Today’s Outlook:
MARKET SENTIMENT: Data INFLASI AS termasuk CPI dan PPI untuk bulan Agustus dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu dan Kamis. Duo pembaruan inflasi ini adalah data ekonomi kelas atas terakhir sebelum FOMC MEETING 18 September. UBS mengatakan mereka melihat risiko adanya kejutan naiknya CORE CPI untuk Agustus, terutama jika harga rumah sakit naik kembali. Namun, dengan pasar tenaga kerja sekarang menjadi faktor utama kebijakan moneter, dan setelah laporan NONFARM PAYROLLS yang lemah minggu lalu, bisa dibilang market sudah fully priced-in The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuannya minggu depan, hanya tinggal masalah besarannya saja. Para investor bertaruh bahwa peluang The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin berada di 73% pada Senin pagi (melihat angka Tingkat Pengangguran yang turun), menurut CME FedWatch Tool. Sementara probabilitas pemotongan sebesar 50 basis poin berada di 27% setelah sempat melonjak di atas 50% segera setelah data pekerjaan dirilis.
MARKET ASIA & EROPA: JEPANG laporkan GDP 2Q berada di tingkat 2.9% yoy, lebih rendah dari ekspektasi 3.1% namun perbaikan yang melegakan dari posisi resesi -2.4% di kuartal sebelumnya. CHINA sudah lebih awal merilis data INFLASI mereka di mana harga barang & jasa di tingkat konsumen & produsen masih kesulitan untuk perform di atas estimasi, menunjukkan lemahnya daya beli di sana. Bicara mengenai itu, INDONESIA pun meluncurkan persentase pertumbuhan Penjualan Motor & Mobilnya untuk bulan Aug, di mana data menunjukkan trend menurun dari bulan sebelumnya. Namun di satu sisi, our Consumer Confidence (Aug) tampak membaik ke angka 124.4, dari 123.4 bulan July.
WHAT TO EXPECT TODAY:
– CHINA Trade Balance dan pertumbuhan Ekspor – Impor mereka untuk bulan Aug yang telah diramal rendah. Aktivitas ekspor yang melemah di tengah prospek meningkatnya hambatan perdagangan dan tarif akan menjadi hal yang mengkhawatirkan, namun pertumbuhan impor yang lesu juga mencerminkan lemahnya permintaan domestik. Keduanya bisa menggambarkan ekonomi China yang berjuang keras untuk menghasilkan pertumbuhan yang solid dan berkelanjutan.
– INDONESIA Retail Sales (Jul)
– INGGRIS Data tenaga kerja (Jul-Aug) seperti: Upah rata-rata, Tingkat Pengangguran.
– JERMAN Inflasi di tingkat konsumen (Aug) dengan prediksi: 1.9% yoy (melandai dibanding July 2.3%)
KOMODITAS: Harga MINYAK stabil pada perdagangan awal hari Selasa karena para trader mempertimbangkan gangguan supply akibat Badai Tropis Francine dan potensi pemangkasan produksi lebih lanjut akibat permintaan China yang terus melemah. Harga minyak mentah BRENT naik 0.22%, menjadi USD 72.00 / barel ; sementara harga US WTI naik 0.17%, menjadi USD 68.83 / barel. Penjaga Pantai AS memerintahkan penutupan semua operasi di Brownsville dan pelabuhan kecil Texas lainnya pada Senin malam, saat Badai Tropis Francine menerjang Teluk. Setidaknya 125 ribu bpd produksi minyak terganggu karena bencana alam ini, demikian dilaporkan oleh National Hurricane Center (NHC).
