Today’s Outlook:
MARKET AS: Data pada hari Kamis menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran mencapai 220.000 pada pekan lalu, sedikit naik dari 219.000 pada pekan yang berakhir 25 November. Adapun angka aktual lebih rendah dari perkiraan para ekonom di angka 222.000. Serangkaian data baru-baru ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja telah melonggar, itu lah sebabnya laporan Nonfarm Payrolls bulan November akan menjadi pusat perhatian para pelaku pasar di mana konsensus para ekonom memperkirakan adanya pertumbuhan 180.000 pekerjaan baru di bulan lalu, dengan tingkat pengangguran kemungkinan besar stabil di 3,9% ; serta Upah rata-rata per jam diperkirakan akan meningkat 0,1%.

Para ekonom JPMorgan mengantisipasi adanya pelemahan pada data inflasi dan aktivitas ekonomi tahun 2024. Timbul pertanyaan apakah investor dan aset berisiko harus menyambut baik penurunan inflasi, yang mengarah pada peningkatan permintaan obligasi dan saham, atau apakah penurunan inflasi ini menandakan potensi resesi ekonomi. Kekhawatiran utama berasal dari guncangan suku bunga yang diamati selama 18 bulan terakhir, yang diantisipasi memiliki dampak negatif pada aktivitas ekonomi. Selain itu, perkembangan geopolitik juga menjadi tantangan yang mempengaruhi harga komoditas, inflasi, perdagangan global, dan arus keuangan. Terlepas dari faktor-faktor ini, bank mencatat bahwa valuasi aset berisiko rata-rata masih mahal. Dalam skenario perlambatan ekonomi secara bertahap, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dapat turun menjadi 3,75% selama tahun depan, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut jika ekonomi memasuki resesi.

KOMODITAS: Harga Minyak turun pada perdagangan hari Kamis ke posisi terendah 6 bulan, karena para investor cemas akan lesunya permintaan energi di Amerika Serikat dan China sementara output dari AS tetap mendekati rekor tertinggi. Minyak mentah berjangka Brent (London) turun menjadi $74,05 per barel, sementara Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun ke level $69,34. Kedua harga acuan Minyak global ini mencatat harga terendah sejak akhir Juni, sebuah sinyal yang menunjukkan para trader percaya bahwa mungkin pasar saat ini over supply. Produksi AS tetap berada di dekat rekor tertinggi lebih dari 13 juta barel per hari, seperti dilaporkan data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu. Stok bensin AS naik 5,4 juta barel minggu lalu menjadi 223,6 juta barel, kata EIA, lebih dari empat kali lipat kenaikan 1 juta barel yang diperkirakan. Kekhawatiran mengenai ekonomi China juga membatasi kenaikan harga minyak.

MARKET ASIA: Data bea cukai China menunjukkan bahwa Impor minyak mentah di bulan November turun 9% dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator-indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari para penyuling independent pun turut melemahkan permintaan. Sementara total Impor China turun secara bulanan, Ekspor tumbuh di bulan November untuk pertama kalinya dalam 6bulan terakhir, menunjukkan bahwa peningkatan arus perdagangan global mungkin telah membantu sektor manufaktur China.

MARKET EROPA: Jerman masih mencatat Industrial Production yang lemah di bulan Oct, tak heran GDP kuartal 3 Eurozone kembali terjerembab di wilayah resesi, mengikuti jejak Q1. Hari ini data ekonomi penting yang akan dipantau para investor Asia & Eropa adalah GDP Q3 Jepang dan German CPI (Nov) yang diprediksi mampu semakin melandai ke level 3.2% yoy, mendingin dari posisi 3.8% di bulan sebelumnya.

MARKET INDONESIA: Cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 138,1 miliar di bulan November dari USD 133,1 miliar di bulan sebelumnya, menandai level tertinggi sejak bulan Mei. Kenaikan ini didorong oleh penerbitan sukuk global oleh Pemerintah, penarikan pinjaman luar negeri, dan penerimaan pembayaran pajak dan jasa. Bank sentral menekankan bahwa cadangan devisa, yang setara dengan pembiayaan impor selama 6,1 bulan tetap cukup untuk menjaga stabilitas keuangan dan mendukung perekonomian secara keseluruhan.

Corporate News
Proyeksi Bank Mandiri (BMRI) soal Penerbitan Obligasi Hijau 2024 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memproyeksikan penerbitan kembali pendanaan melalui obligasi hijau atau green bond pada tahun depan seiring dengan potensinya yang masih besar. Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria mengatakan sejauh ini Bank Mandiri telah menjalankan pendanaan seperti melalui green bond guna membiayai proyek hijau di Indonesia. Bank Mandiri misalnya telah menerbitkan sustainability bond sebesar USD 300 juta dengan 8,3 kali oversubscription rate. Kemudian, Bank Mandiri menjalankan ESG repo transaction dengan nilai mencapai USD 500 juta. Di samping itu, pada awal 2023 Bank Mandiri sudah menerbitkan Green Bond Tahap I sebesar IDR 5 triliun yang merupakan bagian dari rencana Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) dengan target dana sebesar IDR 10 triliun. Kedepannya, Bank Mandiri memproyeksikan pendanaan tersebut akan konsisten dilakukan. (Bisnis)

Domestic Issue
Pemerintah Lakukan Transaksi Green Sukuk Global Senilai USD 2.0 miliar Bertenor 5-10 Tahun Pemerintah kembali ke pasar sukuk global tahunannya dan sukses melakukan transaksi penjualan sukuk sebesar USD 2.0miliar. Angka ini yang terdiri atas USD 1.0 miliar dengan tenor 5 tahun dan USD 1.0 miliar dengan tenor 10 tahun (seri Green) dalam format Reg S/144A Trust Certificates dengan akad Wakalah yang jatuh tempo pada tahun 2028 dan 2033 (“Sukuk Global”). Sukuk Global ini diterbitkan oleh Pemerintah melalui Perusahaan Penerbit Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Indonesia III, sebuah badan hukum yang dibentuk oleh Pemerintah khusus untuk melakukan penerbitan SBSN. Menurut keterangan resmi Direktorat Pembiayaan Syariah, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan yang dirilis kemarin (7/12) penerbitan Sukuk Global kali ini akan dicatatkan di Singapore Stock Exchange dan NASDAQ Dubai (dual listing). (Emiten News)

Recommendation
US10YT mencoba bottoming pada jajaran Support yield dari level previous Low 4.098% – 4.060%. RSI sedikit lagi masuki wilayah OVERSOLD. LIMITED DOWNSIDE POTENTIAL ; Uji Resistance MA10 & MA20 apabila ada technical rebound. ADVISE : HOLD ; WAIT & SEE. Resistance : 4.267% – 4.376%.

ID10YT tampak masih bertahan di atas Support trendline jangka pendek sekitar yield 6.58%, dalam perjalanan turunnya menuju target bottom pada yield 6.465%. Penembusan ke atas MA10 & MA20 akan merupakan tanda recovery pertama dari trend turun ini; hanya jika ID10YT mampu menembus Resistance yield : 6.635% – 6.687% maka AVERAGE UP dapat disarankan. ADVISE: HOLD ; WAIT & SEE.

Download full report HERE.