Today’s Outlook:
Ketiga indeks utama AS ditutup di teritori positif, setelah rilis data ketenagakerjaan terbaru yang lesu memberi sinyal ekonomi AS telah mendingin, kembali memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve tidak perlu menaikkan suku bunga pada FOMC Meeting mendatang bulan September. ADP National Employment report menunjukkan adanya penambahan tenaga kerja baru di sektor swasta sebesar 177 ribu pada bulan Agustus, meleset dari prediksi 195 ribu, dan jelas lebih rendah dari bulan Juli di angka 371 ribu. Para pekerja menikmati kenaikan upah sebesar 5.9% yoy, merupakan pertumbuhan upah terlambat sejak Oktober 2021 yang dirasakan oleh semua 50 negara bagian & Washington DC. Data GDP 2Q23 AS juga direvisi menjadi 2.1% yoy, lebih lambat daripada perkiraan awal di sekitar 2.4%. Prospek soft landing pada ekonomi AS menyokong bangkitnya saham-saham growth stocks macam sektor Teknologi yang memimpin penguatan naik 0.83%, disusul menguatnya sektor Energi sebesar 0.51%. Di sisi lain, US Treasury yield jadi harus tergelincir ke level terendah 3 minggu, yang mana obligasi negara tenor 10-tahun menghasilkan yield 4.12%. Para investor sekarang mengalihkan fokus kepada Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index (terjadwal Kamis), yang mana adalah acuan favorit The Fed untuk Inflasi ; serta Nonfarm Payroll yang sedianya dirilis Jumat untuk memberikan gambaran berikut mengenai trend suku bunga. Menurut survei Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com, terkumpul 90% probabilitas bahwa The Fed akan bisa mengerem kenaikan suku bunga pada rapat bulan September nanti.
Sementara itu dari benua Eropa, Jerman CPI untuk bulan Agustus direvisi naik menjadi 6.1% yoy dari perkiraan awal 6.0% ; walau sedikit melemah dari bulan sebelumnya pada 6.2%. Zona Euro mencatat Consumer Confidence (Agus.) pada angka -16.0, tepat sesuai prediksi ekonom dan menyatakan para konsumen Jerman memandang dunia usaha dengan semakin pesimis dibanding pembacaan bulan Juli pada -15.1. Para pemerhati ekonomi Eropa juga akan disibukkan dengan sederet data dari benua tersebut, seperti : German Retail Sales (Juli), French Consumer Spending (Juli), French CPI preliminary number (Agus.) French GDP 2Q23 , German Unemployment Change & Rate (Agus.) ; dan tak lupa perkiraan awal CPI Euro Zone untuk bulan Agustus ditambah Unemployment Rate (Juli) di wilayah itu.
Korea Selatan dan Jepang telah merilis sejumlah data ekonomi pagi ini; di mana tersimpan data penting seperti KRW Industrial Production yang semakin kontraksi pada minus 8% yoy di bulan Juli (vs -5.9% previous) ; demikian pula KRW Retail Sales (Juli) yang melemah secara bulanan -3.2% mom (dibanding pertumbuhan 0.9% pada bulan sebelumnya). Setidaknya masih ada sektor Jasa yang merilis angka positif sebagaimana terlapor pada Service Sector Output (Juli) yang mengalahkan ekspektasi stagnan di 0% dengan ternyata tumbuh sebesar 0.4%. Sementara itu, Jepang umumkan Industrial Production (Juli) pun tumbuh negatif sebesar minus 2.0% mom ; jelas anjlok dibanding bulan sebelumnya yang masih catatkan pertumbuhan positif 2.4%. Adapun Retail Sales Jepang untuk bulan Juli tampak lebih bersemangat dengan naik ke level 6.8% (di atas perkiraan & bulan sebelumnya). Lebih banyak data ekonomi penting dinantikan dari China, secara mereka akan publikasikan Chinese Composite PMI (Agus.), Manufacturing & Non-Manufacturing PMI (Agus.).
Corporate News
Pyridam Farma Terbitkan Obligasi IDR 400 Miliar PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) akan menerbitkan dan menawarkan Obligasi Berkelanjutan tahap II tahun 2023 dengan jumlah pokok IDR 400 miliar. Menurut keterangan KSEI Rabu (30/8), obligasi tahap II ini memiliki tingkat bunga tetap 9.5% per tahun dengan frekuensi pembayaran triwulan dan jatuh tempo pada 15 September 2025 mendatang. Masa penawaran umum obligasi dilakukan pada 11-12 September 2023 dengan tanggal penjatahan 13 September 2023. Sedangkan pencatatan di BEI pada 18 September 2023 dengan penjamin emisi PT Aldiracitra Sekuritas Indonesia. (Bareksa)
Domestic Issue
Ini Strategi Kemenkeu Kurangi Penerbitan Utang Baru pada 2024 Kementerian Keuangan, yang dipimpin oleh Sri Mulyani Indrawati, mengalokasikan penggunaan dana saldo anggaran lebih (SAL) sebesar IDR 51.38 triliun untuk pembiayaan anggaran pada 2024 dengan tujuan untuk mengurangi penerbitan utang pemerintah pada tahun depan. Kepala Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Wahyu Utomo menyampaikan bahwa alokasi penggunaan SAL sebesar IDR 51.38 Triliun tersebut dengan harapan pendapatan negara masih akan optimal. Dengan demikian, pemerintah masih memiliki sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) yang cukup sebagai buffer dari gejolak ekonomi yang diperkirakan masih berlangsung pada tahun depan. Mengacu pada RUU APBN Tahun Anggaran 2024 bagian penjelasan, disebutkan bahwa penggunaan tambahan dana SAL 2024 termasuk untuk memenuhi kebutuhan mendesak yang timbul, antara lain untuk menurunkan utang, cadangan belanja Ibu Kota Nusantara (IKN)/sentra pertumbuhan ekonomi baru. (Bisnis)
Recommendation
US10YT masih terbenam di bawah MA20 & MA10 menyebabkan yield 4.178% – 4.215% sebagai range Resistance terdekat saat ini. In overall, pattern Parallel Channel – Uptrend masih intact. ADVISE : HOLD ; Wait & See.
ID10YT ada sedikit reaksi technical rebound dan mencoba bertahan di atas MA20, mencoba stabil di atas yield 6.441% sebagai Resistance terdekat saat ini. ADVISE : BUY ON WEAKNESS. Target awal : MA10 / yield 6.528%.
Download full report HERE.