Today’s Outlook:
MARKET AS: Data US PPI ternyata dirilis lebih panas dari perkiraan disebabkan biaya bensin dan makanan yang meningkat, membuat para investor berpikir ulang bahwa Federal Reserve mungkin akan menunggu lebih lama lagi untuk memotong suku bunga. Inflasi di tingkat produsen AS naik 1.6% yoy pada bulan Feb (di atas ekspektasi 1.1% dan bulan sebelumnya 1%) dan 0.6% secara bulanan, dua kali lipat dari posisi terakhir 0.3% pada bulan Jan. Di sisi lain, angka Retail Sales juga membaik signifikan, dari – 1.1% di bulan Jan berbalik jadi positif 0.6% di bulan Feb, sementara secara tahunan tumbuh 1.5% yoy dari 0.04% di bulan yang sama tahun lalu. Melihat data Inflasi yang masih panas pada 2bulan terakhir, tak ayal para investor beropini bahwa The Fed mungkin masih perlu untuk pertahankan suku bunga higher for longer. Melengkapi semua itu, Initial Jobless Claims mencatat adanya 209ribu klaim pengangguran baru, pun di bawah estimasi 218ribu, mengindikasikan masih ketatnya pasar tenaga kerja. The Fed diramal akan melaksanakan pemotongan suku bunga sebanyak 2-3 kali di semester kedua tahun ini, secara ekonomi AS tengah berada dalam fase soft-landing. Hari ini para pelaku pasar akan memantau data Industrial Production (Feb) serta view penting mengenai consumer sentiment bulan Maret dari University of Michigan.

MARKET ASIA: Angka Penjualan Retail yang membaik juga dialami oleh INDONESIA di bulan Jan lalu dengan pertumbuhan tahunan 1.1%, dari 0.2% di periode sebelumnya. Nanti jam 09.00 WIB angka Trade Balance Indonesia (Feb) akan menjadi fokus perhatian di mana surplus kali ini diharapkan meningkat menjadi USD 2.3 miliar , dari USD 2.0 miliar di bulan Jan ; dan yang lebih penting adalah adanya peningkatan aktifitas Ekspor & Impor di bulan Feb yang signifikan. Dari CHINA, data New Loans akan menjadi acuan apakah perbaikan ekonomi di sana berada dalam jalur ekspansif, ataukah masih relatif tertekan seperti tergambar pada proyeksi angka pinjaman baru yang cenderung mengerut.

KOMODITAS: Harga MINYAK lanjutkan kenaikan hari kedua dan berada di titik tertinggi 5 bulan pada perdagangan Kamis (14/03/24) setelah International Energy Agency (IEA) meng-upgrade perkiraan pertumbuhan demand minyak mentah 2024. IEA menaikkan proyeksi permintaan minyak global di 2024, menjadi 1.3 barrel / day, naik 110ribu bpd dari bulan lalu. Agensi ini juga perkirakan demand di kuartal 1 bertumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 1.7 juta bpd karena membaiknya outlook ekonomi AS. Sementara itu OPEC pada hari Selasa kemarin tetap pada pendiriannya bahwa perkiraan pertumbuhan demand tahun ini berada pada angka 2.25 juta bpd, suatu proyeksi yang lebih tinggi daripada estimasi IEA. Harga futures US WTI melonjak 1.9% ke level USD 81.26 / barrel, Brent terapresiasi 1.7% ke level USD 85.42 / barrel.

