SUN Benchmark bergerak mixed, jelang hasil FOMC Meeting the Fed. Pergerakan pasar kemarin, juga merespon ekspansi manufaktur Indonesia melambat. Menurunnya permintaan atas barang buatan Indonesia, seiring tekanan ekonomi sejumlah mitra dagang utama, menekan PMI Manufaktur Indonesia periode Oktober, ekspansi tercatat berada di level 51,8 poin (Vs. Sept. 53,7 poin).

Corporate Bonds
Bank Mandiri Berencana Terbitkan Obligasi Hijau di 2023. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berencana menerbitkan green bonds atau obligasi hijau untuk mendukung pendanaan pada proyek-proyek berkelanjutan. Adapun pendanaan ini akan dilakukan pada tahun 2023 mengingat tahun ini hanya menyisakan waktu dua bulan. (Kumparan)

Domestic Issue
Belanja Negara Topang Ekonomi 4Q22. Menteri Keuangan mengungkapkan, belanja negara sekitar IDR 1.192 Triliun akan diarahkan untuk mendorong sisi permintaan (demand), sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi 4Q22. Alasannya, gejolak ekonomi dunia mulai terasa ke domestik kuartal IV, terlihat pada perlambatan ekspor nasional. Lebih detail, inflasi tinggi dan tekanan mata uang berdampak melemahkan ekonomi negara tujuan ekspor Indonesia, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok. Itu sebabnya, pemerintah perlu merumuskan kebijakan guna menjaga ekonomi domestik. (Investor Daily)

Recommendation
Sinyal Hawkish lanjutan, mengurangi harapan Fed Pivot di Desember. The Fed kembali menaikkan FFR sebesar +75Bps keempat kalinya pada November, dan menyarankan kenaikan FFR berikutnya akan menghadapi ambang batas yang lebih tinggi. Ketua Fed Jerome Powell juga menolak gagasan “Fed Pause”. Adapun, obligasi tenor pendek dengan sensitivitas tertinggi pada kenaikan FFR, UST2Y catatkan kenaikan yield menembus level All Time High 4,60%. Pernyataan the Fed ini, seiring inflasi yang diproyeksikan tetap bertahan di level tingginya atau diatas 8% YoY, berdasarkan survei Bloomberg.

Download full report HERE.