Summary:
Last Week Review
• GOOD BYE BIDEN, WELCOME TRUMP AND THE RISE OF CHINA. PEKAN INFLASI TERAKHIR PADA PEMERINTAHAN PRESIDEN AS JOE BIDEN menutup minggu yang kuat di tengah optimisme atas kesehatan ekonomi dan arah suku bunga setelah US Federal Reserve mengatakan mereka dapat memangkas suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan karena inflasi kemungkinan akan terus mereda, di tengah data ekonomi AS yang tangguh. Setelah US PPI tunjukkan trend penurunan untuk bulan Dec, US CPI dirilis sesuai ekspektasi 2,9% yoy yang memang sedikit memanas dibanding bulan Nov pada 2,7%. Namun untuk CORE CPI yang mengecualikan harga makanan & energi yang volatile, malah berhasil sedikit di bawah ekspektasi 3.3% menjadi 3.2% yoy di bulan Dec, demikian pula untuk posisi bulanannya mampu lebih rendah 0.1% dibanding bulan Nov. Di tengah laporan lonjakan indeks Manufacture di Philadelphia dan Industrial Production (Dec) , serta pembangunan rumah keluarga tunggal AS naik ke level tertinggi dalam 10 bulan, data terpisah tunjukkan Retail Sales turun di bulan Desember yang jelas merupakan festive season. Initial Jobless Claims pekan terakhir merupakan bukti bahwa memanasnya ekonomi masih terkendali secara klaim pengangguran dirilis 7ribu lebih banyak dari forecast & 13ribu lebih banyak dari pekan sebelumnya.
• Semua data di atas meredakan spekulasi seputar suku bunga The Fed yang mana sempat tersirat bahwa mungkin perlu untuk menaikkan suku bunga kembali, atau setidaknya menjaga suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama (= higher for longer). Survey FedWatch yang terakhir menyatakan terdapat dua kali = probabilitas pemangkasan Fed Fund Rate tahun ini, yang masing-masing sebesar 25bps, namun terjadi mendekati semester kedua: antara FOMC Meeting di bulan June / July dan satu lagi pada September. Alhasil di hari Jumat YIELD US TREASURY tenor 10 tahun AS telah turun dari level tertinggi 14 bulan yaitu 4,809% yang dicapai awal pekan lalu.
• Pekan lalu juga merupakan awal yang solid untuk MUSIM LAPORAN KEUANGAN dengan hasil dari banyak bank besar juga telah membantu mengangkat saham minggu ini, dengan indeks bank S&P 500 naik 7,41% dalam seminggu. S&P 500 dan Dow Industrials mencatat kenaikan persentase mingguan terbesar sejak awal November dan Nasdaq mencatat yang terbaik sejak awal Desember. Para investment manager menilai, awal tahun ini dimulai dengan pijakan yang cukup baik daripada apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ; namun di tengah pertumbuhan ekonomi nasional AS yang kuat; yang pada akhirnya mendorong pendapatan perusahaan menjadi lebih baik, masih banyak pertanyaan ke depannya dalam hal kebijakan fiskal dan moneter serta seperti apa agenda Trump nantinya. Selama sepekan terakhir, DJIA melesat 3,69%, S&P menguat 2,92% dan Nasdaq terapresiasi 2,43%.
• Bicara soal Inflasi, INGGRIS , JERMAN & EUROZONE juga turut melaporkan angka bulan Desember mereka pekan lalu di mana hasil ketiganya bervariasi : Inggris berhasil jinakkan CPI secara tahunan turun 0.1% (akibat Retail Sales yang drop pula di bulan Desember), sementara Jerman & Eurozone justru catatkan Inflasi memanas masing-masing 0.4% dan 0.2% yoy dibanding Nov (in-line dengan ekspektasi).
• Belahan dunia lain jadi sorotan pula ketika CHINA laporkan GDP Q4 mereka di level 5.4% yoy berhasil menguat dibanding forecast 5.0% dan kuartal 3 yang hanya 4.6%. Industrial Production mereka juga terbukti picking-up ke level tertinggi 8 bulan.
• Yang mengejutkan adalah RAPAT DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA alias RDG BI yang tak disangka-sangka memangkas BI7DRR sebesar 25bps ke level 5,75% ketika US CPI bahkan belum dirilis dan RUPIAH berada pada nilai tukar 16300-an / USD. Walau keputusan ini dinilai banyak pihak seperti menerjemahkan bahwa ekonomi Indonesia memang tengah melambat, namun juga mengatakan bahwa bank sentral kali ini pro-stabilitas & mendukung pertumbuhan. Setelah keputusan itu ditelurkan , USD/IDR sempat menyentuh titik tertinggi 16,410 ; hampir dekat previous High 16,490 di bulan Juni tahun lalu.
This Week’s Outlook
Investor global akhirnya akan melihat dampak pasar dari kembalinya Presiden AS terpilih DONALD TRUMP ke Gedung Putih. Pelantikan Trump pada hari Senin 20 January sebagai presiden AS ke-47 diperkirakan akan memicu serangkaian perintah eksekutif mulai dari pajak hingga tarif, tepat saat musim pendapatan kuartal keempat sedang berlangsung. Berikut adalah fokus para pelaku pasar tentang apa yang akan terjadi di pasar untuk minggu ini.
