Summary:

Last Week Review

• BABAK PERTAMA INDIKATOR EKONOMI AS SEPUTAR TENAGA KERJA, PERTUMBUHAN EKONOMI, & INFLASI MENDUKUNG SOFT-LANDING. Pekan lalu yang sarat dengan data ekonomi kelas berat serta semakin menegangkannya situasi terkait KONFLIK TIMUR TENGAH, membawa S&P500 turun 1.4% seolah mempersiapkan mental & psikologi para pelaku pasar untuk babak kedua pekan ini di mana pelaksanaan PILPRES AS akan menyusul.* Sejauh ini data tenaga kerja AS yang lumayan dipengaruhi oleh dampak badai & pemogokan crew industri, membuahkan angka roller-coaster dari ADP NONFARM EMPLOYMENT CHANGE (Oct) yang ternyata 2 kali lipat di atas ekspektasi, sampai NONFARM PAYROLL yang malah jatuh tajam ke angka 12 ribu , meleset jauh dari konsensus 106 ribu. In overall, kesemuanya itu menjelaskan sektor tenaga kerja AS masih solid, demikian pula ditampilkan oleh CB Consumer Confidence (Oct) yang optimis. Perkiraan awal US GDP 3Q pada angka 2.8% qoq lumayan sejalan dengan forecast dan tak jauh bergeser dari kuartal sebelumnya 3.0%, menandakan pertumbuhan ekonomi masih stabil ; pun didukung oleh data Manufacturing PMI dari S&P GLOBAL (Oct) yang berangsur membaik walau masih di wilayah kontraksi. Last but not least, perkiraan Inflasi favorit The Fed : PCE PRICE INDEX menjelaskan trend US CPI aman terkendali dalam pola melandai di bulan Sept.

• *Dari benua EROPA, sepertinya pertumbuhan ekonomi JERMAN berhasil kalahkan pesimisme ekonomi masih berjalan di area resesi, ketika perkiraan awal GDP 3Q keluar di angka 0.2% qoq, jauh baik dari -0.1% konsensus.* Tentunya ini didukung oleh perkiraan Inflasi mereka yang meningkat ke angka 0.4% mom di bulan Oct, 2x lebih kuat dari perkiraan 0.2% ; dengan demikian menjelaskan minat belanja masyarakat yang lebih baik sebagai komponen pendukung GDP. SElaku negara dengan ekonomi nomor satu di Eropa, membentuk opini Inflasi di wilayah EUROZONE turut memanas kembali ke angka 2.0% di bulan Oct, dibanding forecast & posisi bulan sebelumnya yang sejatinya sudah berada di bawah Target ECB 2%.

• Bicara mengenai PMI, CHINA memberi kabar baik bahwa aktivitas pabrikan mereka utk bulan Oct akhirnya bisa masuk ke wilayah ekspansif pada angka 50.1.* Negara tetangga mereka, Negeri Sakura tengah melaksanakan pesta demokrasi PEMILU namun terjadi kegoncangan politik secara partai koalisi Demokrat Liberal yang selama ini berkuasa kehilangan mayoritas suara mereka di parlemen JEPANG, sehingga berpotensi mempersulit langkah BOJ kedepannya untuk menyesuaikan suku bunga dari kebijakan moneter super longgar yang sudah berakar sekian dekade lamanya.

• INDONESIA : akhirnya mengakhiri trend deflasi 5 bulan ketika pelaporan INFLASI bulan Oct keluar di angka 0.08% mom, atau 1.71% yoy , masih dalam kisaran inflasi BI sebesar 2,5% dengan standar deviasi 1%, meskipun sudah mulai mendekati batas bawah. Adapun penurunan inflasi tahunan telah terjadi sejak Maret 2024 (sebulan setelah PILPRES Indonesia). Adapun Inflasi bulan Oct disebabkan oleh naiknya harga perhiasan Emas, beras, rokok, dan kopi bubuk, menjelaskan mayoritas masyarakat mengutamakan pengeluaran pada barang2 kebutuhan sehari-hari seperti ditulis di atas ; selain Emas yang harganya melejit tertinggi tahun ini akibat digunakannya komoditi tersebut sebagai hedging menghadapi faktor2 ketidakpastian global seperti KONFLIK TIMUR TENGAH & PILPRES AS.

This Week’s Outlook

• Minggu ini akan menjadi babak kedua yang menegangkan di bulan November bagi para pelaku pasar secara para pemilih AS akan melaksanakan hak suara mereka dalam PILPRES AS hari Selasa tanggal 5 Nov yang akan memiliki konsekuensi yang luas atas kebijakan fiskal dan perdagangan global.* Sementara itu, FEDERAL RESERVE diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga pada FOMC MEETING tanggal 7-8 Nov dimana para investor mencari petunjuk mengenai arah suku bunga di masa depan.

