Today’s Outlook:
Indeks utama Wall Street ditutup flat pada perdagangan Kamis (10/08/23) setelah sempat menguat lebih dari 1% di sesi awal sebagai reaksi atas hasil Inflasi AS (Juli) yang lebih rendah dari perkiraan; namun kegembiraan tersebut berangsur memudar seiring para investor mengkhawatirkan prospek ekonomi AS jangka panjang dan pertimbangan apakah pasar saham masih mempunyai ruang untuk naik. Adapun US CPI (Juli) menunjukkan Inflasi headline dan inti masing-masing naik 3.2% yoy dan 4.7% yoy; secara bulanan keduanya sama-sama naik 0.2% mom. Dengan Inflasi berhasil melandai ke bawah level estimasi, ada harapan bahwa US Federal Reserve akan segera menghentikan kebijakan moneter ketat di tahun 2023 dan bisa mulai memotong suku bunga pada awal tahun depan. Namun San Francisco Fed President  Mary Dali menyuarakan komentar yang lebih berhati-hati dengan mengatakan bahwa walau Inflasi bergerak ke arah yang benar, lebih banyak data diperlukan sebelum bank sentral merasa nyaman untuk memberlakukan rate pause. Selain itu, naiknya yield US Treasury tenor 10-tahun juga turut membatasi kenaikan harga saham teknologi raksasa ; di mana yield pada obligasi benchmark tersebut balik ke level di atas 4%. Sektor Energy yang merupakan sektor terburuk di tahun ini, malah membukukan kenaikan ke-6 kalinya beruturut-turut. Sentimen negatif diperburuk oleh langkah Presiden AS Joe Biden yang menandatangani perintah eksekutif terkait trade war dengan China; di mana beliau melarang beberapa investasi baru AS di China dalam sektor teknologi sensitif seperti chip computer ; serta mengesahkan ketentuan bahwa investasi di sektor teknologi lain membutuhkan notifikasi pemerintah. Di sisi lain, klaim pengangguran Initial Jobless Claims dirilis meningkat di atas ekspektasi sebesar 248 ribu (vs forecast 230 ribu ; vs previous 227 ribu).

Hari ini para pelaku pasar masih akan perhatikan beberapa data ekonomi penting dari benua Eropa : GDP 2Q23 Inggris, ditambah GDP Inggris di bulan Juni yang diharapkan mampu bertengger di angka 0.5% yoy, memperbaiki situasi minus 0.4% di bulan sebelumnya. Inggris juga akan merilis Industrial & Manufacturing Production untuk bulan Juni, dan diakhiri dengan data Trade Balance (Juni). Lebih siang lagi, para pelaku pasar akan memantau Inflasi Perancis (Juli) serta perkembangan New Loans dari China yang bisa berikan gambaran apakah para pelaku usaha atau masyarakat di sana mulai giat mengambil kredit baru demi mengembangkan usaha atau sekedar meningkatkan personal spending. Malam harinya, sekitar jam 19:30 WIB dunia akan memantau Inflasi AS di tingkat produsen, di mana PPI bulan Juli diprediksi melonjak ke angka 0.7% dari 0.1% di bulan sebelumnya. Tak lupa, University of Michigan memegang penilaian yang cukup dipandang secara Michigan Consumer & Inflation Expectation, serta Consumer Sentiment & Current Sentiment merupakan patokan yang ditunggu-tunggu nanti malam sekitar jam 21:00 WIB untuk memberikan gambaran situasi ekonomi AS 6 bulan ke depan.

Corporate News
PT Timah (TINS) Siapkan Dana Pembayaran Bunga Obligasi Dan Sukuk PT Timah Tbk. (TINS) menyiapkan dana untuk pembayaran bunga Obligasi berkelanjutan I tahap II tahun 2019 seri B dan dan bagi hasil Sukuk Ijarah tahap II tahun 2019 pada tanggal 7 Agustus 2023. Total dana yang disiapkan untuk pembayaran bunga Obligasi dan imbalan Sukuk Ijarah sebesar IDR 17,5 miliar. Dalam keterangan tertulisnya Corporate Secretary TINS Abdullah Umar pada Senin (7/8) menyampaikan bahwa TINS telah menyiapkan dana sebesar IDR 10,78 miliar untuk pembayaran bunga Obligasi dengan kode TINS01BCN2. Selanjutnya TINS juga menyiapkan dana pembayaran Sukuk Ijarah sebesar IDR 6,84 miliar dengan kode SITINS01CN2 yang keduanya akan jatuh tempo pada tanggal 15 Agustus 2023. (Bareksa)

Domestic Issue
Jelang Pemilu, Penerbitan Obligasi Dinilai Akan Tertahan Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) tahun depan, penerbitan obligasi dinilai cenderung akan lebih sedikit. Sebabnya, perusahaan akan wait and see terlebih dahulu akibat ketidakpastian politik yang ditimbulkan. Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan bahwa secara historis, penerbitan surat utang akan cenderung sedikit mengalami penurunan apalagi tanpa adanya petahana. Dia mencotohkan, ketika adanya pemilu tanpa petahana tahun 2004 dan 2014. Pada tahun 2004, tren penerbitan obligasi korporasi turun dari sebelum Pemilu sebesar IDR 27 triliun menjadi IDR 20 triliun pada saat Pemilu. Lalu di 2014, juga turun dari sebelum Pemilu sebesar IDR 63 triliun menjadi IDR 53 triliun saat Pemilu. Sementara jika terdapat petahana, nilai penerbitan surat utang akan cenderung meningkat. Pada tahun 2009, sebelum Pemilu nilai obligasi korporasi yang diterbitkan sebesar IDR 18 triliun dan saat Pemilu naik ke IDR 34 triliun. Kemudian di tahun 2019, nilai penerbitannya dari IDR 132 triliun menjadi IDR 146 triliun saat Pemilu. Sementara untuk tahun ini, diperkirakan jumlah penerbitan obligasi korporasi juga masih akan tertahan atau masih di bawah tahun lalu. Salah satu faktornya juga karena tahun depan merupakan jadwal Pemilu. (Kontan)

Recommendation
US10YT cukup stabil di dalam pola CHANNEL uptrend dan kini yield telah kembali berada di atas MA10 ; menjadikan yield 4.075% jadi Support terdekat saat ini. ADVISE : AVERAGE UP accordingly. TARGET dekat : Resistance dari level previous High pada yield 4.206%.

Uptrend yield ID10YT di dalam pola PARALLEL CHANNEL masih intact, dengan syarat : yield tidak tembus Support lower channel sekaligus MA10, ke bawah 6.307%. Sebaliknya, Resistance terdekat yang perlu dihadapi adalah yield : 6.369% – 6.405%. ADVISE : HOLD ; Buy on Weakness.

Download full report HERE.