Today’s Outlook:

MARKET AS: Ekspansi tak terduga pada aktivitas pabrik semakin menegaskan kuatnya perekonomian AS dan beresiko memupuskan ekspektasi investor atas penurunan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat. Yield US Treasury tenor 2 tahun, yang mana sensitif dengan kebijakan moneter The Fed, naik 9 bps ke level 4.712% sementara yield obligasi negara tenor 10 tahun naik 12.3 bps ke level 4.317% (setelah menyentuh titik tertinggi 2 minggu pada 4.337%); setelah laporan ISM Manufacturing PMI secara mengejutkan mampu bertengger di zona ekspansif untuk pertama kalinya sejak September 2022, dengan pembacaan 50.3 untuk bulan Maret dari 47.8 di bulan Februari; menunjukkan trend perbaikan pada sektor manufaktur yang sempat terpukul efek naiknya suku bunga. Sedangkan harga yang dibayar untuk komponen terkait index tersebut, salah satu acuan Inflasi, lompat ke level 55.8 dari 52.5 di posisi sebelumnya, menyiratkan bahwa harga bahan baku mentah naik ke laju tercepat mereka sejak Juli 2022 (seperti dikutip oleh para ekonom Oxford). Data-data di atas mengamini pesan Chairman Federal Reserve Jerome Powell pada hari Jumat lalu bahwa bank sentral tak perlu buru-buru memotong suku bunga di tengah kondisi ekonomi yang sedang kuat-kuatnya. Bahkan Fed Governor Christopher Waller & Atlanta President Raphael Bostic berkomentar bahwa mereka pikir lebih baik tidak perlu sampai ada 3x pemotongan suku bunga tahun ini. Tak ayal peluang pemotongan suku bunga terjadi di bulan Juni langsung kempis ke 56%, dari 64% pada pekan lalu, menurut Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com. Para investor akan mendapatkan lebih banyak kejelasan mengenai hal ini pada pekan depan, di mana diperkirakan 13 dari 19 pejabat The Fed akan berkomentar lebih lanjut.

KOMODITAS: Harga MINYAK bertahan di dekat level tertingginya dalam 5 bulan karena pasar mengantisipasi supply yang lebih ketat akibat pemotongan produksi OPEC+ dan juga efek serangan terhadap kilang-kilang Rusia, ditambah lagi dengan data manufaktur China mendukung prospek permintaan yang lebih kuat. BRENT naik 42 sen menjadi USD 87.42/barel, sementara minyak mentah US WTI naik 54 sen menjadi USD 83.71/barel. EMAS terangkat ke rekor tertinggi baru oleh laporan PCE price index pada hari Jumat lalu yang mendorong ekspektasi akan kebijakan moneter AS yang lebih longgar. Namun penguatan Emas terhambat oleh naiknya US Dollar & imbal hasil obligasi. Secara teori, harga Emas memang cenderung berbanding terbalik dengan suku bunga karena seiring dengan kenaikan suku bunga, Emas menjadi relatif kurang menarik. Harga Emas di pasar spot mencapai titik tertinggi sepanjang masa di USD 2,265.49/ounce di awal sesi, sebelumnya akhirnya ditutup 0,9% lebih tinggi pada USD 2,236.50/ounce.

MARKET ASIA: Sementara market Eropa masih dalam suasana libur Senin kemarin, Dollar Index menguat 0.47% setelah data menunjukkan sektor manufaktur AS tumbuh ekspansif. Di sisi lain, saham JEPANG malah jatuh ke zona merah dengan Yen berada dekat level yang membuat para pedagang tetap waspada terhadap intervensi mata uang. Yen berkeliaran di bawah 152/Dollar.

MARKET INDONESIA: CPI Indonesia bulan Maret merangkak naik ke level 3.05% yoy dari 2.75% bulan Februari, melebihi ekspektasi 2.91% dan juga sudah mulai merambah ke batas atas bank sentral pada 3.5% untuk tahun 2024. Ini merupakan tingkat Inflasi tertinggi sejak Agustus lalu, di mana harga makanan naik terbesar dalam 18 bulan di tengah bulan puasa Ramadhan dan menjelang perayaan Idul Fitri. Secara bulanan, CPI naik 0.52%, juga dalam laju lebih cepat dari 0.37% di bulan Februari, merupakan kenaikan terbesar bulanan sejak Desember 2022 dan mengalahkan estimasi 0.39%.

