ini juga mengindikasikan optimisme pelaku pasar dalam memandang prospek jangka panjang ekonomi Indonesia. Investor tidak keberatan menyimpan dana investasinya dalam SBN bertenor panjang. Adapun sentimen positif eksternal berasal dari ekspektasi pemulihan ekonomi Inggris dan AS, membuat ekspor Indonesia berpeluang membaik.

-CORPORATE BONDS-
Emiten Sinarmas Rilis Obligasi IDR 3,55 Triliun. Emiten kertas Grup Sinarmas, Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) mencatatkan obligasi dengan emisi senilai IDR 3,55 triliun di Bursa Efek Indonesia, Senin, 14 Desember 2020. Perseroan menerbitkan tiga seri Obligasi Berkelanjutan I Indah Kiat Pulp & Paper Tahap III Tahun 2020. Seri A senilai IDR 504,63 miliar dengan kupon 8,5% dengan tenor 370-hari. Seri B dengan nilai IDR 2,46 triliun dengan bunga 10% per tahun dan tenor 3-tahun. Serta seri C dengan nilai yang diterbitkan IDR 582,71 miliar dengan bunga yang ditawarkan 11% per tahun dengan tenor 5-tahun. (CNBC Indonesia)

-MACROECONOMY-
Kemenkeu Buka Peluang Prefunding Utang di Akhir Tahun. Kementerian Keuangan membuka peluang untuk menarik utang di akhir tahun guna memenuhi kebutuhan belanja pelaksanaan APBN di awal tahun 2021 atau disebut pre funding. Untuk memutuskan pre funding atau tidaknya, pemerintah masih harus memantau pelaksanaan APBN 2020 yang masih tersisa dua pekan ke depan. Untuk melakukan pre funding pemerintah dapat melakukannya dengan penerbitan SBN domestik di minggu keempat Desember. Sementara itu, opsi pre funding dapat dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kondisi market yang menguntungkan. Kendati begitu, saat ini posisi kas pemerintah dinilai masih cukup untuk menutupi kebutuhan di awal tahun depan. (Investor Daily)

-RECOMMENDATION-
Likuiditas Tinggi Tekan Yield Terendah Sejak 2018. Berkurangnya aktivitas ekonomi di masa pandemi Covid-19, membuat likuiditas secara global meningkat. Hal ini membuat Bank sentral sebagian besar negara maju agresif menginvestasikannya pada instrumen obligasi yang dinilai lebih aman. Selain AS, European Central Bank, Jepang, Kanada dan sejumlah negara lainnya juga melakukan hal yang sama, dan juga Bank Indonesia (BI). Sebelumnya, investor asing aktif membeli SBN, kemudian diikuti oleh sektor perbankan dan BI. Dalam jangka pendek, investor dapat kembali mencermati FR0080, FR0083, FR0086, dan FR0087.