Today’s Outlook:
MARKET SENTIMENT : Inflasi di tingkat produsen AS naik 0,2% mom pada bulan Desember, di bawah ekspektasi kenaikan 0,3% dan turun dari 0,4% pada bulan November. Laporan PPI ini sepertinya masih belum mengubah pandangan bahwa Federal Reserve tidak akan memangkas suku bunga lagi sebelum paruh kedua tahun ini, secara Fed Rate Monitor Tool milik Investing.com tetap menunjukkan angka 97.8% probability Fed Fund Rate akan ditahan tetap di level 4.25%- 4.50% pada FOMC Meeting 28-29Jan mendatang. Kebakaran hebat di kawasan Los Angeles kemungkinan akan memberi tekanan kecil pada ekonomi nasional AS dalam waktu dekat, tetapi tidak akan menggagalkan momentum maju yang kuat, demikian prediksi para ekonom di sana.
– Data US CPI diharapkan menunjukkan inflasi secara bulanan bertahan di 0,3% pada bulan Desember sementara angka tahunan memanas menjadi 2,9%, dari 2,7% pada bulan November. Investor juga bersiap untuk laporan keuangan perusahaan – Q4 / 2024, di mana result dari beberapa bank terbesar AS akan dirilis mulai hari Rabu. Pemberi pinjaman ini diharapkan mampu laporkan laba yang lebih kuat, didorong oleh transaksi dan perdagangan yang kuat. Bisa dimaklumi jika para investment manager mengambil sikap wait & see sebelum mereka melihat sederet hasil kinerja perusahaan sebelum bermanuver lebih lanjut di market.
– Potensi tarif yang dapat meningkatkan inflasi setelah Presiden terpilih Donald Trump resmi menjabat 20 January mendatang juga membayangi pasar. Bloomberg melaporkan bahwa para menteri Trump sedang mempertimbangkan berbagai ide termasuk menaikkan tarif (secara bertahap) sebesar 2% hingga 5% per bulan untuk meningkatkan daya ungkit AS dan untuk mencoba menghindari lonjakan inflasi.
FIXED INCOME & CURRENCY : YIELD US TREASURY acuan tenor 10 tahun menurun, tetapi tetap mendekati level tertingginya dalam 14 bulan. Imbal hasil terakhir sedikit mundur pada 4,788% setelah mencapai 4,805% semalam, level tertinggi sejak November 2023. Imbal hasil yang lebih tinggi telah membebani ekuitas dengan membuat obligasi relatif lebih menarik , sekaligus meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan.
– US DOLLAR melemah terhadap Euro tetapi tetap mendekati level tertingginya dalam lebih dari 2 tahun. DOLLAR INDEX , yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk Yen dan Euro, turun 0,21% menjadi 109,19, dengan Euro turun 0,03% pada $1,0304.
MARKET ASIA : Kebanyakan pasar Asia menguat pada hari Selasa, indeks MSCI Asia ex-Japan bangkit dari level terendah dalam 5 bulan dan saham-saham unggulan CHINA melonjak lebih dari 2,5%, setelah regulator di sana menjanjikan lebih banyak dukungan untuk pasar dan perusahaan-perusahaan chip lokal menguat setelah AS meningkatkan pembatasan teknologinya. Sebaliknya , saham-saham JEPANG bergerak ke arah sebaliknya setelah Deputi Gubernur Bank of Japan Ryozo Himino mengisyaratkan adanya kenaikan suku bunga minggu depan. Indeks Nikkei 225 mencatat penurunan terbesarnya dalam 2,5 bulan, anjlok 1,8%. Sentimen produsen Jepang pulih pada bulan Januari setelah penurunan bulan lalu berkat iklim yang lebih kondusif untuk industri material, namun prospek mereka tetap datar akibat ketidakpastian kebijakan Trump, demikian menurut jajak pendapat Reuters Tankan.
– Ancaman perang dagang global dan sanksi tarif AS atas banyak negara – terutama China – terus menghantui sentimen pasar seiring semakin dekatnya pelantikan presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari. Saat bertemu dengan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa pada hari Selasa, Presiden China Xi Jinping mengatakan China dan Uni Eropa memiliki hubungan ekonomi “simbiosis” yang kuat dan Beijing berharap blok tersebut dapat menjadi “mitra kerja sama yang dapat dipercaya”. Sementara itu, Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa ia akan membuat departemen baru yang disebut External Revenue Services yang berfungsi untuk mengumpulkan tarif, bea, dan semua pendapatan dari sumber-sumber asing.
MARKET EROPA : Laporan Inflasi juga akan muncul di INGGRIS di mana CPI (Dec) mereka diramalkan flat pada level 2.6% yoy, masih sama dengan posisi Nov; walau secara bulanan mungkin memanas 0.3% lebih tinggi dari posisi 0.1% bulan sebelumnya.
