Today’s Outlook:

MARKET AS: Imbal hasil obligasi US Treasury tenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam 14 bulan seiring tangguhnya ekonomi AS dan kuatnya Inflasi yang terus mendorong para investor untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan menghentikan siklus pelonggarannya.

MARKET SENTIMENT : Investor dengan cemas menunggu pembacaan US CPI (Dec) di hari Rabu, sementara US PPI akan mendahului malam nanti dirilis sekitar jam 20.30WIB, di mana konsensus mengatakan Inflasi di tingkat produsen AS mungkin naik 0.4% secara bulanan, berbanding angka yang sama utk bulan sebelumnya. Pasar mempersiapkan diri untuk kejutan kenaikan seberapapun yang dapat memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menghentikan pemotongan suku bunganya. Jajak pendapat ekonom yang di-polling oleh Reuters memberikan prediksi rata-rata untuk kenaikan tahunan sebesar 2,9%, naik dari 2,7% di bulan November, dan untuk kenaikan bulanan sebesar 0,3%. Seperti diketahui, para investor telah dihantui oleh kekuatiran trend Inflasi kembali memanas akibat kebijakan tarif, migrasi, dan pajak pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan datang. Pasar memperkirakan sekitar 27 basis poin pemotongan dari The Fed tahun ini, dengan peluang terbesar 52,9% pada pemotongan di bulan Juni. FOMC MEETING berikutnya dijadwalkan pada 28-29 Januari dan ramai diperkirakan hanya akan menghasilkan keputusan suku bunga tetap tak berubah.

MARKET ASIA & EROPA : CHINA laporkan adanya peningkatan di atas ekspektasi pada pertumbuhan Ekspor – Impor mereka di bulan Desember, menghasilkan surplus Trade Balance (Dec) yang lebih kuat. Hari ini menyusul data Pinjaman Baru (New Loans) mereka untuk bulan Dec yang juga diharapkan semakin bertumbuh. Sementara di benua Eropa, JERMAN & EUROZONE menantikan angka ZEW Economic Sentiment untuk masing-masing region, demi meramalkan optimisme dunia usaha dalam jangka waktu 6 bulan ke depan.

CURRENCY & FIXED INCOME : DOLLAR INDEX sempat mencapai level tertingginya dalam lebih dari 2 tahun di peak 110,17, sebelum akhirnya ditutup naik 0,26% di level 109,94. EURO turun 0,23% menjadi $1,022. Terhadap YEN Jepang, Dolar melemah 0,03% menjadi 157,64.

YIELD US TREASURY acuan tenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam 14 bulan sebesar 4,805% dan terakhir naik 1,6 basis poin pada 4,79%. KOMODITAS : Harga MINYAK naik sekitar 2% ke level tertinggi 4 bulan karena para trader memperkirakan sanksi AS yang lebih luas terhadap minyak Rusia akan memaksa pembeli di India dan China untuk mencari pemasok lain. Minyak mentah AS alias US WTI naik USD 2,25 menjadi USD 78,82 per barel dan BRENT naik menjadi USD 1,25 menjadi USD 81,01. Goldman Sachs memperkirakan bahwa kapal-kapal Rusia yang menjadi sasaran sanksi baru mengangkut 1,7 juta barel minyak per hari (bpd) pada tahun 2024, atau 25% dari ekspor Rusia. Bank tsb meneguhkan proyeksinya untuk kisaran harga Brent USD 70-USD 85 akan condong ke arah bullish. Lonjakan harga energi menambah keresahan investor atas potensi terdongkraknya Inflasi, namun pada saat yang sama Dollar AS yang lebih kuat juga dapat mengurangi permintaan energi karena akan membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli non-AS. Ditambah lagi oleh suku bunga yang masih harus tinggi, yang sejatinya digunakan untuk mengatasi kenaikan inflasi, juga dapat mengurangi permintaan energi karena akan tingkatkan biaya pinjaman dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Dengan menguatnya Dolar, EMAS turun 0,9% menjadi USD 2.664,49 per ons. Emas umumnya berbanding terbalik dengan yield obligasi & Dollar.

