Bursa saham AS ditutup beragam pada perdagangan Kamis (31/08/23) menutup bulan Agustus dengan total penurunan bulanan 1.8% untuk S&P500, 2.4% untuk Dow, dan Nasdaq 2.2%. Adapun kemarin Nasdaq ditutup naik dan mencapai titik tertinggi dalam 4 minggu setelah Departemen Perdagangan AS melaporkan Personal Consumption Expenditures (PCE) price index, yang merupakan acuan Inflasi favorit dari Federal Reserve, naik 3.3% yoy pada bulan Juli, sesuai dengan ekspektasi. Sementara Core PCE price index (yang mengecualikan harga makanan & energi yang volatile) juga naik sesuai prediksi pada tingkat 4.2% yoy di bulan yg sama. Namun di sisi lain, Consumer Spending naik 0.8% mom di bulan Juli, merupakan pertumbuhan tercepat dalam 6 bulan dan menyiratkan daya beli konsumen yang resilien. Harapan para investor / trader bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada rapat bulan September mendatang tetap di tingkat probabilitas 88.5%, sementara mereka juga telah memperhitungkan 51% kemungkinan The Fed akan mengerem kenaikan suku bunga di bulan November, seperti dilansir oleh CME Group FedWatch tool. Para investor percaya bahwa The Fed akan selalu mengacu kepada data ekonomi dalam menentukan keputusan terkait suku bunga ini. Sementara data yang telah dirilis cukup sesuai dengan ekspektasi pasar, dengan demikian sejalan dengan tujuan trend kenaikan suku bunga yang telah dilakukan sejak 2022 lalu. Pelaku pasar sekarang akan pusatkan perhatian pada data berikut yang akan muncul Jumat ini yaitu Nonfarm Payrolls. Perlu diketahui, klaim pengangguran mingguan untuk minggu yang berakhir 26 Agustus lalu hanya keluar di angka 228 ribu, di bawah estimasi 235 ribu. Data tersebut mengikuti pertumbuhan yang lebih lambat pada ADP Nonfarm Payrolls yang sudah dirilis lebih dulu pada hari Rabu lalu, memberi sinyal melunaknya pasar tenaga kerja dan merupakan katalis positif pada market. Yield  US Treasury tenor 10-tahun juga turut bereaksi dengan turun ke level 4.09%, di lain pihak memberikan dorongan naik kepada saham-saham Teknologi besar. Perusahaan bank raksasa UBS cukup percaya diri dengan kemampuan S&P500 mencapai level 4700 pada Juni 2024, dibanding dengan target akhir tahun 2023 ini di sekitar angka 4500. Menurut UBS, pertumbuhan saham di 2024 bisa lebih tinggi seiring membaiknya laba dan market mulai mengantisipasi prospek pemotongan suku bunga oleh The Fed apabila Inflasi terus bergerak ke arah target level 2% yang diinginkan bank sentral AS. UBS juga menambahkan, tidak tertutup kemungkinan prospek yang lebih baik bahwa S&P500 akan mampu mencapai 5200, apabila artificial intelligence (AI) terbukti memang mampu mainkan peranan yang vital di tahun depan. Dari benua Asia, China merilis data Manufacturing PMI (Agus.) yang terlihat semakin bersemangat di angka 49.7, walau belum juga menyebrang ke wilayah ekspansif namun pembacaan tersebut telah lampaui ekspektasi & posisi bulan lalu di 49.3. Sayangnya Non-Manufacturing PMI China mundur ke level 51.0 (meleset dari ekspektasi dan lebih rendah dari bulan sebelumnya) ; membawa Chinese Composite PMI cukup naik 0.2 point saja ke level 51.3 di bulan Agustus. Sementara dari benua Eropa, Jerman laporkan Retail Sales di bulan Juli anjlok secara bulanan dan tahunan, tak mampu penuhi ekspektasi dan jelas tunjukkan trend turun dibanding bulan sebelumnya. Sementara tingkat pengangguran dari negara ekonomi terbesar Eropa ini tercatat pada level 5.7% di bulan Agustus, sesuai ekspektasi bahwa level tersebut membesar dari bulan sebelumnya di 5.6%. sebanyak 18 ribu pengangguran baru muncul di bulan Agustus, jauh lebih tinggi dari hanya 1000 di bulan sebelumnya. Zona Euro memberi perkiraan awal pada tingkat Inflasi bulan Agustus pada 5.3% yoy, di atas ekspektasi 5.1% ; mereka juga merilis Unemployment Rate di bulan Juli yang tak beranjak dari posisi 6.4%. Berikut adalah beberapa data penting yang sedianya dipantau oleh para investor hari ini: Jepang telah laporkan Capital Spending 2Q23 yang anjlok ke level 4.5%yoy, dari 11% di kuartal sebelumnya. Sementara Korea Selatan telah umumkan Trade Balance (Agus.) surplus sebesar KRW 870 juta, sayangnya meleset dari ekspektasi pada KRW 1.65 miliar, dipicu oleh Ekspor & Impor yang masih terbenam pada pertumbuhan negatif walau sudah agak melambat dari bulan sebelumnya. Kedua negara tersebut di atas akan segera laporkan Manufacturing PMI di bulan Agustus, hampir berbarengan dengan Indonesia dan China merilis data yang sama. Para investor Indonesia juga akan menantikan data Inflasi bulan Agustus yang diramal akan keluar di angka 3.33% yoy, naik dari bulan Juli di 3.08%. Malam harinya, pasar saham AS akan bereaksi menyikapi rilis data Average Hourly Earnings (Agus.), Nonfarm Payrolls (Agus.), Unemployment Rate (Agus.), serta data Manufacturing PMI juga untuk bulan Agustus.

Sesuai prediksi, IHSG tampak mundur teratur setelah menyentuh area Resistance kritikal 6970-7000, ditutup memerah di level 6953.26, setelah titik Low kemarin hampir mencobai area Support terdekat di sekitar 6915-6920. Nota bullish masih dipertahankan walau sedikit pesimis IHSG akan mempu tembus ke level 7000 di penghujung minggu ini, mengingat cukup banyak katalis market yang perlu dicerna lebih lanjut. NHKSI RESEARCH menyarankan para investor/trader untuk menahan diri dari posisi pembelian yang terlalu banyak pada hari ini sambil mencermati animo pasar.

Download full report HERE.