Today’s Outlook:

MARKET AS: Data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan industri jasa di sana semakin melambat di bulan Maret, mengindikasikan Inflasi mendingin, namun tidak cukup bagi Federal Reserve untuk memastikan kapan penurunan suku bunga dapat dimulai. Chairman The Fed Jerome Powell mengatakan sebagian besar pejabat bank sentral setuju bahwa penurunan suku bunga mungkin bisa terwujud di beberapa titik tahun ini, tetapi hanya setelah mereka memiliki keyakinan yang cukup bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju target 2%. Laporan ADP National Employment menyatakan terjadi pertambahan 184.000 pekerjaan di sektor swasta pada bulan Maret, lebih tinggi dari ekspektasi 148 ribu dan bulan Feb 155 ribu. Laporan tersebut juga menunjukkan ada lonjakan upah rata2 bagi pegawai yang berpindah pekerjaan sebesar 10% secara tahunan , setelah meningkat 7,6% pada bulan Februari, mengindikasikan ekonomi yang kuat namun sebuah pertanda buruk bagi trend inflasi. Namun di sisi lain, survey Institute for Supply Management (ISM) atas industri jasa AS menunjukkan harga jatuh ke titik terendah 4tahun, dan ini merupakan tanda baik melandainya Inflasi.

Yield US Treasury tenor 10tahun turun 1.6bps ke level 4.349% setelah sempat menyentuh titik tertinggi 4bulan pada 4.429% . Another comment from Atlanta Fed President Raphael Bostic, yang menegaskan kebijakannya bahwa bank sentral AS hanya perlu menurunkan suku bunga sekali saja di tahun ini. Walau DOLLAR INDEX ditahan sekitar titik tertinggi 4 bulan dan menekan Yen ke titik terendahnya dalam beberapa dekade, namun indeks yang mengukur kekuatan greenback atas 6 mata uang major dunia lainnya ini tergerus 0.5%. Deretan data ekonomi AS nanti malam masih sekitar ketenagakerjaan : Initial Jobless Claims mingguan memprediksi adanya 213 ribu klaim pengangguran terbaru. Tak lupa para investor juga bisa perhatikan Trade Balance AS serta pertumbuhan Ekspor Impor mereka, serta memperhatikan sejumlah statement lanjutan dari beberapa pejabat The Fed lainnya.

KOMODITAS : Harga MINYAK menguat ke titik tertinggi 5bulan seiring para trader mengkalkukasi resiko yang mengancam supply akibat serangan Ukraina ke kilang minyak Russia, serta potensi eskalasi konflik Timur Tengah, sementara rapat para menteri OPEC+ memutuskan mempertahankan kebijakan jumlah produksi mereka ; serta AS merilis angka stok minyak mereka yang ternyata melejit 3.2 juta barrel di atas perkiraan yang disangka turun 1.5 juta barrel. Minyak mentah US WTI 28 sen menjadi USD 85.43 / barrel, sementara BRENT naik 43 sen menjadi USD 89.35 / barrel. Harga EMAS kembali melesat ke rekor tertingginya. Emas berjangka AS ditutup 1.5% lebih tinggi pada USD 2,315 / ounce.

MARKET ASIA & EROPA : JEPANG & CHINA laporkan Services PMI bulan Maret dalam trend bertumbuh semakin ekspansif dibanding bukan Feb, walau au Jibun Bank Japan Services PMI sedikit di bawah ekspektasi. Sementara EUROZONE berhasil landaikan Inflasi Maret ke level 2.4% yoy, lebih rendah dari estimasi dan juga dari bulan sebelumnya 2.6%. Demikian pula Core CPI mereka yang menjadi acuan bank sentral Eropa untuk mampu berjalan ke Target 2% mereka, berhasil mendingin ke tingkat 2.9% yoy, lebih rendah dari prediksi 3.0%. Sebagai lanjutan, nanti malam mereka akan umumkan angka PPI di mana konsensus mengatakan masih akan berkutat di zona deflasi. Giliran JERMAN, EUROZONE, dan INGGRIS hari ini yang akan rilis sejumlah angka PMI mereka, baik dari industri manufaktur maupun jasa, yang diperkirakan beberapa dari mereka masih akan bergulat untuk keluar dari wilayah kontraksi.