Corporate News
Fitch Pangkas Peringkat Pan Brothers (PBRX) Imbas Gagal Bayar Kupon Obligasi Lembaga pemeringkatan Fitch Ratings memangkas peringkat jangka panjang emiten garmen PT Pan Brothers Tbk (PBRX) menjadi ‘RD’ dari ‘C’. Keputusan ini diambil menyusul kegagalan Pan Brothers dalam membayar kupon Obligasi Senior tanpa jaminan. Sebagai catatan, Obligasi Senior (Unsecured Notes) diterbitkan oleh PB International B.V yang memiliki nilai pokok USD171 juta yang jatuh tempo pada Desember 2025. Adapun kupon atau bunga yang belum dibayarkan PT Pan Brothers Tbk mencapai USD 6.5 juta. Fitch juga telah mengafirmasi peringkat surat utang ini menjadi ‘C’. “Tindakan tersebut (dilakukan) menyusul konfirmasi Pan Brothers bahwa perusahaan telah gagal memperbaiki tunggakan pembayaran bunga yang jatuh tempo pada 26 Januari 2024 atas obligasi senior berbunga 7,625% setelah berakhirnya masa tenggang 30 hari,” tulis Fitch Ratings dalam keterangan di keterbukaan informasi, Kamis (14/3/2024). Peringkat ‘RD’ menunjukkan kegagalan perusahaan dalam pembayaran obligasi, pinjaman atau kewajiban keuangan material lainnya yang belum diperbaiki. Dalam keterangan terpisah, Direktur PBRX, Fitri Ratnasari Hartono menyebut perseroan telah mengadakan rapat pemegang obligasi dan mengiriman surat permohonan kepada Wali Amanat mengenai rencana pembayaran kupon obligasi. “Fitch Ratings akan menilai kembali peningkatan peringkat apabila terdapat penyelesaian pembayaran,” terang Fitri. (IDX Channel)

Domestic Issue
Penjualan SR020 Diperkirakan Baru Ngegas Setelah THR Cair Penjualan Sukuk Ritel (SR) seri SR020 diperkirakan baru ngegas setelah periode Tunjangan Hari Raya (THR) Idul Fitri. Antusiasme penawaran SR020 sejauh ini masih lesu seiring kondisi pasar surat utang yang tertekan. Berdasarkan data salah satu Mitra Distribusi (Midis) yaitu Bibit, penjualan SR020 secara total sebesar IDR 7.67 triliun hingga Kamis (14/3) pukul 18.10 WIB. Penjualan kedua tenor SR020 mencapai 51% dari total kuota sebesar IDR 15 triliun. Secara rinci, SR020 tenor 3 tahun (SR020T3) terjual sebanyak IDR 6.35 triliun atau setara 63.56% dari total kuota IDR 10 triliun. SR020 tenor 5 tahun terjual sebanyak IDR 1.32 triliun atau sekitar 26.4% dari total kuota sebesar IDR 5 triliun. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, lambatnya penjualan SR020 kemungkinan dipengaruhi oleh belum pulihnya kondisi pasar obligasi domestik di pasar sekunder. Hal ini sejalan dengan investor yang masih menunggu sinyal pemangkasan suku bunga The Fed. Dia menyoroti, penantian investor akan pemangkasan suku bunga terindikasi dari yield SBSN seri benchmark yang meningkat. Di samping itu, penawaran masuk (incoming bids) pada lelang SBSN dalam 2-3 minggu terakhir terpantau turun. Menurut Josua, bila dibandingkan dengan seri Obligasi Negara Ritel (ORI), wajar kalau penjualan SR akan lebih rendah. Hal itu karena SR memang cenderung kurang fleksibel dalam hal penjualan kembali. Secara tren, ORI juga mempunyai likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan seri SR. Di samping sentimen kondisi pasar surat utang, kurang semaraknya penjualan SR020 berkaitan pula dengan kebiasaan investor ritel yang menahan pengeluaran jelang momentum THR. Sehingga, banyak saat ini investor menunggu THR dahulu sebelum beli Sukuk Ritel. (Kontan)

Recommendation

US10YT finally break out ke atas ketiga Resistance Moving Average, membebaskan jalannya menuju TARGET yield terdekat : 4.35%, sebelum lanjutkan swing bullish ini menuju yield 4.55% / 4.65%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.

ID10YT masih stagnan di sekitar resistance NECKLINE pola DOUBLE BOTTOM pada yield 6.652% , yang apabila tertembus maka akan melapangkan jalan yield ID10YT ke arah TARGET 6.75% / 6.8% / 6.867%. ADVISE : WAIT FOR A BREAK OUT to buy or average up.

Download full report HERE.