Today’s Outlook:
MARKET AS: Para investor tengah menunggu pembacaan Inflasi penting dan laporan pendapatan yang akan dirilis minggu ini sementara survei menunjukkan bahwa para konsumen khawatir terhadap trend Inflasi. Survei Federal Reserve Bank of New York, yang dirilis pada hari Senin, menemukan bahwa orang Amerika memperkirakan inflasi sebesar 3,3% setahun dari sekarang dari 3% di bulan Maret, sementara mereka memperkirakan Inflasi tiga tahun dari sekarang sebesar 2,8%. Pada hari Jumat, laporan University of Michigan menunjukkan sentimen konsumen AS merosot ke level terendah dalam 6 bulan pada bulan Mei karena kekhawatiran rumah tangga atas biaya hidup. Tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja memicu spekulasi satu atau dua kali penurunan suku bunga Federal Reserve pada tahun ini. ISI Evercore berpendapat bahwa Federal Reserve kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali pada tahun ini mulai bulan September, namun jika data Inflasi tidak cukup menunjukkan perlambatan pada bulan September, maka kemungkinan besar The Fed tidak akan melakukan penurunan suku bunga sama sekali pada tahun ini. Prediksi ini muncul ketika pasar terus memperdebatkan apakah diperlukan satu, dua atau tidak ada penurunan suku bunga sama sekali pada tahun ini. Konsensus pasar saat ini masih berpihak pada dua pemotongan untuk tahun ini.
SENTIMEN MARKET: Para investor saat ini tengah fokus menunggu data indeks harga konsumen & produsen, data penjualan ritel, klaim pengangguran mingguan yang akan dirilis minggu ini. Inflasi di tingkat konsumen AS diperkirakan meningkat 0,3% mom di bulan April dan 3,6% yoy menurut perkiraan ekonom dalam polling Reuters menjelang rilis datanya hari Rabu. Federal Reserve Vice Chairman Phillip Jefferson mengatakan dia lebih cenderung menahan suku bunga tetap stabil sampai jelas bahwa tekanan harga sudah memudar. Malam nanti sekitar jam 19.30 WIB AS akan merilis satu dari rangakaian data Inflasi penting yang ditunggu-tunggu: US PPI (Apr.) yang diprediksi berada pada level 2.2% yoy & 0.3% mom, tidak begitu banyak berubah dari 2.1% & 0.2% di bulan sebelumnya. Menyikapi data tersebut, para pelaku pasar juga akan mendengarkan dengan seksama komentar Fed Chairman Jerome Powell.
MARKET ASIA & EROPA: JEPANG telah mengumumkan Inflasi di tingkat produsen mereka yang in-line pada angka 0.9% yoy di bulan April. Data Inflasi lebih penting akan dirilis dari JERMAN, di mana mereka meramalkan German CPI (Apr.) akan tetap flat di angka 2.2% yoy, walau secara bulanan sedikit meningkat ke 0.5% mom dari 0.4% di bulan sebelumnya. Dari INGGRIS akan lebih banyak data terkait ketenagakerjaan serta pertumbuhan rata-rata Upah; sementara ZEW Economic Sentiment untuk bulan Mei sepertinya akan menilai situasi ekonomi yang lebih optimis pada bulan Mei di wilayah EUROZONE & Jerman.
KOMODITAS: Harga MINYAK berakhir lebih tinggi pada hari Senin, didukung adanya tanda-tanda perbaikan ekonomi CHINA sehingga meningkatkan prospek demand, di tengah berkobarnya kebakaran hutan di Alberta yang beresiko mengganggu supply. Futures minyak mentah BRENT naik 0,5% menjadi USD 83,21/barel, sementara futures US WTI naik 0,8% menetap di USD 78,92/barel. Data Inflasi China yang dirilis pada akhir pekan lalu memicu harapan pertumbuhan global demand pada crude oil seiring dukungan moneter yang besar dari pemerintah China demi pemulihan ekonominya. Adapun impor minyak China pada bulan April telah sedikit turun dibandingkan bulan sebelumnya, yang mana angkanya tidak banyak berubah dibanding tahun lalu ketika negara ini bergulat untuk bangkitkan ekonomi yang lamban pasca-COVID.
