Personal Consumption Expenditures tinggi, Wall Street menutup 2Q22 dengan pelemahan. PCE Core Deflator AS Mei naik +0,3% MoM dan +4,7% YoY; walaupun di bawah ekspektasi pasar (+0,4% MoM; +4,8% YoY), namun relatif masih tinggi dari bulan sebelumnya +0,3% MoM dan +4,9% YoY. Hasil PCE tetap tinggi, kembali memperkuat sikap Hawkish agresif the Fed di Juli, yang diproyeksikan kembali menaikkan FFR 75 bps menjadi 2,25%-2,50%. Nasdaq pimpin penurunan Wall Street, melemah lebih dari 1%, sekaligus menutup periode 2Q22. Data lainnya menunjukkan Personal Spending Mei hanya tumbuh +0,2% (Vs. Apr. +0,6%), atau menahan konsumsi seiring Personal Income flat +0,5% dalam periode yang sama.

Rupiah 14.900/USD jelang data inflasi. IHSG sempat tertekan ke level psikologis 6.900, sebelum akhirnya ditutup di level 6.911. Adapun apresiasi USD terjadi pasca pidato Jerome Powell menyebutkan, kenaikan FFR agresif Juli sangat diperlukan untuk menekan lonjakan inflasi. Adapun, di sisi domestik, depresiasi rupiah seiring pelaku pasar menantikan rilis data inflasi Juni yang diproyeksikan naik sebesar +0,45% MoM (+4,19% YoY), seiring kenaikan harga sejumlah pangan dan konsumsi domestik, serta harga emas global. Proyeksi tersebut menyentuh batas atas target inflasi tahunan BI antara 2%-4,2%. Mengawali periode 3Q22, NHKSI memproyeksikan IHSG bergerak upward (technical rebound) dalam rentang 6.900-7.080.

Download full report HERE.