• Investor mencermati dengan saksama saat TRUMP bersiap untuk memulai masa jabatan keduanya pada hari Senin setelah terindikasi bahwa ia berencana untuk menandatangani serangkaian perintah eksekutif pada hari pertamanya. Pasar AS akan ditutup pada hari Senin untuk Hari Martin Luther King Jr., jadi dampak pasar apa pun mungkin tidak sepenuhnya terasa hingga hari Selasa. Pergerakan terkait tarif akan menjadi fokus khusus; menjelang pelantikan, imbal hasil obligasi AS jangka panjang telah meningkat di tengah ekspektasi bahwa tarif yang diusulkan Trump dapat memicu kebangkitan inflasi. Di tengah salah satu perintah eksekutifnya adalah Trump telah mengumumkan niatnya untuk menangguhkan larangan atas TikTok. Selain itu perintah eksekutif juga akan menegaskan bahwa tidak ada perusahaan yang akan dimintai pertanggungjawaban karena membantu agar TikTok tetap beroperasi sebelum perintah tersebut dikeluarkan.
• Trump mendesak perusahaan-perusahaan untuk tidak membiarkan TikTok berhenti beroperasi, menekankan pentingnya platform tersebut untuk menampilkan acara-acara seperti pelantikannya hari Senin ini. Rencananya ini telah mengirim saham social media AS seperti Meta Facebook merosot turun. Trump juga mengutarakan keinginannya agar Amerika Serikat memegang 50% kepemilikan saham dalam usaha patungan (joint venture). Dalam pertemuan baru-baru dengan ini dengan PRESIDEN CHINA XI JIN PING, Trump mengklaim bahwa AS & CHINA telah bersepakat untuk mempertahankan perdamaian global dengan cara apapun.
• MUSIM LAPORAN KEUANGAN akan berlanjut pekan ini, dengan serangkaian perusahaan yang akan melaporkan laba kuartal keempat. Laporan laba utama akan datang dari raksasa streaming Netflix, pemimpin perawatan kesehatan Johnson & Johnson, perusahaan barang konsumen terkemuka Procter & Gamble, dan penerbit kartu kredit American Express. Secara keseluruhan, analis memperkirakan perusahaan S&P 500 akan melaporkan peningkatan laba kuartal keempat sebesar 10,4% dari tahun ke tahun, menurut data LSEG IBES dari 15 Januari, yang dikutip oleh Reuters.
• Pemerintah global dan para pemimpin bisnis akan menghadiri pertemuan tahunan WORLD ECONOMIC FORUM di DAVOS, Swiss, yang dimulai pada hari Senin. Survei WEF yang dirilis menjelang pertemuan minggu lalu menunjukkan bahwa konflik bersenjata merupakan risiko paling parah bagi ekonomi global pada tahun 2025, diikuti oleh cuaca ekstrem. Trump dijadwalkan untuk menyampaikan pidato pada pertemuan tersebut melalui tautan video pada hari Rabu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga akan hadir dan akan memberikan pidato pada hari Senin, menurut penyelenggara WEF. Di antara para pemimpin global lainnya yang akan menghadiri pertemuan Davos adalah Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Kanselir Inggris Rachel Reeves, dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Ding Xuexiang.
• BANK OF JAPAN akan mengadakan pertemuan kebijakan pertamanya tahun ini pada hari Kamis dan Jumat. Menjelang pertemuan tersebut, para pembuat kebijakan BOJ tampaknya mempersiapkan pasar untuk kemungkinan kenaikan suku bunga, dengan Gubernur Kazuo Ueda dan wakilnya Ryozo Himino mengatakan keputusan tentang apakah akan menaikkan biaya pinjaman akan menjadi bahan perdebatan. Pejabat BOJ akan memiliki beberapa hari untuk mempertimbangkan bagaimana kebijakan Trump dapat memengaruhi pasar keuangan sebelum menelurkan keputusan mereka. Kenaikan suku bunga akan mempersempit kesenjangan antara suku bunga AS dan Jepang, yang akan memperkuat Yen. Yen telah bertahan mendekati level 160 / USD, mendorong BOJ untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk mendukung mata uang tersebut.
• MINYAK MENTAH BRENT naik 1,3% minggu lalu sementara US WTI melonjak 1,7% didukung sentimen sanksi AS terhadap perdagangan energi Rusia menambah kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan. Minyak telah naik 10% sejauh bulan ini, di tengah kekhawatiran tentang dampak sanksi Barat lainnya terhadap minyak mentah Rusia. Para pedagang energi juga mempertimbangkan implikasi potensial dari kembalinya Trump ke Gedung Putih pada hari Senin. Pilihan Trump untuk Menteri Keuangan mengatakan dia siap untuk menjatuhkan sanksi yang lebih keras pada minyak Rusia. Sementara itu, hembusan udara Arktik telah menyelimuti sebagian besar AS, menyebabkan suhu turun drastis. Hal ini diperkirakan akan berlanjut hingga pertengahan minggu, yang tampaknya akan meningkatkan permintaan minyak pemanas.
Download full report HERE.