Hawkish lanjutan BI. Ketetapan BI merevisi turun target inflasi tahun 2022 menjadi 6,3% YoY; atau lebih rendah 30Bps-40Bps dari target sebelumnya 6,6%-6,7%; mengindikasikan adanya potensi kebijakan moneter ketat lanjutan BI di sisa tahun ini. BI juga harus mengantisipasi sentimen Strong Dollar, dengan DXY bertahan di level tingginya 113 poin (Vs. Highest Level 114), jelang wacana kenaikan FFR +75Bps awal November mendatang.

Corporate Bonds
WTON: Naikkan Harga Pokok Produksi. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) menyatakan demi menekan beban produksi yang meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM, Perseroan memutuskan untuk menaikkan harga pokok produksi. Kenaikan harga BBM mengakibatkan biaya logistik meningkat, apalagi seperti beton precast, ready mix ataupun material alam harus dikirim ke pelanggan yang rata-rata jauh dari pusat produksi. (Emiten News)

Domestic Issue
Kenaikan SBDK Belum Imbangi BI 7DRR. Bank Indonesia (BI) mencatat Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) perbankan mulai naik. Namun, besarannya belum sampai seperti peningkatan BI 7DRR yang sudah meningkat 125 Bps hingga saat ini. Lebih detail, SBDK baru tumbuh 2 Bps, sedangkan bunga deposito sudah meningkat 10 Bps, seiring respons SBDK terhadap kenaikan BI 7DRR memiliki efek tunda 4 bulan. (Tempo.co)

Recommendation
Frontloading BI guna meredam ekspektasi inflasi. Investor merespon negatif langkah Hawkish BI merespoon ekspektasi inflasi yang Overshooting. Per Oktober lalu, Indonesia mencatatkan inflasi inti di level 3,21% YoY; dan inflasi headline 5,95% YoY. Adapun, nilai tukar rupiah masih bertahan sekitaran level IDR15.500/USD. Pelaku pasar juga melihat kebijakan moneter ketat lanjutan BI ini sebagai tindakan antisipatif, merespon spread antara BI 7DRR dan FFR yang semakin menyempit.

Download full report HERE.