Today’s Outlook:
MARKET AS: Minneapolis Fed President Neel Kashkari berkata bahwa bank sentral AS belum selesai berurusan dengan penanganan Inflasi walaupun harus diakui bahwa trend Inflasi 3 bulan dan 6 bulan telah melandai dengan cepat ke sekitar Target The Fed di 2%. Pejabat The Fed lainnya menyatakan bahwa mereka belum siap untuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk melonggarkan kebijakan moneter mereka di tengah laju Inflasi yang masih tak menentu. Di pihak lain, The Fed dirasakan perlu segera meninggalkan era suku bunga higher for longer secara sudah terdeteksi tekanan pada bank dan pemilik property real estate komersial, yang mana isu ini juga telah diangkat oleh US Treasury Secretary Janet Yellen pada hari Selasa, walau beliau yakin situasi masih aman terkendali dengan bantuan dari bank regulator. Nanti malam akan dipantau angka Trade Balance AS dengan fokus pada perkembangan Ekspor – Impor dari negara ekonomi nomor satu di dunia ini.
KOMODITAS: Harga futures MINYAK Brent & US WTI masing-masing sempat menguat lebih dari USD1/barrel pada perdagangan Selasa setelah US Energy Department mengatakan bahwa produksi minyak mentah AS tidak akan mampu memenuhi ekspektasi; namun sejurus kemudian harga kembali turun setelah adanya wacana perpanjangan gencatan senjata perang Israel – Hamas. Futures Brent bertengger di angka USD78.59/barrel, naik 0.77%; sementara futures US WTI ditutup pada harga USD73.51/barrel setelah naik 0.73%. Dalam laporan outlook energy jangka pendek, US Energy Department memperkirakan produksi minyak mentah AS akan bertambah 170 ribu barrel/day (bpd) di tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya pada 290 ribu bpd. Laporan mingguan terakhir dari American Petroleum Institute memang baru saja dirilis bahwa stok minyak mentah AS hanya bertambah 674 ribu barrel, tak mampu penuhi estimasi 2,1 juta barrel, setelah stok anjlok 2,5 juta barrel di pekan sebelumnya. Hari ini akan ada satu laporan lagi dari Energy Information Administration (EIA) yang mengukur perubahan mingguan minyak mentah komersial yang disimpan oleh para perusahaan minyak AS. Adapun tingkat inventory mempengaruhi harga produk minyak bumi, yang dapat berdampak pada inflasi.
MARKET EROPA & ASIA: Jerman laporkan Factory Orders (Des.) bertumbuh pesat secara bulanan 8.9% mom dibanding proyeksi minus 0.1% dan posisi bulan sebelumnya yang tidak ada pertumbuhan sama sekali 0%. Construction PMI di Jerman dan Eurozone ditengarai masih lesu pada bulan Januari, sementara Inggris berhasil catatkan pertumbuhan Construction PMI (Jan.) yang lebih baik dan mengarah ke wilayah ekspansif. Retail Sales Eurozone untuk bulan Desember terpantau masih lemah dengan pertumbuhan negatif 0.8% yoy, semakin memburuk dari bulan November pada minus 0.4%. Sejumlah indikator ekonomi akan dipantau dari benua Eropa hari ini di mana sektor property Inggris dan Industrial Production Jerman akan jadi sorotan. Dari benua Asia, giliran Indonesia dan China akan laporkan Cadangan Devisa masing-masing dalam denominasi USD hari ini.
Corporate News
Langkah Wijaya Karya (WIKA) Setelah RUPSU Gagal Kuorum PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) akan terus berupaya meyakinkan para pemegang sukuk untuk menyetujui langkah penyehatan, setelah Rapat Umum Pemegang Sukuk (RUPSU) yang digelar baru-baru ini gagal mencapai kuorum keputusan. WIKA menggelar RUPSU di Jakarta pada 31 Januari 2024. Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya mengatakan rapat tersebut menjadi itikad baik perseroan untuk mencapai kesepakatan, sekaligus mendapatkan dukungan dari pemegang sukuk terhadap langkah penyehatan yang sedang ditempuh saat ini. Namun, rapat yang dihadiri 453.35 miliar suara atau 90.67% dari jumlah sukuk yang belum dilunasi ini, gagal mencapai kata sepakat atas dua skema usulan alternatif yang disodorkan WIKA. “Berkaitan dengan belum dicapainya kesepakatan dengan pemegang sukuk, perseroan akan terus berupaya untuk mempertahankan antara upaya WIKA dan aspirasi pemegang sukuk,” ujar Mahendra kepada Bisnis, Selasa (6/2/2024). Usulan alternatif pertama yang disodorkan WIKA adalah pemegang sukuk menerima penjelasan perseroan atas kelalaian pembayaran sukuk mudharabah, dan memberikan kelonggaran waktu kepada perusahaan untuk memperbaiki hal itu paling lambat 29 Februari 2024. Terkait usulan tersebut, jumlah suara pemegang sukuk yang tidak setuju mencapai 147 miliar suara atau mewakili 32.43%. Sementara itu, jumlah suara yang menyetujui usulan pertama mencapai 306.35 miliar suara atau sebanyak 67.57%. Usulan kedua pemegang sukuk tidak menerima penjelasan perseroan dan tidak menyetujui pelonggaran ataupun perbaikan atas kelalaian pembayaran kembali dana sukuk. Hasilnya, sebanyak 67.57% suara menolak, sedangkan 32.43% pemegang sukuk setuju. (Bisnis)
Domestic Issue
Utang Pemerintah hingga Akhir 2023 Tembus IDR 8,114 Triliun Total utang pemerintah melonjak, tembus di atas IDR 8,000 triliun per akhir Desember 2023. Berdasarkan laporan APBN KiTa, total utang pemerintah mencapai IDR 8,114 triliun hingga 31 Desember 2023 atau naik IDR 90.49 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai IDR 8,041 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, naiknya utang pemerintah membuat rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) per 31 Desember 2023 menjadi 38.59 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), naik dari bulan sebelumnya yang di level 38.11 persen. Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan utang pemerintah masih dalam posisi aman. Bendahara negara itu merinci, utang pemerintah terdiri atas dua jenis yakni berbentuk surat berharga negara (SBN) dan pinjaman. Utang pemerintah sampai Desember 2023 masih didominasi oleh instrumen SBN yakni 88.16 persen dan sisanya pinjaman 11.84 persen. Secara rinci, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN sebesar IDR 7,180 triliun. Terdiri dari SBN domestik sebesar IDR 5,808 triliun yang berasal dari Surat Utang Negara IDR 4,700 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar IDR 1,107 triliun. Di sisi lain, jumlah utang pemerintah dalam bentuk SBN valuta asing hingga Desember 2023 sebesar IDR 1,372 triliun, terdiri dari Surat Utang Negara IDR 1,034 triliun dan SBSN IDR 338 triliun. (Kumparan)
Recommendation
US10YT nyata terhentikan langkahnya pada Resistance trendline persis pada High yield 4.16% – 4.17%, dengan demikian potensi yield menguat terus sampai TARGET 4.348% agak terhambat. ADVISE : kurangi posisi apabila Support ketiga Moving Average sekitar yield 4.064% – 4.033% tidak bertahan.
ID10YT pun tertahan di area Resistance mendekati yield 6.75%. Selepas level tersebut terlampaui maka yield akan mampu melenggang menuju TARGET 6.948% – 6.962% up to level psikologis 7.0%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.
Download full report HERE.