Today’s Outlook:

INDIKATOR EKONOMI: Sebelumnya, data dari ADP Employment Change menunjukkan lapangan kerja di sektor swasta AS meningkat lebih dari perkiraan pada bulan April, sementara data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi. Namun laporan terpisah dari Biro Statistik Tenaga Kerja pada JOLTs (Job Openings and Labor Turnover Survey) menunjukkan lowongan pekerjaan di AS turun ke level terendah dalam tiga tahun pada bulan Maret, sementara jumlah orang yang berhenti dari pekerjaannya menurun, yang merupakan indikasi berkurangnya jumlah tenaga kerja yang berpotensi membantu The Fed dalam perjuangannya melawan Inflasi. Data lain dari Institute for Supply Management menunjukkan berlanjutnya kelesuan di sektor manufaktur AS, yang mengalami kontraksi pada bulan April di tengah penurunan pesanan setelah sempat mengalami ekspansi pada bulan sebelumnya. Semua data tersebut muncul menjelang laporan ketenagakerjaan utama pemerintah pada hari Jumat (Nonfarm Payrolls). Pasar telah mengurangi ekspektasi mengenai waktu dan jumlah penurunan suku bunga oleh bank sentral tahun ini, karena Inflasi terbukti stabil dan pasar tenaga kerja tetap berada pada pijakan yang kuat. Bank of America mempertahankan view mereka bahwa pemotongan suku bunga pertama akan terjadi bulan Desember atas dasar pemikiran bahwa Inflasi masih akan tinggi dan sulit turun. Mereka juga menilai kemungkinan suku bunga naik masih cukup tinggi, walaupun Powell sempat mengungkapkan bahwa kecil probabilitas itu terjadi. Indeks saham MSCI di seluruh dunia turun 0,94 poin, atau 0,12%, menjadi 755,67. Para investor juga disuguhkan dengan membanjirnya laporan keuangan Q1 perusahaan AS, dengan Amazon.com naik sekitar 3% setelah hasil kuartalannya, yang mana berfungsi menopang Dow Jones secara keseluruhan.

Indeks DOLLAR turun 0,21% pada 106,10, mengikuti pernyataan The Fed, setelah sebelumnya mencapai 106,49, tertinggi sejak 16 April; dengan Euro menguat 0,22% pada USD 1,0688. Imbal hasil obligasi tenor 10-tahun AS yang menjadi acuan turun 5,2 basis poin menjadi 4,632%, dari 4,684% pada akhir Selasa; sementara imbal hasil obligasi 2-tahun, yang biasanya bergerak sesuai ekspektasi suku bunga, turun 4,8 basis poin menjadi 4,9977%. Pasar obligasi Eropa ditutup untuk libur 1 Mei, begitu pula sebagian besar pasar saham di Eropa dan di Tiongkok, Hong Kong, dan sebagian besar Asia. Dari pasar saham yang diperdagangkan, FTSE Inggris berakhir melemah 0,28%, dan Nikkei Jepang ditutup melemah 0,34%.

KOMODITAS: Harga MINYAK turun untuk hari ketiga di tengah meningkatnya harapan akan perjanjian gencatan senjata di Timur Tengah dan berlanjutnya penurunan setelah kejutan laporan stok cadangan minyak AS menurut EIA, yang melonjak 7.3 juta barrel pada pekan yang berakhir 26 April, jauh di atas perkiraan analis yang di-polling Reuters di mana mereka meramalkan penurunan 1.1 juta barrel. Masing-masing harga acuan turun lebih dari 3% ke titik terendah 7 minggu. Minyak mentah AS US WTI tergerus 3,54% menjadi USD 79,03/barel dan BRENT turun menjadi USD 83,49/barel, anjlok 3,29%.

Corporate News
BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia atau BNI (Persero), Royke Tumilaar mengungkapkan langkah perseroan dalam menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga. “Dengan optimisme terhadap kondisi makroekonomi Indonesia yang tetap sehat dan stabil, BNI yakin bahwa langkah-langkah yang telah dilakukan akan terus mendukung pertumbuhan bisnis BNI secara berkelanjutan,” kata Royke dalam konferensi pers daring paparan kinerja BNI kuartal I 2024 pada Senin, 29 April 2024. Dia menuturkan, BNI telah melakukan langkah-langkah prudent dan strategis dalam mengelola kondisi likuiditas. Terutama pendanaan valas melalui penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dengan kebijakan yang efisien. Pada 5 April 2024, BNI telah menerbitkan obligasi global senilai 500 juta USD atau sekitar IDR 7,95 triliun. Penerbitan obligasi global dengan tenor 5 tahun ini, kata Royke mendapat respons positif dari investor global. Hal ini ditandai dengan kelebihan permintaan hingga 6,4 kali dari rencana nilai yang diterbitkan. “Tingginya kepercayaan investor global, membuat BNI mampu menekan yield obligasi hanya di kisaran 5,3 persen.” Royke menyebut, BNI memperoleh harga yang optimal karena penerbitan obligasi global tersebut dilakukan sebelum terjadi fluktuasi nilai tukar USD terhadap rupiah. Langkah ini bertujuan untuk mengelola risiko fluktuasi nilai tukar serta mengunci sebagian kebutuhan dana valas BNI. (Tempo)

Domestic Issue
Kabar Gembira Untuk RI! Minat Asing di Lelang SUN Naik 4 Kali Lipat. Minat asing pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa kemarin (30/4/2024), meroket empat kali lipat hingga lebih dari IDR 8 triliun. Melalui sistem lelang Bank Indonesia (BI), pemerintah telah melakukan lelang SUN dalam mata uang Rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. Ada tujuh untuk seri yang dilelang, yakni SPN03240801 (new issuance), SPN12250502 (new issuance), FR0101 (reopening), FR0100 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0102 (reopening). Incoming bids yang masuk pada lelang kali ini melesat hingga 55,24% mencapai IDR 50.19 triliun. Namun yang terserap hanya IDR 21.5 triliun, nilai ini menjadi yang terendah sejak awal tahun. Meski begitu, pemerintah menyerap porsi asing lumayan banyak hingga IDR 4.30 triliun. Nilai ini naik 69,29% dibandingkan lelang sebulan lalu. Minat asing yang masuk juga meroket hingga empat kali lipat, dari IDR 2.93 triliun menjadi IDR 8.81 triliun. Menelisik lebih jauh terhadap minat asing, pada lelang kali ini asing sama sekali tak melirik obligasi tenor jangka pendek satu tahun, untuk tenor yang tiga bulan, minat asing juga hanya masuk IDR 700 miliar saja. (CNBC Indonesia)

Recommendation

US10YT masih mencoba berkutat sekitar level previous High sekitar yield 4.70%, walaupun saat ini telah tampak menguji Support MA10 & MA20 sekitar range yield: 4.644% – 4.60%. Penembusan ke bawah level tersebut akan menyeret yield turun lebih lanjut ke Support berikut: yield 4.50%, ataupun area lower channel sekitar 4.40%. ADVISE: bersiap kurangi posisi, set your TRAILING STOP. ID10YT berusaha bertahan di area tertinggi dalam 6 bulan di sekitar level yield 7.3%. RSI yang telah masuki wilayah Overbought bukan alasan untuk menghentikan bullish pada imbal hasil SBN, yang berada cukup jauh dari Support pertama yaitu MA10/yield 7.10%. Tampaknya yield ID10YT di atas 7.0% akan menjadi new normal untuk beberapa waktu. ADVISE: set your TRAILING STOP.

Download full report HERE.