• Kenaikan YIELD US TREASURY & DOLLAR belakangan ini dilihat oleh beberapa analis sebagai pasar yang mengantisipasi kemenangan DONALD TRUMP , selain para investor memang masih menahan diri untuk memperbanyak posisi pada obligasi AS.* Namun, jajak pendapat menunjukkan persaingan yang sangat ketat,
yang berarti bahwa kemenangan Partai Demokrat tempat bernaung KAMALA HARRIS dapat memicu gelombang pelepasan perdagangan; dengan demikian mendongkrak harga obligasi & menyeret turun yield. So far polling elektabilitas menyatakan hanya tujuh negara bagian yang dianggap benar-benar kompetitif, namun sebuah jajak pendapat yang dirilis pada hari Sabtu menunjukkan bahwa Harris secara mengejutkan unggul di Iowa, negara bagian yang dimenangkan Trump dengan mudah dalam dua pemilihan terakhir, meskipun jajak pendapat lain menunjukkan bahwa ia tertinggal di negara bagian tersebut.

• FOMC MEETING hampir fully priced-in diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir pertemuan pada hari Kamis waktu setempat (Jumat dinihari WIB), segera disusul oleh pertemuan lainnya di bulan Desember, setelah penurunan 50 basis poin pertama di bulan September*. Sejauh ini laporan tenaga kerja bulan Oct yang berfluktuatif tinggi disebabkan dampak gangguan badai dan pemogokan buruh industri mendukung besaran rate cut yang lebih kecil. Pertumbuhan pekerjaan untuk 2 bulan sebelumnya direvisi lebih rendah, mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja secara bertahap mendingin. Para investor akan memantau ketat komentar Fed Chairman JEROME POWELL pada konferensi pers pasca pertemuan kebijakan yang akan menjabarkan apakah para pejabat yakin ketahanan ekonomi akan berlanjut – dan apakah mereka mungkin akan menurunkan suku bunga lebih lambat. Secara terpisah, analis MORGAN STANLEY mengatakan dalam sebuah catatan pada hari Jumat bahwa mereka tidak mengharapkan Powell berkomitmen pada ukuran atau laju kecepatan pemangkasan di masa depan, tetapi untuk menegaskan kembali bahwa The Fed tetap bergantung pada data, seperti biasanya.

• MUSIM LAPORAN KEUANGAN kuartal ketiga terus berlanjut, dengan sejumlah hasil laporan keuangan yang akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, meskipun para investor mungkin akan memfokuskan perhatian mereka pada pemilu dan The Fed.* Hal yang sama bisa dikatakan bagi market INDONESIA yang tengah bereaksi menghadapi rilis laporan keuangan emiten kuartal 3.

• BANK OF ENGLAND akan mengadakan rapat pada hari Kamis dan diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 bps, setelah memangkas suku bunga untuk pertama kalinya selama lebih dari 4 tahun di bulan Agustus lalu.* Keputusan kebijakan ini dapat menarik perhatian ekstra, menyusul anggaran baru pemerintah Partai Buruh. Para investor sekarang mengantisipasi penurunan suku bunga BoE yang lebih sedikit tahun depan karena rencana pinjaman dan pengeluaran lebih tinggi yang diumumkan dalam rapat anggaran Rabu lalu berpotensi membuat biaya pinjaman Inggris naik ke level tertinggi dalam setahun.

• Harga MINYAK tampaknya akan tetap bergejolak karena premi risiko geopolitik KONFLIK TIMUR TENGAH mengimbangi kekhawatiran akan meningkatnya supply dan prospek demand yang masih lemah.* Harga minyak naik pada hari Jumat lalu di tengah laporan bahwa IRAN sedang mempersiapkan serangan balasan terhadap ISRAEL yang akan diluncurkan dari Irak dalam beberapa hari mendatang. Harga juga didukung oleh ekspektasi bahwa OPEC+ akan menunda rencana kenaikan produksi minyak bulan Desember selama sebulan atau lebih karena kekhawatiran akan lemahnya demand global dan meningkatnya supply . Untuk minggu ini, BRENT membukukan penurunan sekitar 4%, sementara minyak mentah berjangka US WTI turun sekitar 3% karena rekor produksi AS yang membebani.

• INDONESIA : laporan GDP 3Q dijadwalkan rilis hari Rabu 6 Nov dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih seputar 5.0% yoy, namun secara kuartalan dikuatirkan jatuh agak signifikan, kuartal 3 hanya tumbuh 1.60% dibanding kuartal 2 sebesar 3.79%.* Hari Jumat akan disusul data Consumer Confidence (Oct), serta penjualan Motor & Mobil (Oct) yang sudah cukup lesu selama bulan-bulan sebelumnya.

Download full report HERE.