Corporate News
Pefindo Turunkan Peringkat PP Properti (PPRO) dan Obligasi Berkelanjutan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT PP Properti Tbk (PPRO) dan Obligasi Berkelanjutan II menjadi idBB- dari idBBB-. Prospek peringkat Perusahaan direvisi menjadi negatif dari stabil. Melansir laman resmi Pefindo, penurunan peringkat mencerminkan kombinasi dari pemburukan profil kredit berdiri sendiri PPRO dengan terbatasnya kemungkinan dukungan dari perusahaan Induk. Pemburukan profil kredit berdiri sendiri PPRO dipicu oleh melemahnya profil kredit Perusahaan seiring dengan kinerja pra penjualan yang masih lemah,  terbatasnya kapasitas keuangan untuk menyelesaikan konstruksi proyek yang sedang berjalan, serta potensi penurunan atas porsi pendapatan berulang dengan dilakukannya divestasi atas beberapa aset yang dimiliki. Akibatnya, Pefindo menyebutkan bahwa profil keuangan PPRO juga memburuk terutama dalam aspek struktur permodalan, proteksi arus kas, dan fleksibilitas keuangan. “Kami juga menilai PTPP memiliki kapasitas yang terbatas untuk memberikan dukungan luar biasa kepada PPRO, mempertimbangkan pinjaman yang diberikan dari PTPP sudah mencapai batas maksimum yaitu 50% dari ekuitas induk,” sebut Pefindo dalam laman resminya, Senin kemarin (1/4/2024). Lebih lanjut disampaikan bahwa prospek negatif disematkan untuk peringkat Perusahaan mengantisipasi peningkatan risiko refinancing atas pelunasan obligasi yang akan jatuh tempo pada 2 September 2024. (Bareksa)

Domestic Issue
Pemerintah Targetkan Penjualan SBN Ritel IDR 160 Triliun di 2024, Simak Tantangannya Pemerintah menargetkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel mencapai IDR 160 triliun di tahun ini. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mencapai target penerbitan SBN ritel, yakni ketidakpastian global. Menurutnya, hal itu menurunkan risk appetite bagi para investor ritel, terutama untuk seri-seri yang tradedable, seperti seri SR dan seri ORI. “Adapun seri non-tradeable diperkirakan masih cukup menarik, terutama di kondisi saat ini, mengingat kupon yang ditawarkan lebih menarik daripada imbal hasil beberapa aset-aset di domestik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa kemarin (2/4). Tantangan itu terlihat dari capaian penerbitan dua seri pertama di tahun ini. Josua menilai penjualan ORI025 dan SR020 cenderung di bawah yang seharusnya, melihat penerbitan beberapa seri SBN ritel yang mampu mencapai di atas IDR 25 triliun pada tahun 2023 lalu. Sebagai pengingat, pemerintah memperoleh IDR 23.92 triliun dari penawaran ORI025 dan SR020 sebesar IDR 21.35 triliun. Josua menilai, terbatasnya permintaan SBN ritel tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian global sepanjang kuartal I 2024, akibat data Amerika Serikat (AS) yang menguat, serta ketidakpastian perekonomian China. “Seri-seri yang bersifat tradeable cenderung lebih mudah terpengaruh oleh sentimen global,” paparnya. Dengan yield yang masih tinggi, Josua pun memproyeksikan kupon untuk penawaran SBN ritel di tahun ini masih akan berkisar 6%. Menurutnya, Bank Indonesia (BI) tidak serta merta langsung menurunkan suku bunganya. (Kontan)

Recommendation

US10YT terhentikan langkah naiknya persis di perbatasan Resistance yield 4.351% ketika mendengar nada dovish Chairman Federal Reserve Jerome Powell yang menyatakan bahwa kebanyakan pejabat FOMC cukup optimis akan ada pemotongan suku bunga tahun ini, walau perlu dilaksanakan dengan keyakinan Inflasi AS berjalan ke trajectory target 2%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly, wait for break out to buy more / average up. NEXT TARGET : yield 4.60% – 4.66%. Support ketiga Moving Average dibentang pada range : 4.258% – 4.206%.

Sementara ID10YT menjalani pullback wajar ke Resistance terdekat MA10, dalam suatu swing uptrend jk.pendek yang semestinya belum mengganggu arah TARGET menuju yield : 6.75% / 6.80% – 6.81%. ADVISE : pantau Support area pada yield 6.684% – 6.664% untuk memastikan kekuatan trend naik & kesempatan BUY ON WEAKNESS. AVERAGE UP di atas yield 6.737%.

Download full report HERE.