Today’s Outlook:
MARKET US: Angka US GDP 4Q23 lebih kuat dari perkiraan dan melambatnya inflasi mendukung ekspektasi soft landing, mendorong imbal hasil obligasi lebih rendah. AS mencatatkan pertumbuhan ekonomi di kuartal 4/2023 sebesar 3.3%, turun dari 4.9% di kuartal ketiga, walaupun melampaui ekspektasi para ekonom di angka 2%, didorong oleh kuatnya belanja masyarakat. Sedangkan Core PCE (Personal Consumption Expenditure) prices, yang merupakan ukuran Inflasi favorit The Fed, tetap di 2% seperti kuartal sebelumnya. Pada intinya, belanja masyarakat memang memuncak di kuartal ketiga, konsumen menghabiskan uang untuk liburan, hiburan, dan rekreasi. Menyikapi data-data tersebut yield US Treasury tenor 10 tahun turun 4.5 bps ke angka 4.135%.
Di sisi lain, Initial Jobless Claims untuk pekan lalu tercatat 214 ribu klaim pengangguran baru, naik dari 189 ribu pada pekan sebelumnya dan juga lebih tinggi dari perkiraan 200 ribu. Walau klaim pengangguran ini meningkat, adapun data Building Permits & New Home Sales (Des.) yang dirilis lebih tinggi dari estimasi, memberi petunjuk lebih lanjut bahwa kesehatan sektor properti cukup baik, dan menambah pemikiran bahwa AS itu jauh dari resesi. Untuk melengkapi indikator ekonomi di atas nanti malam sekitar jam 20.30 WIB akan diumumkan PCE price index (Des.) sebagai masukan bagi keputusan The Fed pada FOMC Meeting pekan depan.
MARKET EROPA & ASIA: Jerman masih pesimistis memandang iklim dunia usaha dalam 6 bulan ke depan, tercermin dari German Ifo Business Climate Index (Jan.). Sementara European Central Bank telah menelurkan keputusan suku bunga dengan menahannya tetap di level 4.5%, sesuai ekspektasi. Pagi ini Jepang telah mengumumkan tingkat Inflasi di Tokyo untuk bulan Januari, di mana tercatat sebesar 1.6% yoy untuk Inflasi headline maupun core CPI, yang mana keduanya ini lebih rendah dari bulan sebelumnya. Hasil tersebut akan semakin menjustifikasi kebijakan moneter super-longgar mereka dengan suku bunga negatifnya.
KOMODITAS: Harga MINYAK melonjak ke level tertinggi 8 minggu sekitar 3 persenan bagi WTI maupun Brent pada hari Kamis karena data ekonomi AS yang lebih kuat meredakan kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi global dan berpotensi meningkatkan prospek demand hanya sehari setelah China meluncurkan stimulus kebijakan moneter untuk, menopang pasar sahamnya. Konflik di Timur Tengah masih berlangsung dan mampu berperan sebagai Support atas harga minyak, di tengah harapan akan adanya potensi gencatan senjata di Gaza.
Corporate News
PYFA Tawarkan Surat Utang Senilai IDR 400 Miliar Berbunga 9.5 Persen PT Pyridam Farma Tbk (IDX: PYFA) akan melakukan penawaran umum Obligasi Berkelanjutan I Pyridam Farma Tahap III tahun 2024 sebanyak-banyaknya senilai IDR 400 miliar, mulai tanggal 19-20 Februari 2024. Aldiracita Sekuritas Indonesia dan Sinarmas Sekuritas selaku penjamin pelaksana emisi surat utang telah menjamin dengan kesanggupan penuh atau full commitment penyerapan surat utang dengan peringkat irBBB+ dari Kredit Rating Indonesia. Untuk menarik investor, emiten farmasi itu menawarkan bunga 9,5 persen per tahun hingga jatuh tempo setelah dua tahun penerbitan. Rencananya, dana hasil penerbitan surat utang itu untuk pengembangan usaha, termasuk tidak terbatas pada biaya untuk ekspansi, biaya belanja modal, biaya bahan baku, biaya operasional, biaya pemasaran, biaya pengembangan produk, dan biaya lain-lain yang diperlukan. (Pasar Dana)
Domestic Issue
Prospek Cerah Surat Berharga Negara (SBN) pada 2024 Pasar obligasi sepanjang 2024 masih akan berpeluang mengalami peningkatan kinerja seiring dengan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral. Pun Surat Berharga Negara (SBN) akan memiliki peningkatan daya tarik bagi para investor. Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan saat ini pasar masih akan mencermati kebijakan dovish The Fed. Pasar yang wait and see juga mempertimbangkan Pemilu Indonesia dan Amerika Serikat serta eskalasi konflik Timur Tengah. “Prospek pasar obligasi tahun ini berpeluang mengalami kenaikan kinerja jika bank sentral menurunkan suku bunga acuan,” kata Roby kepada Bisnis, Kamis kemarin (25/1/2024). Obligasi negara atau SBN juga akan menarik perhatian investor terlebih peringkat surat utang RI diperkirakan masih bertahan seiring dengan stabilnya outlook pertumbuhan ekonomi, dan masih tingginya risiko eksternal yang dapat berpengaruh terhadap kondisi APBN. Roby menjelaskan SBN dengan tenor pendek menjadi pengaman dari risiko seiring dengan masih tingginya ketidakpastian. Sementara SBN dengan tenor panjang untuk mendapatkan peluang yield tinggi di tengah proyeksi perlambatan ekonomi. (Bisnis)
Recommendation
US10YT masih berjalan di dalam channel uptrend dan di atas platform ketiga Moving Average, dalam rangka menuju TARGET yield : 4.258% / 4.357%. ADVISE : BUY ON WEAKNESS ; or average up accordingly. Support : yield 4.092% – 4.036%.
ID10YT berusaha untuk menembus satu lagi Resistance Moving Average yaitu MA10 di level yield 6.642% ; yang mana jika berhasil break maka akan membebaskan yield ID10YT lanjutkan swing trend menuju TARGET : yield 6.75% / 6.948% – 6.962% . ADVISE : AVERAGE UP accordingly.
Download full report HERE.