Today’s Outlook:
Indeks Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Kamis (22/06/23) setelah Federal Reserve Chairman Jerome Powell kembali menegaskan nada hawkish di depan Komite Senat Perbankan dan memberi sinyal bahwa kenaikan suku bunga acuan AS masih akan berlanjut di bulan-bulan mendatang, seperti juga telah disuarakan oleh Fed Governor Michelle Bowman di sesi awal. Komentar ini sontak mengirim US Dollar dan yield obligasi negara AS merangkak naik. US Dollar Index yang mengukur kekuatan Dollar AS atas 6 mata uang major dunia lainnya, naik 0.4% ke tingkat 102.41 ; USD terutama naik 0.9% melawan Yen Jepang. Yield dari US Treasury tenor 10 tahun naik 7.6bps ke tingkat 3.798%. Lebih lanjut, Powell juga menyebutkan bahwa keputusan terkait hal itu akan sepenuhnya didasarkan oleh data ekonomi yang rilis ke depannya ; pelaku pasar berharap akan melihat tingkat Inflasi melandai lebih cepat, dan tingkat pengangguran akan semakin meningkat yang mana memang merupakan target dari aksi naik suku bunga ini. Adapun pasar keuangan telah mem-price in 77% probabilitas kenaikan Fed Fund Rate 25bps pada FOMC Meeting mendatang bulan July, seperti dilansir oleh CME Group FedWatch Tool.

Dari sudut data ekonomi, US Initial Jobless Claims berada di titik tertinggi 20bulan dan terus menguat selama 3minggu berturut-turut ; sedangkan Conference Board Leading Economic Index kembali turun di bulan ke-14 , dengan demikian nyata bahwa usaha The Fed untuk menekan pertumbuhan ekonomi terbukti telah membuahkan hasil. Di sisi lain, pasar perumahan AS menunjukkan perbaikan stabil pada bulan lalu setelah menjadi yang paling jungkir balik tahun lalu terimbas kenaikan suku bunga The Fed ; walau saat ini harus dibayar dengan penurunan terbesar dalam satu dekade atas harga pasar perumahan residensial.

Sementara itu dari benua Eropa, para investor cukup surprise ketika Bank of England mengimplementasikan kenaikan suku bunga lebih tinggi dari ekspektasi yaitu sebesar 50bps ke tingkat 5% (dari prediksi 4.75%) demi menjinakkan Inflasi Inggris yang cukup alot selama dua bulan belakangan ini di level 8.7%. Dari dalam negeri, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia kembali menahan BI7DRR di level 5.75%, dengan komposisi Deposit Rate (June) di tingkat 5% dan Lending Rate (June) di  level 6.5%. Adapun hari ini bisa disebut juga sebagai hari data PMI setidaknya bagi bagi Jepang, Jerman, Zona Euro, Inggris, serta AS.

Corporate News
BTPN Gandeng IFC Terbitkan Obligasi Hijau IDR 7,4 Triliun PT Bank BTPN Tbk. (BTPN) berkerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) akan menerbitkan obligasi sosial dan obligasi hijau setara USD 500 juta atau sekitar IDR 7,48 triliun (kurs: IDR 14.970). Dalam kerja sama tersebut, IFC akan menginvestasikan dana hingga USD 500 juta di BTPN yang terdiri dari penerbitan obligasi sosial dan obligasi hijau. Penerbitan obligasi ini akan menjadi yang pertama bagi BTPN. Presiden Direktur Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan penerbitan obligasi itu merupakan upaya bank memperkuat komitmen mendukung sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, khususnya bisnis-bisnis yang digerakan oleh perempuan. Kemudian, penerbitan obligasi hijau menjadi salah satu dukungan aksi adaptasi terhadap perubahan iklim. (Bisnis)

Domestic Issue
Antisipasi Pemilu 2024, Investor Buru Obligasi Ketimbang Saham Jelang tahun politik Pemilu 2024, investor ritel cenderung mulai agresif berburu instrumen obligasi dalam rangka diversifikasi. Obligasi korporasi dan Surat Berharga Negara (SBN) pun jadi sorotan utama. Head of Research & Investment Connoisseur PT Moduit Digital Indonesia (Moduit) Manuel Adhi Purwanto menjelaskan bahwa secara umum momen-momen besar seperti Pemilu memang akan meningkatkan kebutuhan instrumen fixed income. Manuel berkata bahwa karena dari sisi investor, akan ada kecenderungan perubahan profil risiko. Misalnya, kalau tadinya cenderung berani ambil risiko, portofolionya lebih banyak di saham, sekarang mungkin akan mulai dikurangi, mulai dipindah ke obligasi. Selain dalam rangka mengantisipasi gejolak pasar modal pada era ketidakpastian di tahun politik, meningkatnya permintaan instrumen fixed income juga didorong era suku bunga acuan tinggi. Terlebih, ada potensi Bank Sentral AS atau The Fed bakal kembali mengerek suku bunga acuan sekali lagi jelang akhir tahun ini, sebelum akhirnya berangsur-angsur diturunkan mulai awal tahun depan. Artinya, instrumen surat utang yang akan terbit dalam waktu dekat pun masih berpeluang memberikan imbal hasil tinggi. (Bisnis)

Recommendation
US10YT di luar perkiraan Kembali merangkak naik ke atas MA10 & MA20, tampaknya akan Kembali uji Resistance Trendline mid-term yang halangi Yield naik lebih jauh dari 3.82%. ADVISE : Average Up accordingly. TARGET : 3.85- 3.86% / 3.97-4.0%. ID10YT ternyata belum mantap menembus Resistance MA20 dan upper channel (downtrend) . ADVISE : Average Up jika yield mampu tembus 6.37%. TARGET : MA50 / 6.46%, up to 6.48%.

Download full report HERE.