Domestic News
Pemerintah Ingin Paksa Lembaga Keuangan Danai Hilirisasi, DPR: Harus Ada Insentif
Anggota Komisi XI DPR Fathi mengingatkan agar pemerintah tidak semena-mena mewajibkan lembaga keuangan mendanai proyek hilirisasi. Dia mendukung wacana tersebut, tetapi pemerintah juga perlu memberi insentif kepada lembaga keuangan. Fathi meyakini lembaga keuangan tidak akan serta merta mau membiayai proyek proyek hilirisasi. Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya insentif agar perbankan maupun lembaga keuangan non-bank mau mengambil resiko di proyek hilirisasi. Politisi Partai Demokrat ini merasa hilirisasi yang berkeadilan bukan hanya akan meningkat nilai tambah ekonomi atas produk dalam negeri, tetapi juga membuka kesempatan kerja yang layak di sektor industri kepada generasi muda. Oleh sebab itu, tambahnya, perlu adanya kerja sama para pemegang kepentingan untuk mempercepat hilirisasi sumber daya alam untuk mewujudkan kemandirian ekonomi Indonesia. Menurut Fathi, jika lembaga keuangan partisipasi aktif membiayai proyek-proyek hilirisasi maka ketergantungan akan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) berkurang. “Namun, saya juga ingin mengingatkan agar akses pendanaan ini bersifat inklusif dan tidak hanya menguntungkan sektor tertentu seperti nikel. Sektor bauksit, yang memiliki potensi besar, juga perlu mendapatkan perhatian serius,” katanya. Sebagai informasi, wacana kewajiban perbankan hingga lembaga keuangan non bank membiayai proyek hilirisasi muncul usai dibentuknya Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional. Presiden Prabowo Subianto menunjuk Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjadi ketua satgas tersebut. Bahlil pun mengungkapkan salah satu tugas dari Prabowo adalah mendorong perbankan untuk ikut membiayai proyek hilirisasi. (Bisnis)

Corporate News
SMMA: Refinancing, Sinarmas Group Jajakan Obligasi IDR 800 Miliar
Sinarmas Multiartha (SMMA) menjajakan obligasi IDR 800 miliar. Surat utang itu bagian dari obligasi berkelanjutan III dengan proyeksi total IDR 5 triliun. Nah, obligasi tahap II 2025 menyapa pasar dalam tiga seri. Yaitu, Seri A sebesar IDR 100 miliar dengan bunga tetap 7 persen per tahun berjangka 370. Pembayaran obligasi 100 persen saat jatuh tempo. Seri B sebesar IDR 500 miliar berbunga tetap 8,25 persen per tahun berdurasi 3 tahun. Pembayaran obligasi 100 persen saat jatuh tempo. Seri C sebesar IDR 200 miliar dengan tingkat bunga tetap sebesar 9 persen per tahun dengan jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal emisi. Pembayaran obligasi dilakukan secara penuh 100 persen pada saat jatuh tempo. Bunga obligasi dibayar setiap 3 bulan sejak tanggal emisi, sesuai tanggal pembayaran masing-masing bunga obligasi. Pembayaran bunga obligasi pertama akan dilakukan pada 17 April 2025, sedang pembayaran bunga obligasi terakhir sekaligus jatuh tempo obligasi masing-masing pada 27 Januari 2026 untuk obligasi seri A, lalu pada 17 Januari 2028 untuk obligasi Seri B, dan pada 17 Januari 2030 untuk obligasi seri C. Seluruh dana hasil penerbitan obligasi setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan disalurkan seluruhnya sebagai pinjaman kepada anak usaha untuk pelunasan lebih awal atas utang anak usaha dan modal kerja anak usaha. Yaitu, sebesar IDR 575 miliar akan digunakan untuk pelunasan lebih awal obligasi Sinarmas Multifinance (SMMF). Lalu, sebesar IDR 225 miliar akan dipergunakan untuk modal kerja pembiayaan Sinarmas Multifinance berdasar ketentuan, dan perundang-undangan berlaku. Modal kerja pembiayaan dimaksud meliputi tambahan modal kerja untuk perusahaan dalam menyalurkan kredit calon debitur Sinarmas Multifinance. Jadwal obligasi Sinarmas Multiartha menjadi sebagai berikut. Masa penawaran umum obligasi pada 13-14 Januari 2025. Penjatahan pada 15 Januari 2025. (Emiten News)

Recommendation

Sejalan dengan Dollar Index, US10YT menapaki trend naik dengan gagah perkasa di atas platform MA10. Namun demikian, ada kemungkinan US10YT terhentikan trend naiknya untuk sementara di area Resistance sekitar 4.87%. Para investor memantau ketat data Inflasi AS bulan Dec yang akan bermunculan mulai nanti malam waktu Indonesia : US PPI, disusul US CPI esok Rabu. RSI yang sudah masuki wilayah Oversold, sedikit mengisyaratkan untuk mengantisipasi kemungkinan pullback di resistance tsb. Support terdekat yield : 4.7% – 4.6% / 4.44%.

Setali tiga uang dengan US10YT, ID10YT pun sudah menyentuh wilayah Resistance pada yield 7,225% pada pola channel uptrend ini. Candle Shooting Star yang diikuti oleh Bearish Engulfing , ditambah RSI negative divergence seolah isyaratkan potensi pullback ke arah Support landasan MA di 7.07% up to 7.04%. ADVISE : berbanding terbalik dengan yield, antisipasi penguatan harga obligasi segera.

Download full report HERE.