Corporate News
Erick Thohir Restui BUMN Adhi Karya (ADHI) Rilis Obligasi IDR 5 Triliun Dalam Rapat Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Kementerian BUMN yang dinakhodai Erick Thohir merestui PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) untuk menerbitkan obligasi bernilai total IDR 5 triliun. Direktur Utama ADHI Entus Asnawi Mukhson mengatakan perseroan telah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham untuk menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi IV sebanyak banyaknya IDR 5 triliun yang akan dilakukan pada 2024 – 2026. “Penggunaan dana untuk PUB Obligasi IV antara lain untuk refinancing, modal kerja, dan penyertaan kerja sama pemerintah dan badan usaha [KPBU],” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (1/4/2024). Entus menjelaskan bahwa penerbitan tersebut akan dilakukan secara berkala. Pada tahun ini, perseroan berencana menerbitkan obligasi senilai Rp1 triliun, lalu senilai IDR 2 triliun pada 2025 dan 2026. Dia mengungkapkan manfaat yang diterima ADHI dari penerbitan PUB tersebut adalah peningkatan likuiditas dan solvabilitas, serta mendorong efisiensi harga pokok produksi dalam menyelesaikan proyek-proyek. (Bisnis)

Domestic Issue
Utang Pemerintah Naik Lagi! Tembus IDR 8,319.2 Triliun per Februari 2024 Posisi utang pemerintah tercatat berada di angka IDR 8,319.2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini naik dari posisi akhir Januari, yang senilai IDR 8,253.09 triliun atau bertambah IDR 66.13 triliun dalam kurun waktu satu bulan. Utang pemerintah ini setara dengan 39.06% produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dalam buku APBN Kita edisi Maret 2024 mencatat rasio utang pada Februari masih di bawah batas aman rasio utang sesuai dengan Undang-Undang (UU) NO. 17/2023 yang sebesar 60%. Per akhir Februari 2024, profil jatuh tempo utang pemerintah terhitung cukup aman dengan rata- rata tertimbang jatuh tempo (average time maturity/ATM) di kisaran 8 tahun. Membandingkan dengan rasio utang terhadap PDB dalam tiga tahun terakhir, rasio pada tahun ini cenderung menurun. Di mana akhir 2021 posisi rasio utang mencapai 40.74%, kemudian turun pada 2022 menjadi 39.7%, dan akhir tahun lalu berada di level 38.98%. Melihat dari komposisi utang, mayoritas merupakan Surat Berharga Negara (SBN) domestik dengan porsi 88.19%. Jumlah tersebut setara dengan IDR 5,947.95 triliun. Sementara SBN valas tercatat memiliki porsi 16.07% atau mencakup IDR 1,388.92 triliun. Pemerintah juga melakukan utang dari pinjaman baik dalam dan luar negeri yang mencapai IDR 982.35 triliun atau menjelaskan 11.81% dari total utang. Pengelolaan utang yang disiplin turut menopang hasil asesmen lembaga pemeringkat kredit (S&P, Fitch, Moody’s, R&I, dan JCR) yang hingga saat ini tetap mempertahankan sovereign rating Indonesia pada level investment grade di tengah dinamika perekonomian global dan volatilitas pasar keuangan. Pada 15 Maret 2024, Fitch kembali mempertahankan rating kredit Indonesia pada posisi BBB dengan outlook stabil. (Bisnis)

Recommendation

US10YT menyentuh level Resistance pertama around yield 4.351%, terangkat oleh angka US ISM Manufacturing PMI yang beranjak ke zona ekspansif. Apabila level ini mampu di tembus, maka terdapat potensi penguatan yield lebih lanjut ke arah 4.60%-4.65%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.

ID10YT diperkirakan masih dalam perjalanan menuju Support terdekat MA10 / yield 6.674% pada trend naik yang sesungguhnya mengarah kepada Target Yield sekitar 6.80%. ADVISE : BUY ON WEAKNESS, atau Wait & See.

Download full report HERE.