Setelah menikmati bullish di bulan Januari, indeks utama Wall Street harus menutup bulan Februari di teritori bearish dengan total penurunan 4.19% untuk Dow Jones, 2.61% untuk S&P500, dan 1.11% untuk Nasdaq; berkebalikan dengan pasar obligasi yang nyaman di posisi yield Uptrend, seiring lebih banyak bukti-bukti mengatakan bahwa tingkat inflasi yang ulet akan membuat bank sentral menahan suku bunga tetap tinggi. Angka US Consumer Confidence jatuh di bawah perkiraan ke level 102.9 (vs forecast 108.5, vs previous 106) menyiratkan konsumen/masyarakat mulai pesimis akan masa depan aktivitas ekonomi; sementara itu harga perumahan keluarga kecil naik di laju terlambat sejak musim panas 2020. Dari benua Eropa, data Inflasi Perancis (Feb.) masih menunjukkan pertumbuhan 6.2% YoY (0.9% MoM) yang mana lebih tinggi dari survey dan bulan sebelumnya. Indeks saham global MSCI All-World juga mengakhiri bulan Februari negatif 3%, menghapus profit cukup besar dari kenaikan 7% sebelumnya di bulan Januari. Bank of America memperingatkan bahwa suku bunga acuan AS bisa bertengger mendekati level 6%. Senada dengan itu, ECB dipercaya tidak akan berhenti menaikkan suku bunga sampai cukup yakin tingkat Inflasi Zona Eropa bisa ditekan mendekati 2%.
IHSG sendiri berjuang keras untuk tidak menutup perdagangan bulan Februari di teritori negatif, bertengger di level 6843.24 (hanya 3.9 points lebih tinggi dari posisi Januari); didukung oleh total minat beli bulanan asing yang cukup signifikan sebesar IDR 6.77 triliun (walau kemarin mereka menjual bersih sebesar IDR 1.06 triliun). Sayangnya USD/IDR bertahta di posisi tertinggi 1.5 bulan pada nilai tukar IDR15,266/USD sedikit lebih rendah dari titik High bulan ini di 15,287. Namun demikian, Gubernur BI Perry Warjiyo mengutarakan bahwa belum perlu untuk menaikkan suku bunga acuan secara kenaikan 225 bps yang telah dikumpulkan sejak Agustus 2022 itu cukup memadai untuk menekan tingkat Inflasi sampai akhir tahun. Beliau juga mengatakan bahwa bank sentral melakukan sejumlah langkah intervensi dalam rangka stabilisasi nilai tukar Rupiah. Hari ini pelaku pasar akan memasang mata pada angka Inflasi (Feb.) yang mana di-survey tumbuh 5.44% yoy (vs Januari 5.28%), sementara Inflasi Inti diprediksi berada pada level 3.26% (vs previous 3.27%). NHKSI RESEARCH menyarankan para investor/trader pasar modal Indonesia untuk lebih focus pada area Support MA50/6828 (up to 6800) dan lebih waspada akan kemungkinan harus lebih banyak kurangi posisi portfolio; karena area Resistance MA10 & MA20 di range 6870-6890 tampak alot tertembus.
Download full report HERE.