-GOVERNMENT BONDS-
Pasar SUN Mixed, di tengah afirmasi pemerintah atas peluang resesi di 3Q20. Pelaku pasar merespon pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengakui adanya risiko pertumbuhan ekonomi 3Q20 akan negatif hingga -2%. Sebelumnya, pergerakan pasar SUN didukung sentimen positif penguatan rupiah. Apresiasi rupiah ini, ditengah melimpahnya likuiditas dolar AS, pasca kebijakan quantitative easing the Fed, membuat FR0086 dan FR0087 yang telah mencatatkan kenaikan signifikan selama dua pekan terakhir. Dari sisi eksternal, antara AS dan China telah membuat kemajuan dan berkomitmen mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan kesuksesan kesepakatan dagang fase 1. Sentimen ini membuat investor mulai minati SUN tenor panjang untuk untuk mengantisipasi volatilitas jangka pendek. Investor mulai mencermati tenor panjang FR0083 dan FR0076 yang menawarkan yield lebih atraktif dibanding tenor pendek.

-CORPORATE BONDS-
JSMR Rilis Surat Berharga IDR 1 Triliun. Jasa Marga Tbk (JSMR IJ) menunda untuk menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) syariah yang direncanakan sejak tahun lalu. Namun perusahaan bakal memperbanyak instrumen keuangan dengan menerbitkan Surat Berharga Komersial (SBK) atau commercial paper senilai IDR 500 miliar – IDR 1 triliun. Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto mengatakan commercial paper ini mirip dengan discounted bond karena diterbitkan dengan nilai diskon dan tenor selama satu tahun. Sementara untuk menerbitkan KIK-EBA disebutkan ditunda dan akan di-review kembali akhir tahun nanti jika perusahaan masih membutuhkan pendanaan lebih lanjut. SKB sendiri merupakan surat utang jangka pendek yang diterbitkan tanpa jaminan di pasar uang dan diterbitkan oleh perusahaan atau lembaga keuangan. Surat utang ini dapat diterbitkan oleh korporasi non-bank sebagai alternatif sumber pendanaan jangka pendek. Beberapa alternatif pembiayaan yang dipertimbangkan antara lain KIK-EBA syariah dengan target dana setidaknya IDR 2 triliun. Untuk sekuritisasi ini perusahaan akan menggunakan aset dasar pendapatan tiket dari Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta outer ring road/JORR) Cilincing-Cikunir. (CNBC Indonesia)

-MACROECONOMY-
Realisasi Anggaran Kesehatan PEN 8,4%. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi anggaran kesehatan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga 19 Agustus 2020 baru 8,4% dari total anggaran. Adapun realisasi nominal anggaran kesehatan sebesar IDR 7,36 triliun, masih jauh dari pagu anggaran senilai IDR 87,55 triliun. Dari total anggaran tersebut, IDR 48,9 triliun sudah ada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), tanpa DIPA IDR 3,8 triliun, dan belum ada DIPA IDR 34,9 triliun. Namun, realisasi per 19 Agustus 2020 tersebut setara 13,98% bila dihitung dari anggaran yang sudah ada DIPA dan tanpa DIPA. Adapun, penyerapan anggaran kesehatan pusat dan daerah sebesar IDR 1,86 triliun; santunan kematian tenaga kesehatan senilai IDR 21,6 miliar; biaya penganan kesehatan oleh Gugus Tugas Covid-19 sebesar IDR 3,22 triliun; insentif bea masuk dan pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) kesehatan sebesar IDR 2,26 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, progres anggaran kesehatan memang dalam tren melambat. Per Juli sampai 19 Agustus 2020 anggaran yang terserap baru IDR 290 miliar. Lebih rendah dari serapan akhir 1H20 ke Juli sebesar IDR 2,11 triliun. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Realisasi Program PEN menjadi salah satu penggerak optimisme pasar. Kemarin, rupiah melemah tipis 0,19% ke level IDR 14.678/USD di pasar spot. Sementara kurs tengah BI, melemah 0,03% ke level IDR 14.636/USD. Selain sentimen domestik, pasar obligasi juga mencermati antara AS dan China yang kembali mengevaluasi kesepakatan dagang tahap I, yang dapat menjadi penyangga rupiah. Sementara itu, perkembangan vaksin yang mulai diproduksi masal berpotensi membuat depresiasi dolar AS. Investor mencermati FR0086 dan FR0087 yang telah mencatatkan kenaikan signifikan selama dua pekan terakhir. Di sisi lain, pelaku pasar dapat mulai mencermati tenor panjang FR0083 dan FR0076 yang menawarkan yield lebih atraktif dibanding tenor pendek.