Pasar saham AS berbalik ditutup turun setelah pelaku pasar mencerna komentar Federal Reserve Chair Jerome Powell menyusul keputusan bank sentral AS menaikkan suku bunga 25 bps (sesuai ekspektasi) ke level 5%-5.25% yang merupakan level tertinggi sejak 2007; dan memberi sinyal bahwa mereka bisa mengerem laju kenaikan suku bunga ini (rate pause) pada bulan Juni, walaupun konfirmasi mengenai hal itu sepenuhnya tergantung pada data ekonomi mendatang. Adapun keputusan FOMC Meeting dini hari tadi menandakan kenaikan berturut-turut yang ke 10 kalinya sejak Maret 2022). Sektor perbankan sontak turun dipicu kekhawatiran suku bunga tinggi akan semakin menghantam profitability para bank regional; diperparah dengan tergelincirnya saham-saham teknologi. Data ekonomi  mengenai laporan tenaga kerja baru di sektor swasta menunjukkan pertumbuhan signifikan di atas ekspektasi, secara ADP Nonfarm Employment Change (Apr.) keluar di angka 296 ribu, versus forecast 148 ribu dan dua kali lipat dari previous period yang hanya 142 ribu. Ditambah lagi, S&P Global Composite PMI (Apr.) menunjukkan  gejala ekspansif dengan pembacaan 53.4 lebih tinggi dari previous period 52.3; demikian pula ISM Non-Manufacturing PMI yang juga kian ekspansif di tingkat 51.9, versus previous 51.2. Rilis data tersebut membuat pelaku pasar memikirkan komentar bank sentral bahwa jalan menuju target Inflasi 2% masih jauh dan oleh karena itu sepertinya tingkat suku bunga wajar masih akan bertengger di sekitar 5% pada sepanjang tahun ini.

Sementara itu, IHSG pun masih belum bisa bangkit di hari kedua perdagangan bulan Mei, malah kali ini jadi harus ditutup di bawah sejumlah Support penting seperti MA10 & MA20, yang harusnya menjaga Uptrend jangka pendek ini tetap intact. Para investor juga memperhitungkan faktor resiko kesehatan sektor perbankan AS serta agak menahan diri menjelang keputusan Federal Reserve terkait suku bunga; menyebabkan asing harus melepas sebagian posisi mereka alias Net Sell di angka IDR 131.1milyar. Sejumlah indeks market Asia juga bergerak di teritori negatif; bank sentral Malaysia menaikkan suku bunga mereka 25 bps ke tingkat 3%, merupakan kenaikan pertama sejak bulan November lalu dan mendorong biaya pinjaman mereka ke tingkat tertinggi sejak 2019 seiring risiko inflasi yang semakin membayangi. Harga minyak kembali lanjutkan pelemahan setelah anjlok 5% sehari sebelumnya walau sebenarnya persediaan minyak AS ternyata drop lebih banyak di atas ekspektasi; seiring para investor mengkhawatirkan guncangnya ekonomi AS akan menimbulkan gelombang resesi (global), dengan demikian membuat harga emas dunia stabil di atas level psikologis USD 2000. NHKSI RESEARCH memprediksi konsolidasi IHSG belakangan ini masih harus segera mencari Support solid di sekitar 6800, serta harus bisa segera naik kembali ke atas 6850 untuk menyelamatkan sentimen bullish tetap ada di market. Sementara itu, para investor/trader pasar modal Indonesia lebih disarankan untuk Hold all positions, seraya memperhatikan rilis laporan keuangan kuartal 1 yang mulai banyak bermunculan, serta lebih fokus pada pembelian saham dari emiten-emiten yang terbukti berfundamental baik.

Download full report HERE.