Depresiasi Rupiah ditengah tren penurunan Cadev. Selain kenaikan FFR +75Bps keempat kalinya di November, tekanan pasar sepekan juga dipengaruhi oleh depresiasi rupiah. Nilai tukar rupiah melemah lebih dari 1% WoW, seiring meningkatnya permintaan USD jelang akhir tahun, guna pembayaran kewajiban utang ataupun repatriasi pendapatan bagi perusahaan asing. Sebagai catatan, Cadev Indonesia per September senilai USD130,80Miliar (Vs. Aug. USD132,20Miliar).

Corporate Bonds
PWON: Raih Pendapatan Senilai IDR4,49 T. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) meraih pendapatan IDR4,49 triliun hingga 9M22 atau ada kenaikan dari IDR3,79 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, beban pokok pendapatan naik menjadi IDR2,13 triliun, laba bruto naik menjadi IDR2,36 triliun serta laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk diraih IDR1,19 triliun. (Emiten News)

Domestic Issue
BI Perpanjang Perjanjian LCBSA dan BRL. Bank Indonesia (BI) dan Monetary Authority of Singapore (MAS) menyepakati perpanjangan perjanjian kerja sama keuangan bilateral, yaitu: Local Currency Bilateral Swap (LCBSA) dan Bilateral Repo Line (BRL). Kerja sama LCBSA memungkinkan adanya pertukaran mata uang lokal antara kedua bank sentral hingga nilai setara IDR 100 Triliun. (Kontan)

Recommendation
Inflasi 8% AS. Selain data GDP dan Cadev Indonesia, investor menantikan rilis data inflasi AS. Inflasi Headline AS Oct. YoY diproyeksikan 8% (Vs. Sept. 8,2%), berpeluang menentukan arah pasar di sisa tahun 2022 ini. Sejumlah Ekonom berpendapat, jika inflasi belum dibawah 8% YoY, maka the Fed mungkin bersiap untuk kenaikan FFR +75Bps kelima kalinya pada Desember mendatang. Adapun, NHKSI Research melihat, GDP Indonesia 3Q22 YoY diproyeksikan tumbuh 5,59% (Vs. 5,44% 2Q22), didukung ekspansifnya Manufaktur dan Consumer Confidence Index, masing-masing di level 53,7 dan 117,2 per September. Sementara itu, penantian data Cadev, ditengah depresiasi rupiah yang menembus level psikologis IDR15.700/USD pekan lalu.

Download full report HERE.