Inflasi Inti Flat di Angka 3,02% YoY

Harga-harga barang bergejolak yang relatif terkendali, seperti harga beras yang biasa menjadi penyebab tingginya inflasi cenderung terjaga tahun ini. Harga beras memiliki bobot paling tinggi di tahun 2018, sementara di tahun 2019 terjaga karena tercukupinya cadangan beras Bulog. Selain itu, kenaikan harga BBM dan tarif tiket pesawat yang mulai meningkat di akhir 2018, menjadi penyebab inflasi yang relatif tinggi dibanding tahun 2019. Sebagai catatan, inflasi inti tahun 2019 sebesar 3,02% atau sama dengan tahun sebelumnya. Namun, yang membedakan ada pada harga-harga yang diatur pemerintah. Pada tahun 2018 itu sebesar 3,36% dan kemudian memiliki andil sebesar 0,66% tapi di tahun 2019 inflasi sebesar 0,51%, karena periode tersebut memiliki kebijakan yang berbeda.

 

Pertama Kali di Bawah 3%

Tingkat inflasi 2019 yang sebesar 2,72%, atau yang berada di bawah target pemerintah sebesar 3,5%, merupakan yang terendah selama 10 tahun terakhir. Pada tahun 2009, Indonesia juga mengalami tingkat inflasi rendah di level 2,78%; kemudian 6,96% tahun 2010; 3,78% tahun 2011; 3,65% tahun 2012; 8,08% tahun 2013; 8,36% tahun 2014; 3,35% tahun 2015; 3,02% tahun 2016; 3,61% tahun 2017; dan di tahun 2018 sebesar 3,13%. Di tahun 2019, komponen inflasi tertinggi pada komponen harga barang bergejolak (volatile prices) yang mengalami inflasi sebesar 4,3%, dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,77%. Sementara, andil inflasi inti terhadap keseluruhan inflasi pada 2019 sebesar 1,65%. Adapun untuk harga barang yang diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 0,51% dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,10%.

Download laporan lengkapnya di SINI.