Today’s Outlook:

MARKET AS: EMAS melonjak ke level tertinggi sepanjang masa karena para investor mempertimbangkan komentar hawkish dari para pejabat Federal Reserve terkait penanganan Inflasi AS. Komentar para pejabat The Fed masih mencerminkan pandangan berhati-hati dari bank sentral AS terhadap kemajuan mereka dalam mengendalikan inflasi, serta terkait waktu penurunan suku bunga. Wakil Ketua Fed Philip Jefferson mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah perlambatan Inflasi akan bertahan lama, sementara Wakil Ketua Fed Michael Barr mengatakan kebijakan moneter ketat sebaiknya diberlakukan lebih lama lagi. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bank sentral masih perlu waktu lebih lama lagi untuk yakin bahwa pertumbuhan harga berada pada trajectory turun yang diharapkan. More comments are coming from Fed officials today, sementara itu imbal hasil US TREASURY naik tipis setelah pejabat Fed menyatakan ketidakpastian mengenai waktu penurunan suku bunga. Obligasi tenor 10-tahun terakhir turun harganya 32/7 menjadikan yield berada pada level 4,4453%, dari 4,42% pada akhir Jumat. Sedangkan obligasi tenor 30 tahun harganya berakhir melemah 32/11 membuat yield berada pada level 4,5816%, dari 4,561% pada akhir Jumat lalu. US DOLLAR membukukan sedikit kenaikan terhadap sejumlah mata uang dunia karena para investor menunggu petunjuk lebih lanjut mengenai jalur suku bunga. DOLLAR INDEX (DXY) naik 0,15%, dan Euro turun 0,11% menjadi USD 1,0858/Eur. Yen Jepang melemah 0,39% terhadap greenback pada 156,30/USD, sementara PoundSterling terakhir diperdagangkan pada USD 1,2702, naik 0,02%.

MARKET EROPA & ASIA: CHINA menetapkan suku bunganya tetap tidak berubah sesuai ekspektasi. Pagi ini JEPANG melaporkan Tertiary Industry Index yang mengukur perubahan dari total nilai jasa yang dibeli oleh para tempat usaha, meningkat signifikan ke level tertinggi sejak setidaknya Agustus 2023; menunjukkan kesehatan ekonomi yang sangat berarti. Hari ini akan dipantau data GERMAN PPI (Apr.) serta Trade Balance EUROZONE.

KOMODITAS : Harga MINYAK mentah stabil seiring para trader mencerna komentar hawkish The Fed terhadap tanda-tanda bahwa Inflasi mulai mereda. Minyak mentah US WTI turun 0,32% menjadi USD 79,80/barel, sementara BRENT menetap di USD 83,71/barel, turun 0,32% pada perdagangan Senin kemarin. Pasar Minyak tampak tidak begitu terpengaruh oleh ketidakpastian politik di dua negara produsen minyak utama dunia setelah Presiden Iran Ebrahim Raisi tewas dalam kecelakaan helikopter dan putra mahkota Arab Saudi menunda perjalanan ke Jepang karena kesehatan ayahnya, sang raja. Kebijakan perminyakan Iran seharusnya tidak terpengaruh oleh kematian mendadak presiden tersebut karena PemimpinTertinggi Ayatollah Ali Khamenei memegang kekuasaan tertinggi yang berhak memutuskan semua urusan negara. Di Arab Saudi, pasar sudah terbiasa dengan kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman di sektor energi sehingga keberlanjutan strategi Arab Saudi diharapkan tak terganggu oleh masalah kesehatan raja. Dari komoditas lain, EMAS menyentuh rekor tertinggi, mengikuti data Inflasi minggu lalu yang menggembirakan plus adanya spekulasi terkini terkait tewasnya President Iran dalam kecelakaan helikopter; sementara PERAK mencapai level tertinggi dalam lebih dari 11 tahun. Harga Emas di pasar spot ditutup menguat 0,4% menjadi USD 2,424.69/ounce. TEMBAGA, yang menjadi barometer sentimen ekonomi, melonjak ke rekor tertinggi setelah China mengumumkan langkah-langkah untuk menopang sektor properti yang terkena krisis. Tembaga naik 2,97% ke level USD 10,985.00/ton.

