Ekonomi China sepertinya masih belum kuat untuk mendorong perekonomian global secara Composite PMI mereka untuk bulan April tampak masih kontraksi ke level 54.4 (dari 57 sebelumnya) di mana perlambatan ekonomi tersebar rata di seluruh sektor. Sementara dari AS, ISM Manufacturing PMI (Apr.) tampak semakin ekspansif (walau belum sampai ke level normal 50) bahkan bisa lampaui forecast & previous period di angka 47.1. Di satu sisi, para pelaku pasar juga mencerna kisah penyelamatan First Republic Bank yang terpaksa dilelang oleh regulator AS & akhirnya dibeli asetnya oleh JPMorgan seharga USD10.6 triliun. Di tengah sentimen market yang bervariasi ini, market memperkirakan The Fed akan perlu menaikkan suku bunga 25 bps pada keputusan FOMC Meeting Rabu ini; dengan demikian menyebabkan Dow Jones bergerak flat pada awal bulan ini.
Sepertinya kondisi yang sama juga akan berlaku pada pasar saham Indonesia, apalagi para investor baru mulai berdatangan setelah long holiday Idul Fitri ditambah long weekend pekan lalu (walau ternyata asing membukukan beli bersih yang signifikan sebesar IDR15.26 triliun pada bulan perdagangan yang singkat di April ini) . Diperkirakan akan ada sedikit waktu penyesuaian sambil menunggu rilis data Inflasi Indonesia (Apr.) yang diprediksi bisa semakin melandai ke level 4.39% yoy (dari 4.97% sebelumnya), disertai oleh Inflasi Inti yang juga turut menjinak ke angka 2.89% (dari 2.94% sebelumnya). Menimbang sentimen pasar yang bergulir, *NHKSI RESEARCH berharap bullish yang telah terjadi di pasar akan mampu dilanjutkan menembus level krusial IHSG di 6950-6960* agar mampu bergerak ke arah level psikologis 7000-an. Saran Average Up bertahap adalah yang paling bijak dilakukan sambil memonitor animo pasar.
Download full report HERE.