-GOVERNMENT BONDS-
Real Return Tinggi Topang Pasar Akhir Pekan. Deflasi Indonesia berturut-turut kembali membuat obligasi domestik menjadi atraktif, karena menawarkan tingkat real return yang tinggi. Di sisi lain, deflasi ini juga berpeluang membuat BI kembali menurunkan suku bunga acuan BI 7-DRRR. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada September terjadi deflasi -0,05%. Angka ini ditengah survei Bank Indonesia (BI) dan konsensus pasar yang memproyeksikan inflasi 0,05%. Hal ini juga menunjukkan selama 3Q20, Indonesia terus mengalami deflasi yang mengindikasikan adanya masalah daya beli masyarakat. Angka ini juga mengkonfirmasi bahwa memang Indonesia sudah sangat dekat dengan jurang resesi. Inflasi yang rendah, dan bahkan deflasi, membuat surat berharga negara (SBN) menjadi lebih atraktif karena real return dari yieldnya pun terhitung lebih tinggi. Yield SBN pada perdagangan Jumat ditutup bervariasi. Hampir semua SBN mencatatkan penurunan yield, dengan SBN 10-tahun turun 1,4 bps ke level 6,92%. Penurunan yield paling dalam tercatat di SBN 1-tahun. Sebaliknya, penurunan yield paling rendah terjadi pada SBN 30-tahun yang turun 0,3 bps.

-CORPORATE BONDS-
Likuiditas Terkendali, Waskita Lunasi Obligasi. Waskita Karya Tbk (WSKT) menyiapkan dana untuk penyelesaian kewajiban pembayaran pokok obligasi senilai IDR 2,5 Triliun yang jatuh tempo pada 6 Oktober 2020 dan 16 Oktober 2020. Obligasi Waskita yang akan jatuh tempo pada 6 Oktober adalah Obligasi Berkelanjutan III Tahap I Tahun 2017 Seri A sebesar IDR 1,37 triliun. Obligasi bertenor tiga tahun itu berbunga 8%. Lembaga pemeringkat efek, Fitch Ratings menyematkan peringkat B- untuk obligasi tersebut. Adapun obligasi Waskita yang akan jatuh tempo pada 16 Oktober adalah Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2015 senilai IDR 1,15 triliun. Surat utang bertenor lima tahun tersebut berbunga 11,1%. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan peringkat BBB+ untuk obligasi ini. Adapun, dana pelunasan obligasi bersumber dari kas internal dan fasilitas perbankan. Seperti diketahui, pada 19 Agustus 2020, Fitch Ratings menurunkan peringkat nasional jangka panjang Waskita dari semula BBB+ menjadi B. Penurunan peringkat tersebut lebih disebabkan adanya sentimen negatif Fitch atas risiko likuiditas dan minimnya dukungan lembaga keuangan dan pemerintah di tengah kondisi pandemi Covid-19. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Aliran Modal Asing masuk IDR 1,03 Triliun. Bank Indonesia (BI) mencatatkan, adanya aliran modal asing dalam minggu pertama bulan Oktober 2020 yang masuk ke pasar keuangan domestik. Menurut catatan Berdasarkan data transaksi BI dari 28 September 2020 hingga 1 Oktober 2020, aliran modal asing masuk sebesar IDR 1,03 triliun. Modal asing masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar IDR 2,46 trliun. Akan tetapi, keluar dari pasar saham sebesar IDR 1,43 triliun. Meski asing masuk ke pasar keuangan dalam negeri, dalam kurun waktu Januari 2020 hingga 1 Oktober 2020 ini, asing masih terpantau melakukan jual neto hingga IDR 173,83 triliun. Jumlah aliran modal asing yang keluar pun lebih besar daripada yang keluar dalam periode Januari 2020 hingga 24 September 2020 yang sebesar IDR 167,44 triliun. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
FR0086 dan FR0087 Buka Lelang 4Q20. Investor berpeluang kembali minati SUN benchmark baru FR0086 dan FR0087, ditengah volatilitas pasar obligasi saat ini. Faktor likuiditas tenor pendek menjadi penting, seiring nominal outstanding keduanya masih kecil sehingga masih sejalan dengan tren penyerapan pemerintah. Investor juga dapat mencermati tenor panjang FR0083 dan FR0076 yang saat ini tengah diminati oleh investor asing. Sejumlah pelaku pasar minati tenor panjang karena menawarkan yield yang tinggi ditengah tren suku bunga rendah saat ini. Akhir pekan, nilai tukar rupiah melemah 0,2% ke level IDR 14.865/USD di pasar spot. Sementara, kurs tengah BI melemah 0,09% ke level IDR 14.890/USD.