INDONESIA bukukan defisit Neraca Pembayaran senilai USD 6 miliar pada kuartal 1/2024, berbalik arah dari surplus kuartal 4/2023 sebesar IDR 8,6 miliar. Kedepannya, Bank Indonesia senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek Neraca Pembayaran, selain terus memperkuat bauran kebijakan yang bersinergi erat dengan pemerintah dan otoritas terkait, guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. BI perkirakan NPI 2024 terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB. Neraca transaksi modal dan finansial diprakirakan mencatat surplus, sejalan dengan prakiraan kembali meningkatnya aliran masuk modal asing seiring meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, serta terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

Corporate News
OJK Sebut Ada 11 Perusahaan Pembiayaan Bakal Terbitkan Obligasi Tahun Ini
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut ada 11 perusahaan pembiayaan yang berencana menerbitkan obligasi pada tahun ini. Perinciannya sebanyak IDR 12.8 triliun pada semester I/2024 dan sebesar IDR 9.375 triliun pada semester II/2024. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK Agusman mengatakan rencana penerbitan tersebut dimulai pada kuartal II/2024. “Rencana penerbitan obligasi tersebut akan dimulai pada kuartal II 2024 dengan mempertimbangkan kebutuhan likuiditas masing-masing perusahaan,” kata Agusman dalam jawaban tertulisnya dikutip Minggu (19/5/2024). Beberapa perusahaan pembiayaan pun mengungkap rencananya untuk menerbitkan obligasi pada kuartal II/2024. Mereka adalah PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) yang akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI dengan target IDR 6 triliun dan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) atau CIMB Niaga Finance yang berencana menerbitkan Sukuk Penawaran Umum Berkelanjutan I (PUB I) Wakalah Bi Al Istitsmar pada kuartal II/2024 dengan target sebesar IDR 1 triliun. Berikutnya ada PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOMF) atau WOM Finance yang mengungkap pihaknya berencana untuk melakukan penerbitan obligasi pada kuartal II/2024. (Bisnis)

Domestic Issue
Aliran Modal Asing ke Obligasi Terganjal Suku Bunga The Fed
Aliran modal investor asing ke pasar obligasi Indonesia masih terganjal ketidakpastian kebijakan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, prospek pasar surat utang pada sisa tahun ini masih sangat bergantung pada sentimen global, sejalan dengan ketidakpastian global terkait arah suku bunga The Fed yang masih menjadi tantangan aliran modal asing ke pasar obligasi domestik. “Sisi eksternal ini masih menjadi risiko utama dari permintaan obligasi domestik, terefleksi dari net outflow yang terjadi dalam 3 bulan terakhir. Sentimen ketidakpastian global diperkirakan masih berlanjut hingga paruh kedua 2024,” ujar Josua kepada Bisnis, Senin (20/5/2024). Menurutnya, penerbitan obligasi pada tahun ini cenderung terhambat oleh berubahnya ekspektasi pemotongan suku bunga oleh pelaku pasar, dari sebelumnya ekpsektasi pemotongan hingga 125bps menjadi hanya 25-50bps pada 2024. Perubahan ekspektasi ini membuat para investor untuk lebih berhati-hati dalam berinvestasi di pasar obligasi domestik. Sentimen ini diperkirakan mulai mereda ketika ekonomi indikator ekonomi AS mulai melambat, dan The Fed sudah mulai memberikan sinyal pemotongan suku bunga. (Bisnis)

Recommendation

YIELD US10YT testing resistance MA10 & MA50 sekitar 4.438% – 4.453%. LIMITED UPSIDE POTENTIAL to next resistance : MA20 & lower channel around yield 4.50%. ADVISE : Siap—siap untuk collect kembali ketika yield berbalik turun.

ID10YT tengah uji resistance MA10 pada yield 6.97%, jika break out maka akan lanjut melaju ke TARGET : MA20 serta silangan dua garis resistance pada yield 7.04%. ADVISE : Siap—siap untuk collect / beli kembali ketika kenaikan yield terhalang dan harga kembali naik.

Download full report HERE.