INDONESIA : Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) akan mewarnai atmosfer pasar hari ini. Menghadapi volatilitas mata uang Rupiah belakangan ini yang masih belum bergeming dari titik terendah 5 bulanan pada IDR 16,288 / USD , BI secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga utamanya pada 6,00%. Dengan inflasi di batas bawah kisaran target bank sentral sebesar 1,5%-3,5%, kebijakan moneter diarahkan untuk menstabilkan Rupiah, yang turun sekitar 7% versus Dollar dari puncaknya di bulan September. Seperti kebanyakan negara berkembang, Indonesia telah terpukul keras oleh melonjaknya imbal hasil obligasi AS dan US Dollar, mengetatkan kondisi keuangan yang membatasi kemampuan BI untuk melonggarkan kebijakan. Menurut Goldman Sachs, kondisi keuangan Indonesia telah memburuk tajam sejak akhir September, terutama karena kenaikan suku bunga jangka panjang dan penurunan ekuitas. Kondisi tersebut sekarang menjadi yang terketat sejak Oktober 2023, dan mendekati yang terketat sejak Oktober 2022.
Domestic News
Pemerintah Kantongi IDR 10 Triliun dari Lelang Tujuh Seri SBSN
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berhasil mengantongi IDR 10 triliun dari lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dilaksanakan pada Selasa, 14 Januari 2025. Dalam keterangan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, total penawaran yang masuk dalam lelang ini mencapai IDR 14,06 triliun. Lelang SBSN ini mencakup tujuh seri, yaitu SPNS07072025 (reopening), SPNS13102025 (new issuance), PBS003 (reopening), PBS030 (reopening), PBS034 (reopening), PBS039 (reopening), dan PBS038 (reopening), yang dilakukan melalui sistem lelang Bank Indonesia. Pada lelang kali ini, pemerintah menyerap dana sebesar IDR 1 triliun dari seri SPN207072025 yang menerima penawaran masuk sebesar IDR 1,095 triliun. Imbal hasil (yield) rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini yaitu 6,50000%. Kemudian, pemerintah juga berhasil menyerap dana sebesar IDR 1,750 triliun dari seri SPNS13102025 yang menerima penawaran masuk sebesar IDR 2,565 triliun. Yield rata-rata tertimbang dimenangkan seri ini yaitu 6,60000%. Dari seri PBS003, pemerintah menyerap dana IDR 3,850 triliun dari penawaran masuk IDR 4,860 triliun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini yaitu 7,12911%. Selanjutnya, pemerintah memenangkan nominal IDR 0,600 triliun dari seri PBS030. Seri ini menerima penawaran masuk sebesar IDR 1,7787 triliun dengan imbal hasil rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,12911%. Pemerintah juga berhasil menyerap dana IDR 2,800 triliun dari seri PBS038 dengan penawaran yang masuk sebesar IDR 3,040 triliun. Yied rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,28677%. (Kontan)
Corporate News
PT Pos Indonesia: Rilis Sukuk IDR 1 T
PT Pos Indonesia (Persero) resmi melakukan seremoni pencatatan perdana sukuk ijarah berkelanjutan senilai IDR 1 triliun tahap I tahun 2024 pada Jumat, (10/1/2025). Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, pihaknya telah mendapat surat izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi pada tanggal 27 Desember 2024. Pencatatan ini mencerminkan kemampuan dan komitmen perusahaan dalam mengelola keuangan perusahaan. Peerbitan Sukuk Ijarah ini bertujuan untuk memperoleh dana yang akan digunakan untuk berbagai keperluan korporasi, termasuk pengembangan infrastruktur, untuk menjalankan program kerja perusahaan. Selain itu Sukuk Ijarah ini akan digunakan untuk menambah modal kerja Perseroan untuk memenuhi kegiatan usaha Perseroan. “Jadi yang pertama memang sekitar IDR 100 miliar kita akan gunakan untuk pelunasan utang pokok, sekitar 10% dari utang pokok pada Bank Neo Commerce. Kemudian IDR 325 miliar ini yang kita perlukan untuk belanja modal,” ungkap Faizal dalam Konferensi Pers di Gedung BEI, Jakarta. Dari IDR 325 miliar ini lebih dari 85%-nya akan digunakan untuk IT dan digitalisasi. Sementara sisanya akan digunakan untuk biaya operasional. (CNBC Indonesia)
Recommendation
US10YT telah lampaui titik tertinggi yield tahun 2024 yaitu 4,74% dan setia dalam trajectory uptrend menuju ke arah level psikologis 5.0%. Menjelang pengumuman US CPI (Dec) harusnya yield ini dalam posisi yang agak rentan Overbought , terlihat dari RSI saat ini. ADVISE : WAIT & SEE menunggu data macro US.
D10YT pada weekly chart ini juga berperilaku sama kuatnya, saat ini sudah break Resistance previous High tahun 2024 yield 7,33%. Despite Hanging Man candle which indicates limited upside potential or trend reversal soon (especially when RSI is also in the Overbought area), ID10YT harus diasumsikan masih berpotensi lanjut naik terus ke arah titik tertinggi tahun 2022 pada yield 7,676%. ADVISE : WAIT & SEE jika US CPI menjinak maka yield akan berbalik arah turun, dengan demikian Harga obligasi mulai picking up.
Download full report HERE.