Today’s Outlook:
MARKET AS: Keluarnya data Penjualan Retail AS yang turun lebih dalam dari perkiraan, menumbuhkan harapan bahwa Federal Reserve dapat mulai menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan ke depan. Departemen Perdagangan AS melaporkan US Retail Sales drop 0.8% mom di bulan Januari (lebih rendah dari perkiraan para ekonom -0.2% dan dari bulan sebelumnya 0.4%) didorong oleh lesunya penjualan kendaraan dan SPBU. Data tsb meredakan kekhawatiran para investor terkait memanasnya Inflasi AS yang dirilis dua hari sebelumnya, yang memberikan view bahwa kekuatan ekonomi AS tampak sedikit melambat. Adapun peluang pemotongan suku bunga 25 bps bisa terjadi di bulan May naik menjadi 40%, sementara probability untuk bulan Juni berada lebih tinggi pada 79%, seperti dilansir dari CME Group FedWatch Tool . Di sisi lain, pasar tenaga kerja masih menunjukkan tanda-tanda kekuatan di mana Departemen Tenaga Kerja melaporkan Initial Jobless Claims untuk minggu yang berakhir 10 Feb, turun ke angka 212ribu, dari 220ribu pada pekan sebelumnya dan juga lebih rendah dari perkiraan 219 ribu. Menyikapi data-data di atas, yield US Treasury turun tahta dari titik tertinggi mereka kemarin, di mana US Treasury tenor 2 tahun yang paling sensitive dengan pergerakan suku bunga, beringsut turun dari titik yield tertinggi hari itu pada 4.576%. Goldman Sachs juga langsung memangkas pertumbuhan ekonomi AS di kuartal pertama tahun ini menjadi 2.5%, dari 2.9% pada perkiraan sebelumnya. Dan untuk melengkapi semua itu, hari Jumat ini akan ditunggu data US Producer Price Index / PPI ( selain Building Permits, Housing Starts (Jan), serta Michigan Consumer Expectations (Feb) ; yang akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai ekonomi AS, dengan konsensus US PPI 0.6% yoy di bulan Januari, turun dari 1.0% pada bulan sebelumnya. Tak lupa sentimen laporan keuangan perusahaan masih menjadi bagian dari penggerak market, di mana para investor optimis 80.3% perusahaan S&P500 telah mengalahkan estimasi pendapatan, melebihi rata-rata tahunan 76%, seperti dilansir dari data LSEG.

MARKET ASIA : Jepang resmi jatuh dalam technical recession setelah mereka umumkan GDP 4Q23 kembali berada pada level negatif 0.4% yoy, setelah kontraksi 3.3% pada kuartal sebelumnya. Walau demikian, terlihat pertumbuhan pada Industrial Production mereka di bulan Dec, naik 1.4% mom dari posisi minus 0.9% bulan sebelumnya. Indonesia laporkan surplus Trade Balance ke 45 kalinya di angka USD 2.0 miliar , di mana tak sesuai dengan harapan USD 2.99 miliar dan jelas jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya pada USD 3.3 miliar; akibat anjloknya pertumbuhan Ekspor -8.06% yoy, lebih besar dari pertumbuhan Impor yang hanya 0.36% yoy.

MARKET EROPA : Kontraksi pertumbuhan ekonomi juga terjadi dialami pertama kalinya oleh Inggris sejak September 2021 atau kuartal 3 / 2021, yang mana saat ini GDP 4Q23 Inggris berada pada level -0.2% yoy, di luar perkiraan mulai jatuh ke area resesi dari harapan setidaknya masih positif 0.1%, walaupun memang diprediksi turun dari kuartal sebelumnya 0.2%. Industrial dan Manufacturing Production yang meningkat di bulan Dec, serta Labour Productivity yang menguat di kuartal 3 belum mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Inggris di ranah positif. Hari ini Inggris akan laporkan Retail Sales bulan January yang mana diperkirakan pertumbuhannya juga masih negatif.

