Bursa utama AS jatuh berjamaah sekitar 1 persenan pada perdagangan Selasa (15/08/23), disebabkan oleh pelemahan konsisten dari China yang memicu kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi global, demikian juga dengan yield US Treasury yang kian menanjak setelah dirilisnya data ekonomi mengenai pengeluaran konsumen yang menguat di atas ekspektasi memupuskan harapan bahwa Federal Reserve tidak akan lanjutkan kenaikan suku bunga lagi tahun ini. Adapun penjualan retail AS naik 0.7% mom di bulan Juli, di atas perkiraan 0.4%, merupakan kenaikan yang terbesar sejak Januari lalu (secara tahunan malah Retail Sales AS tampak perkasa di level 3.17% yoy, 2x lebih tinggi dari prediksi maupun posisi di bulan sebelumnya) ; menandakan ekonomi AS tetap kuat. Setelah data tersebut dirilis, ekspektasi para trader bahwa Federal Reserve akan menahan suku bunga di tempatnya pada FOMC Meeting mendatang bulan September, tetap di probabilitas 89% ; walau di satu sisi para analis berpikiran investor khawatir bahwa suku bunga acuan akan bertahan di posisinya saat ini untuk waktu yang lebih lama dari yang telah diantisipasi. Pemikiran tersebut turut membuat saham Bank mengalami tekanan jual. Kurva imbal hasil Treasury AS telah terbalik selama lebih dari setahun, dengan obligasi jangka panjang memberi yield lebih kecil dari tenor jangka pendek. Situasi yang berkelanjutan ini berpotensi membatasi keuntungan yang dapat diperoleh bank dari pinjaman kredit. Sentimen gloomy di pasar diperparah dengan laporan Fitch yang mungkin akan men-downgrade lebih banyak bank lagi, termasuk di antaranya JPMorgan ; apabila kesehatan sektor perbankan AS tergerus lebih lanjut. Alhasil, semua sektor utama dari indeks S&P500 rontok, dengan sektor Ene rgy memimpin pelemahan akibat turunnya harga minyak mentah. Dari benua Asia, Jepang laporkan GDP 2Q23 yang melesat ke angka 6.0%, performa yang jauh lebih baik dari estimasi 3.1% dan kuartal sebelumnya di level 3.7%. Namun sayangnya, China belum bisa mengimbangi secara pertumbuhan Industrial Production mereka di bulan Juli malah drop ke level 3.7% ; tak bisa penuhi ekspektasi & kalahkan performa bulan sebelumnya di posisi 4.4%. Sedari awal tahun, Chinese Industrial Production berkutat di bawah 4%, pada level 3.8% tepatnya ; performa terburuk sejak setahun lalu. Berbeda dengan AS, kekuatan retail China juga semakin lesuĀ  dengan pertumbuhan hanya 2.5% yoy di bulan Juli (vs forecast 4.5% ; previous 3.1%) ; di mana secara YTD Chinese Retail Sales (Juli) mengerut ke posisi 7.33% dari 8.15% di bulan sebelumnya. Tak ayal, tingkat pengangguran China balik menguat ke posisi tertinggi bulan April lalu pada level 5.3%. Bank sentral China memotong suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah tenor 1-tahun ke level 2.5% dari 2.65%. Walau niatannya untuk lebih menggairahkan roda perekonomian di sana, di satu sisi langkah ini semakin membuat para pelaku pasar khawatirkan perbaikan ekonomi China yang terkesan sangat lambat. Dari benua Eropa, Inggris laporkan klaim pengangguran yang semakin masif di angka 29 ribu, jauh meleset dari perkiraan bahwa Claimant Count Change (Juli) malah harusnya drop 7 ribu, dan hasil ini juga lebih tinggi dari bulan lalu di 16,200. Tak heran, Unemployment Rate (Juni) juga dilaporkan meningkat ke level 4.2%; keadaan terburuk sejak November 2021. Di satu sisi, langkanya tenaga kerja Inggris saat ini memicu pertumbuhan upah rata-rata + bonus sebesar 8.2% di bulan Juni, dan menempatkan Labour Productivity ke level positif 0.7%, menandakan para pekerja semakin efektif & efisien dari posisi sebelumnya di negatif 1.4%. Prospek ekonomi yang kurang kondusif dalam 6 bulan ke depan turut digambarkan oleh data German ZEW Current Conditions (Agustus) yang drop ke level – 71.3 melebihi ekspektasi; sementara situasi dunia usaha dipandang masih akan lesu walau tingkat pesimisme-nya mulai bekurang. Siang ini Inggris akan laporkan CPI (Juli) di mana Inflasi diharapkan bisa menjinak ke level 6.8%, dariĀ  7.9% di bulan Juni. Sementara itu Euro Zone akan laporkan tingkat GDP 2Q23 yang diprediksi malah turun ke tingkat 0.6% yoy dari 1.1% kuartal sebelumnya ; seiring ma sih lemahnya prediksi Industrial Production Euro Zone di bulan Juni yang pertumbuhan negatifnya diperkirakan jadi double. Malam harinya, market akan memantau sejumlah data dari AS yaitu Building Permits, Housing Starts, Industrial Production semuanya untuk bulan Juli.

IHSG menguat tipis hampir 5 points ke level 6915.10 pada perdagangan Selasa seiring para investor mencerna data surplus Trade Balance yang mengecil di bawah perkiraan. Surplus Neraca Perdagangan Indonesia di bulan Juli drop ke angka USD 1.31 miliar, vs foreca st USD 2.53 miliar, akibat Ekspor turun lebih banyak daripada Impor. Adapun sedari awal tahun, Indonesia telah mengumpulkan pundi-pundi surplus Trade Balance sebesar USD 21.23 miliar, walaupun Ekspor melemah 10.27% dibanding Impor yang hanya turun 6.71%. Menimbang sentimen yang bergulir di pasar, NHKSI RESEARCH memperkirakan aura bullish masih bisa bertahan walau sepertinya agak sulit untuk menembus level resistance kampiun di sekitar 6950-6970 di tengah sentimen market saat ini. Setidaknya para investor / trader harus pula memantau level support 6890-6880 jikalau IHSG malah memilih ditutup turun dan kita malah harus kurangi posisi portfolio.

Download full report HERE.