Today’s Outlook:
MARKET US: Yield US Treasury tenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 2007 seiring para investor mencerna komentar para pejabat Federal Reserve dan laporan  data-data ekonomi penting pekan ini, termasuk Inflasi dan pertumbuhan ekonomi kuartalan yang akan berperan penting sebagai input pertimbangan The Fed mengenai kebijakan moneter. Kalender ekonomi penting yang patut dimonitor pekan ini adalah: statement dari beberapa pejabat penting Federal Reserve, dan terutamanya Personal Consumption Expenditure price index dijadwalkan rilis Jumat. Fed Chairman Jerome Powell sedianya berbicara hari Kamis, sementara New York Fed President Williams pada hari Jumat.

Pada sudut US Treasury, imbal hasil obligasi negara AS beranjak lebih tinggi dengan benchmark yield tenor 10-tahun menanjak 3 minggu berturut-turut di tengah ekspektasi suku bunga AS akan tetap tinggi lebih lama dari perkiraan awal. Yield obligasi tenor 10 tahun naik 10,2 bps menjadi 4,542%, dari 4,44% pada akhir Jumat. Sedangkan yield obligasi tenor 30 tahun terakhir melonjak 14,3 bps menjadi 4,6646%, dari 4,522%. Sementara itu, surat utang 2 tahun berakhir menguat 0,2 bps menjadi 5,1249%, dari 5,123% pada posisi Closing sebelumnya.

Kekhawatiran mengenai US government shutdown terus menghantui seiring Congress AS harus berkata sepakat meluluskan anggaran belanja yang diperlukan untuk membiayai pemerintahan setelah tanggal 1 Oktober. Lembaga pemeringkat Moody’s mengatakan bahwa apabila US government shutdown harus terjadi, maka akan berpengaruh negatif pada rating kredit negara. Namun di sisi lain, pengaruhnya pada ekonomi tidak akan begitu lama.

Dollar menyentuh titik tertinggi 11 bulan melawan Yen Jepang, pun berada di level tertinggi dalam 10 bulan melawan mata uang major dunia lainnya setelah pekan  lalu Federal Reserve memberi sinyal bahwa terbuka kemungkinan masih ada kenaikan suku bunga lanjutan dan pentingnya untuk menahan suku bunga tinggi untuk beberapa waktu lamanya. Powell juga membeberkan sejumlah risiko ekonomi AS pada konferensi pers pekan lalu, di antaranya: mogok kerja para pekerja pabrikan  mobil, kemungkinan US government shutdown, dimulainya kembali pembayaran pinjaman mahasiswa, naiknya harga Energi, serta naiknya tingkat bunga pinjaman jangka panjang. Dollar Index (DXY) naik 0,35% namun Euro turun 0,58% menjadi USD 1,059 ; sementara Poundsterling diperdagangkan pada USD 1,2212, turun 0,21%. Yen Jepang melemah 0,31% terhadap greenback pada JPY 148,84 / USD, mendekati level JPY 150 / USD yang diyakini banyak pedagang dapat menjadi batasan bagi Bank of Japan untuk melakukan intervensi. BOJ pekan lalu mempertahankan kebijakan moneter ultra-longgarnya konsisten pada level suku bunga acuan -0.1%. Gubernur Kazuo Ueda, dalam pidatonya pada hari Senin, menegaskan kembali tekad bank sentral mengenai suku bunga dan mengatakan ada “ketidakpastian yang sangat tinggi” mengenai apakah perusahaan akan terus menaikkan harga dan upah.

MARKET EROPA: Kabar baik dari Jerman: German Ifo Business Climate Index (Sept.) tampak agak sumringah dengan rilis di atas ekspektasi, menyiratkan optimisme mulai muncul atas iklim usaha selama 6 bulan ke depan.