Corporate News
Emiten Prajogo Pangestu TPIA Terbitkan Obligasi IDR 1,5 Triliun, Intip Rencananya Emiten petrokimia Prajogo Pangestu PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap IV tahun 2024 dengan jumlah pokok IDR 1,5 triliun dan bunga maksimal 8,75% per tahun. Dilansir dari prospektus Rabu (14/2/2024), TPIA menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap IV tahun 2024 sebesar IDR 1,5 triliun merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan obligasi senilai IDR 8 triliun. Obligasi ini akan ditawarkan dalam tiga seri. Seri A memiliki jumlah pokok sebesar IDR 542,37 miliar dengan jangka waktu 3 tahun dari tanggal emisi. Obligasi ini memiliki bunga tetap sebesar 7,95% per tahun dengan pembayaran bunga pertama dilakukan pada 1 Juni 2024 dan bunga terakhir sekaligus jatuh tempo pokok pada 1 Maret 2027. Kemudian, seri B dengan jumlah pokok sebesar IDR 416,80 miliar dengan jangka waktu 5 tahun. Seri ini menawarkan bunga tetap sebesar 8,25% per tahun. Pembayaran bunga terakhir akan dilaksanakan pada 1 Maret 2029. Terakhir, seri C dengan bunga paling besar yaitu 8,75% per tahun dan akan jatuh tempo pada 1 Maret 2031 atau 7 tahun dari tanggal emisi. Seri C memiliki jumlah pokok obligasi senilai IDR 540,82 miliar. Manajemen mengungkapkan dana bersih yang diperoleh TPIA dari hasil obligasi ini, setelah dikurangi komisi-komisi, biaya-biaya, dan pengeluaran-pengeluaran akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja, termasuk di antaranya pembelian bahan baku produksi dan biaya operasional untuk kegiatan usaha. (Bisnis)

Domestic Issue
Naik Lagi! Utang Luar Negeri RI Tembus IDR 6.359 Triliun Sepanjang 2023 Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal IV/2023 tercatat sebesar USD 407,1 miliar atau setara dengan IDR 6.359 triliun (kurs IDR 15.621 per dolar AS), atau tumbuh 2,7% (yoy), meningkat dibandingkan dengan posisi kuartal sebelumnya yang tumbuh 0,02% (yoy). Asisten Gubernur Bank Indonesia dan Departemen Komunikasi Erwin Haryono mencatat peningkatan tersebut terutama bersumber dari transaksi utang luar negeri sektor publik. Selain itu, peningkatan posisi ULN pada kuartal IV/2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global termasuk Rupiah. “ULN pemerintah tetap terkendali serta dikelola secara terukur dan akuntabel. Posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal IV 2023 sebesar USD 196,6 miliar atau Rp3.071 triliun, tumbuh 5,4% (yoy) atau meningkat dari pertumbuhan 3,3% (yoy) pada kuartal sebelumnya. Perkembangan ULN tersebut terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, khususnya pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek. Selain itu, dia mengatakan kenaikan ULN pemerintah juga dipengaruhi oleh peningkatan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional, seiring sentimen positif kepercayaan pelaku pasar sejalan dengan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. (Bisnis)

Recommendation

US10YT menggunakan MA10 sebagai support pertama pada yield 4.175% demi menjaga bullish swing micro trend ini tetap intact. TARGET yield : 4.332% – 4.437% utk jk.pendek. ADVISE : HOLD , WAIT & SEE for averaging up.

ID10YT would try its best untuk tetap berada di atas support ketiga MOVING AVERAGE (di atas yield 6.620% – 6.60%) demi memuluskan rencana bullish menuju TARGET yield 6.75%. ID10YT punya kemungkinan membentuk pola (bullish reversal) INVERTED HEAD & SHOULDERS di mana level Neckline penting terletak pada yield 6.652%. ADVISE : BUY ON BREAK ; or AVERAGE UP accordingly.

Download full report HERE.