INDONESIA mencatat penjualan mobil dan sepeda motor di bulan April menguat cukup signifikan terutama sepeda motor yang melonjak 18.3% yoy, dibanding -7.8% pada bulan sebelumnya. Keyakinan Konsumen Indonesia di bulan April pun tampaknya sumringah dengan peningkatan ke angka 127.7 dari 123.8 pada posisi sebelumnya. Adapun hari ini akan dinantikan data Penjualan Retail Indonesia untuk bulan Maret.
Corporate News
Biayai Ekspansi, Dian (DSSA) Jajakan Surat Utang IDR 1.05 Triliun Dian Swastatika (DSSA) bakal menawarkan obligasi berkelanjutan senilai IDR1.05 triliun. Dana hasil surat utang itu, untuk sejumlah keperluan. Obligasi berkelanjutan tahap II tahun 2024 itu, terbagi dalam tiga seri. Yaitu, seri A, Rp44,60 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,50 persen per tahun berdurasi 370 hari. Seri B dengan jumlah pokok Rp171,22 miliar dengan tingkat bunga tetap 8,50 persen per tahun berjangka 3 tahun sejak tanggal emisi. Seri C senilai Rp836,69 miliar dengan tingkat bunga tetap 9 persen per tahun berdurasi 5 tahun terhitung sejak tanggal emisi. Dana hasil penerbitan surat utang tersebut untuk sejumlah kebutuhan. Tepatnya, sekitar 70 persen untuk ekspansi bisnis penyediaan jasa internet Eka Mas Republik (EMR). Melalui pemberian pinjaman ke EMR baik secara langsung dari perseroan atau tidak langsung melalui anak usaha. Dana itu, oleh EMR akan digunakan untuk ekspansi bisnis dengan fokus pembangunan jaringan homepass pada wilayah-wilayah Indonesia belum dilewati jaringan produk jasa internet EMR yaitu MyRepublic. (Emiten News)
Domestic Issue
Pemerintah Siap Lelang Surat Utang Negara (SUN) Besok, Incar Dana hingga IDR 33 T Pemerintah akan melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada hari ini, Selasa (14/5) dibuka pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB. Target indikatif dari lelang SUN ini senilai IDR 22 triliun dan target maksimal senilai IDR 33 triliun. Pemerintah akan melelang tujuh seri SUN, yaitu SPN03240814 (New Issuance), SPN12250502 (Reopening), FR0101 (Reopening), FR0100 (Reopening), FR0098 (Reopening), FR0097 (Reopening), dan FR0102 (Reopening). Adapun tingkat kupon yang ditawarkan pemerintah mulai dari 6.62 persen hingga 7.12 persen. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menjelaskan, lelang Surat Utang Negara dilakukan dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. “Pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.08/2019 tentang Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana Domestik (PMK No. 168/PMK.08/2019),” tulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dalam pengumumannya, dikutip Senin kemarin (13/5). SUN yang akan dilelang mempunyai nominal per unit sebesar IDR 1 juta. Penjualan SUN tersebut akan dilaksanakan dengan menggunakan sistem pelelangan yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Lelang bersifat terbuka (open auction), menggunakan metode harga beragam (multiple price). Pemenang lelang yang mengajukan penawaran pembelian kompetitif (competitive bids) akan membayar sesuai dengan yield yang diajukan. (Kumparan)
Recommendation
US10YT menunggu rilis data US CPI & PPI untuk menentukan kebijakan moneter The Fed lebih lanjut, oleh karena itu saat ini yield stand by di area support lower channel (uptrend), persis di atas MA50 pula sekitar 4.422%. Baru ketika pembacaan Inflasi AS tsb dirilis, entah apakah akan disikapi dengan break out resistance MA10 / yield 4.50% , yang akan membuka potensi penguatan lebih lanjut ke arah next resistance / TARGET sbb : yield 4.57% / 4.70%-4.74% / 4.90%. ADVISE : AVERAGE UP accordingly.
ID10YT saat ini sepertinya mirroring Fibonacci sebelumnya dengan menggunakan retracement 50% sebagai area Target sekitar yield 7.10% yang juga bertepatan dengan posisi MA10 ; menjadikan level tsb up to 7.141% sebagai level Resistance krusial. ADVISE : WAIT & SEE NOW, kurangi posisi jika ternyata yield berbalik arah menuju Support MA20 / yield 7.0%. Next Resistance : yield 7.272% / 7.327%.
Download full report HERE.