-GOVERNMENT BONDS-
Perpanjangan PSBB Jakarta, mengaburkan ekspektasi ekonomi domestik pulih lebih cepat. Hal ini, membuat perekonomian nasional 3Q20 masih dibayangi kontraksi. Semua seri SUN mencatatkan kenaikan yield bahkan untuk tenor 30-tahun yang sempat mencatatkan penurunan yield. Dari sisi eksternal, keputusan the Fed mengumumkan pendekatan baru terhadap inflasi dan angka pengangguran secara psikologis memberikan tekanan tambahan terhadap pasar obligasi nasional. The Fed setuju menjalankan pendekatan baru dengan menargetkan rerata inflasi. Keputusan ini membuat The Fed menjaga inflasi di atas 2% untuk sementara waktu, dengan diimbangi pertumbuhan harga yang di bawah rata-rata inflasi tersebut. Sebagai catatan, inflasi tinggi menjadi sentimen negatif yang menggerus imbal hasil investor.

-CORPORATE BONDS-
Bank Tabungan Negara Rilis Obligasi. Dua emiten telah merilis obligasi dengan total IDR 2,5 triliun sepanjang pekan ini. Kedua emiten itu ialah Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN IJ) yang merilis Obligasi Berkelanjutan IV Tahap I tahun 2020 senilai IDR 1,5 triliun dan Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA IJ) senilai IDR 1 triliun. Berdasarkan data Bursa Efek Indoensia, pada awal pekan, tepatnya pada Senin (24/8), Obligasi Berkelanjutan IV Bank BTN Tahap I Tahun 2020 (Obligasi Tahap I) yang diterbitkan oleh Bank Tabungan Negara mulai dicatatkan di BEI dengan nilai nominal sebesar IDR 1,5 triliun. Hasil pemeringkatan untuk Obligasi Tahap I adalah idAA+ (Double A Plus) dari Pefindo. Bertindak sebagai Wali Amanat dalam emisi ini adalah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten. BBTN menyebutkan dana dari obligasi nantinya akan digunakan untuk sumber pembiayaan kredit, khususnya ekspansi pembiayaan perumahan. Obligasi Tahap I ini dicatatkan dalam tiga seri yakni Seri A senilai IDR 577 miliar tenor 370 hari; Seri B IDR 727 miliar tenor 3 tahun; dan Seri C IDR 196 miliar tenor 5 tahun. Emiten lainnya yang juga menerbitkan obligasi pekan lalu ialah Chandra Asri Petrochemical tepatnya Kamis (27/8).

-MACROECONOMY-
Indonesia Consumer Price Index. Setelah mengalami deflasi sebesar 0,10% MoM pada Juli 2020, para ekonom memperkirakan kalau pada bulan Agustus 2020, Indeks Harga Konsumen (IHK) akan mengalami inflasi. Inflasi pada bulan Agustus 2020 diproyeksikan akan sebesar 0,02% MoM. Sehingga inflasi tahunan akan bergerak di level 1,49% YoY. Pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan realisasi bantuan dari pemerintah mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga, dengan kata lain meningkatkan permintaan. Berdasarkan survei, rumah tangga dengan pengeluaran lebih dari IDR 1 juta per bulan mulai meningkat menjadi 86,19%. Sementara pada bulan sebelumnya hanya sebanyak 78,57%. Pengeluaran kelas menengah atas juga nampak mengalami peningkatan kecil. Terlebih pengeluaran dengan cara pembayaran menggunakan uang elektronik dan kartu debit maupun kartu kredit. Namun, peningkatan pengeluaran rumah tangga masih belum terlalu signifikan. Sejumlah komoditas yang menopang lemahnya inflasi pada bulan Agustus 2020. Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga (deflasi) sehingga ini menghambat laju inflasi. Seperti contohnya bawang merah yang turun hingga 18,25% MoM, kemudian diikuti dengan penurunan daging ayam sebesar 10,99% MoM, gula yang turun 2,52% MoM, dan beras yang turun harganya sebesar 0,20% MoM.

-RECOMMENDATION-
Investor Mencermati Data Inflasi Agustus. Data ini mengindikasikan permintaan domestik masih lemah, membuat prospek pertumbuhan ekonomi 3Q20 kembali tertekan, seiring risiko kontraksi semakin tinggi. Sebelumnya pada 2Q20, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32% YoY. Sehingga jika kuartal 3Q20 kembali terkontraksi, maka Indonesia resmi masuk zona resesi. Investor juga mencermati IHS Markit akan mengumumkan data aktivitas manufaktur yang dicerminkan oleh Purchasing Managers’ Index (PMI) periode Agustus 2020. Pada Juli 2020, skor PMI manufaktur Indonesia berada di level 46,6. Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Agustus 2020 naik menjadi 47.3. Angka dibawah 50 mencerminkan PMI manufaktur domestik masih belum melakukan ekspansi. Nilai tukar rupiah akhir pekan menguat 0,19% ke level IDR 14.632/USD di pasar spot. Sementara kurs tengah BI, juga ditutup menguat yaitu sebesar 0,08% ke level IDR 14.702/USD.

Reference

Bank Tabungan Negara Release Bonds

Indonesia Consumer Price Index

-REVIEW (Aug. 28, 2020)-
-PRICE OF BENCHMARK SERIES-
FR0081 (5yr): -0.1 Bps to 104.07 (5.51%)
FR0082 (10yr): +9.1 Bps to 100.94 (6.86%)
FR0080 (15yr): +6.3 Bps to 101.09 (7.37%)
FR0083 (20yr): +7.3 Bps to 100.73 (7.42%)

FR0086 (6yr): +9.0 Bps to 99.93 (5.51%)
FR0087 (11yr): +5.6 Bps to 98.86 (6.65%)

-YIELD OF GLOBAL BONDS-
UST 2yr: -0.031 point to 0.12%
UST 5yr: -0.044 point to 0.27%
UST 10yr: -0.029 point to 0.72%
UST 30yr: -0.008 point to 1.50%
German Bund 10yr: -0.002 point to -0.41%
UK Gilt 10yr: -0.025 point to 0.31%

-CDS OF INDONESIA BONDS-
CDS 2yr: -0.46% to 36.64
CDS 5yr: +1.62% to 103.60 (as of Aug 20, 2020)
CDS 10yr: -0.50% to 163.45

-CRUDE OIL PRICES-
WTI: -0.16% to USD42.97/Barrel
BRENT: +0.46% to USD45.81/Barrel
Source: Bloomberg