Corporate News
HRTA: Hartadinata Abadi Rilis Obligasi IDR 1 T, Bunga 6,75-7,5 Persen
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2024 senilai IDR 1 triliun. Dana dari penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk memperluas jaringan toko ritel dan penjualan emas batangan, serta melunasi sebagian pokok obligasi yang akan jatuh tempo. Dalam prospektus singkat yang dikutip Senin (9/9), obligasi ini akan diterbitkan dalam dua seri, yaitu Seri A dengan tenor tiga tahun dan Seri B dengan tenor lima tahun. Suku bunga untuk Seri A berkisar antara 6,75% hingga 7,50% per tahun, sementara untuk Seri B berkisar antara 7% hingga 7,5% per tahun. Dari dana hasil penerbitan obligasi ini, sekitar IDR 480 miliar akan digunakan untuk melunasi sebagian pokok Obligasi Berkelanjutan I Tahap I 2019. Sisanya akan dialokasikan untuk modal kerja, termasuk pembelian bahan baku emas dan perluasan toko emas ritel di beberapa kota. (Emiten News)
Domestic Issue
Penerbitan Global Bond Indonesia Masih Dalam Batas Aman, Begini Kata Analis
Pemerintah menerbitkan surat utang negara (SUN) dalam denominasi dua mata uang asing (dual currency) yaitu dalam dolar AS (USD) dan euro (EUR) pada Rabu (4/9). Kepala Ekonom BCA David Sumual mencermati penerbitan surat utang di tengah kenaikan utang memang berisiko, salah satunya adalah risiko refinancing. Kendati demikian, ia melihat kondisi ekonomi Indonesia yang masih stabil yaitu pertumbuhan cukup kuat dan inflasi terjaga. Selain itu, rasio utang terhadap PDB Indonesia juga masih dalam batas wajar yakni 38.68% PDB pada Juli 2024. Dengan demikian, menurut David risiko penerbitan surat utang ini masih dalam batas manageble. Sementara jika dibandingkan dengan negara peers seperti Malaysia dan Thailand, secara historis menawarkan yield yang lebih rendah dari Indonesia. David mencontohkan yield Government bond tenor 10 tahun Malaysia saat ini sekitar 3.8%, Thailand sekitar 2.96%, dan Vietnam sekitar 2.73%. Dengan demikian surat utang yang diterbitkan pemerintah saat ini lebih menarik bagi investor yang mencari imbal hasil lebih tinggi. Adapun untuk SUN tenor 10 tahun, David memprediksi akan ada di kisaran 6,2% sampai 7%. Sementara itu Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula mengatakan bahwa risiko surat utang ini masih relatif terkendali bagi investor. Tetapi ia menegaskan bahwa di dalam RAPBN 2025, defisit anggaran dipatok 2.53% dari PDB, lebih rendah dibanding perkiraan tahun ini di 2,7% dari PDB. Maka rasio utang terhadap PDB pemerintah masih di rentang yang aman terjaga di bawah batas 3%. “Selain itu dengan ekspektasi pemangkasan Fed rate akan mendorong imbal hasil US Treasury turun. Kondisi ini jadi sentimen positif untuk Indon global bond, terbukti dari orderbook yang oversubscribed,” kata Ezra KONTAN, Senin (9/9). Ezra juga juga perkirakan imbal hasil SBN bisa turun ke 6% sampai 6.25%. (Kontan)
Recommendation
US10YT: berdasarkan indikasi RSI POSITIVE DIVERGENCE, US10YT yang di posisi saat ini bergantung pada Support dari level previous Low sekitar yield 3.67%, mungkin bisa mengalami technical rebound untuk menguji jajaran Resistance: 3.80% – 3.864%. Penembusan level tersebut lah yang akan mematahkan trend turun yield yang selama ini menjaga harga obligasi naik dari bulan April. ADVISE: kurangi posisi bonds jika yield break Resistance.
ID10YT: jika ini adalah sebuah pola (bullish reversal) DOUBLE BOTTOM yang sedang dibentuk (based on indikasi RSI POSITIVE DIVERGENCE), maka tugas pertama adalah mempertahankan wilayah Support yield 6.60% ; kemudian menembus Resistance MA10 & MA20 ke atas 6.653% up to Neckline area 6.683% ; barulah akan terbuka jalan menuju TARGET yield: 6.772% – 6.82%. ADVISE: antisipasi technical rebound pada yield (= pelemahan pada harga obligasi)
Download full report HERE.