Pola inversi yield UST2Y (3,35%) dan UST10Y (3,36%) terbentuk, salah satu indikator resesi. Walaupun belum terjadi negatif spread yield, yield UST2Y naik
+30bps, lebih agresif dari UST10Y yang naik +20bps. Wall Street tertekan pada awal pekan, dengan Nasdaq turun hingga 4,6%, jelang rapat FOMC Rate Decision (Cons. 1,25%-1,50%) pekan ini. Inversi yield obligasi mengindikasikan investor mengantisipasi risiko dalam waktu dekat, dan lebih minati instrumen tenor panjang. Inversi yield sebelumnya terjadi pada April, atau setelah AS umumkan inflasi tinggi di bulan Maret.
Pelemahan terbatas sesi dua kemarin membuat NHKSI Research memproyeksikan IHSG berpotensi bergerak upward (rebound), dalam kisaran 6.900-7.150. Pada awal pekan, IHSG melemah 91 poin, ditutup di bawah level 7.000, seiring depresiasi rupiah mendekati level psikologis IDR 14.700/USD. Indeks USD menguat ke level 105,0 pasca rilis data inflasi tinggi CPI AS Mei (1,0% MoM; 8,6% YoY), dan di tengah sikap Hawkish the Fed akhir 2Q22 ini. Tekanan juga terjadi di pasar obligasi, dengan FR0091 SUN benchmark 10-tahun mencatatkan kenaikan yield lebih dari 15bps ke level 7,34%.
Download full report HERE.