Today’s Outlook:
Ketiga indeks utama AS membukukan kenaikan di atas 1% di posisi tertinggi 14bulan, seiring para investor menyikapi data ekonomi yang mendukung pemikiran bahwa US Federal Reserve sudah hampir mengakhiri trend naik suku bunga acuan yang agresif. Yield obligasi negara juga agak tergelincir didukung oleh data ekonomi yang menunjukkan inflasi yang menjinak, dengan demikian mengurangi kekuatiran akan kemungkinan naik suku bunga ke depannya dan mengantar saham2 teknologi raksasa seperti Apple and Microsoft ke titik rekor tertinggi. Data ekonomi melaporkan US Retail Sales secara tak terduga naik di bulan May seiring para konsumen meningkatkan belanja atas berbagai barang termasuk kendaraan. Initial Jobless Claims rilis di angka 262ribu, lebih tinggi dari perkiraan para ekonom di 249ribu. Harga barang impor turun di bulan May dan penurunannya secara tahunan adalah yang terdalam selama 3thun. Saat ini para pelaku pasar melihat 67% kemungkinan naiknya suku bunga sebesar 25bps pada FOMC Meeting bulan July, diikuti dengan potensi pemotongan suku bunga di bulan Desember, seperti dilansir dari CME Group Fedwatch Tool.

Dari benua Eropa, European Central Bank menaikkan suku bunga untuk ke delapan kali berturut-turut , sesuai ekspektasi sebesar 25bps membawa posisi deposit rate di 3.5% dan borrowing cost di tingkat 4%. ECB juga memberi sinyal masih ada potensi kenaikan selanjutnya dalam rangka memerangi inflasi Eurozone yang masih bertengger di level 7%, untuk turun ke level target ECB di 2%. Adapun laporan Inflasi (May) Eurozone menjadi perhatian pasar sore nanti jam 16.00 WIB dengan konsensus melandai ke 6.1%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada Mei 2023 sebesar US$ 440 juta. Itu merupakan capaian surplus selama 37 bulan berturut-turut, namun besarannya paling rendah sejak Mei 2020. Adapun surplus ini merosot dari USD 2,90 miliar pada bulan yang sama tahun 2022, jauh di bawah konsensus pasar USD 3,02 miliar. Walau demikian, Ekspor & Impor menorehkan rapor positif dengan naik signifikan di atas ekspektasi , masing2 sebesar 1% dan 14.35% yoy. Naiknya ekspor sebagian besar bersumber dari ekspor nonmigas sebesar +1.9% yoy (vs -30% yoy di Apr23), sedangkan peningkatan impor bersumber dari semua jenis barang terutama impor barang modal dan barang konsumsi sebesar +60% dan +36,5% yoy (vs -7% dan -18% yoy di Apr23). Fakta ini mengindikasikan adanya peningkatan aktifitas ekonomi domestik dan optimisme iklim usaha yang lebih tinggi ke depannya. Menimbang sentimen yang bergulir di pasar.

Corporate News
Perkuat Struktur Pendanaan Ekspansi Bisnis, BRI Finance Terbitkan Obligasi IDR 500 Miliar PT BRI Multifinance Indonesia (BRI Finance), anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), atau BRI memperkuat struktur pendanaan melalui penerbitan obligasi untuk optimalisasi kinerja, khususnya ekspansi bisnis pembiayaan di segmen konsumer. BRI Finance siap menggelar penawaran umum Obligasi II BRI Finance Tahun 2023 pada 30 Juni – 4 Juli 2023 dengan penghimpunan dana sebanyak-banyaknya IDR 500 miliar. Perseroan berencana menerbitkan surat utang dalam dua Seri, yaitu Seri A dengan tenor 370 hari kalender dengan rentang kupon penawaran 5,75% – 6,35% dan Seri B dengan tenor tiga tahun dengan rentang kupon penawaran 6,35% – 7,00% sejak tanggal emisi. (Emiten News)

Domestic Issue
Sentuh Level Terendah, Tren Penurunan Yield Diperkirakan Masih bisa Berlanjut Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), mbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) acuan tenor 10 tahun menyentuh level terendah. Tren penurunan yield diperkirakan masih bisa berlanjut meski pergerakannya cukup terbatas. Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi memproyeksikan yield rendah di pasar obligasi berdenominasi Rupiah masih akan berlanjut, di tengah minat investor yang kuat terhadap pasar domestik. Meskipun, ketidakpastian dan volatilitas global masih tetap tinggi. Mengutip Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yield SUN tenor 10 tahun saat ini berada di posisi kisaran 6,2%. Reza mencermati, imbal hasil SUN bergerak pada kisaran 1–4 bps di sepanjang kurva. Yield SUN tenor 10 tahun turun 2 bps ke level 6,24%. (Kontan)

Recommendation
US10YT masih coba pertahankan Uptrend jk.pendek yield di jajaran Support MA10 & MA20, sekaligus di atas Support Trendline jk.pendek , tepatnya pada yield 3.72%. ADVISE : BUY ON WEAKNESS ; Average Up >3.743%. TARGET : 3.83- 3.85% / 3.968-4.0%. ID10YT weekly chart menunjukkan strong downtrend di dalam  pola PARALLEL CHANNEL (blue). Support dari level previous Low terdetaksi di sekitar yield : 6.144-.6.036%. Resistance terdekat : MA10 / yield 6.456%. ADVISE : HOLD ; Wait & See.

Download full report HERE.