KOMODITAS: Futures WTI – New York ditutup melemah sementara Brent – London kembali flat setelah melalui perdagangan yang choppy setelah Rusia memutuskan untuk melonggarkan larangan ekspor solar & bensin. Sebelumnya, Minyak mentah membukukan keuntungan ditopang oleh outlook kelangkaan supply  global, walau diimbangi dengan pemikiran tingkat suku bunga yang tinggi juga akan membatasi permintaan. WTI meleset dari posisi USD90 karena turun 0.39% ke level USD89.68/barrel sementara Brent masih bertengger di angka USD93.29/barrel alias naik 0.02%.

Data ekonomi penting yang patut dimonitor hari ini: US Building Permits, US Consumer Confidence (Sept.), US New Home Sales (Agus.). Dari benua Asia: Korea Selatan telah merilis tingkat Keyakinan Konsumen yang menurun di bulan September pada angka 99.7, dibanding pembacaan bulan sebelumnya pada 103.1. Siang ini Bank of Japan akan mengumumkan Core CPI di mana diprediksi berada pada level 3.2% yoy (vs previous 3.3%).

Corporate News
Summarecon Terbitkan Obligasi Rp 900 Miliar untuk Ekspansi Emiten pengembang properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menerbitkan obligasi senilai IDR 900 miliar untuk ekspansi usaha. Dalam prospektus perusaahaan dikutip Investor Daily, Senin kemarin (25/9/2023) disebutkan obligasi Sumarecon Agung tahap II tahun 2023 itu termasuk dalam obligasi berkelanjutan SMRA IV dengan target dana IDR 3 triliun. “Sebesar 85% dana obligasi untuk pengembangan usaha di bidang properti dan 15% sisanya dialokasikan sebagai modal kerja perseroan dan anak usaha,” tulis manajemen Summarecon Agung. Obligasi berperingkat A dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) ini ditawarkan dalam dua seri, yakni seri A senilai IDR 468 miliar dengan bunga 7,35%, berjangka waktu 3 tahun. Seri B sebesar IDR 432 miliar dengan bunga 8% per tahun dan berjangka waktu 5 tahun. (Berita Satu)

Domestic Issue
Terjual IDR 25.33 Triliun, SR019 Diburu di Masa Ketidakpastian Sukuk Ritel seri SR019 diburu di tengah masa ketidakpastian. Volatilitas pasar saham dan obligasi mendorong investor untuk melirik instrumen investasi yang rendah risiko. apaian penjualan SR019 lebih tinggi dibandingkan seri SR yang diterbitkan pada periode awal tahun 2023 yaitu SR018 dengan capaian penjualan kala itu sebesar IDR 21.49 triliun. Jumlah investor juga merupakan yang tertinggi untuk produk SBN ritel tradable di tahun ini. Minat investor terlihat dari capaian penjualan SR019 dengan total penjualan sebesar IDR 25.33 triliun yang berhasil mengumpulkan 62,083 investor. Dimana total penjualan SR019 tenor 3 tahun (SR019T3) sebesar IDR 17.54 triliun dan SR019 tenor 5 tahun (SR019T5) sebesar IDR 7.79 triliun. nvestment Analyst Infovesta Kapital Advisory Fajar Dwi Alfian menilai, masyarakat masih memburu sukuk ritel utamanya karena imbal hasil yang ditawarkan masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito di bank manapun. (Kontan)

Recommendation
US10YT persis bertatap muka dengan Resistance upper channel (uptrend). Beware : RSI negative divergence. ADVISE : SELL ONS TRENGTH; or set your Trailing Stop apabila masih ingin let your profit run è selama yield masih di atas MA10 , yield masih di atas platform naiknya = belum urgent utk jual. Support MA10 : 4.416%.

ID10YT membentuk candle serupa Doji menyusul Bearish Engulfing kemarin, di area Resistance upper channel, manakala RSI konsisten negative divergence. ADVISE: SELL ON STRENGTH sekitar area resistance yield 6.815% – 6.875%. Support uptrend yield terdekat = MA10 / 6.726%, segera sell more jika closing di bawah level tsb. Next Support yield = MA20 / 6.593%.

Download full report HERE.