Today’s Outlook:

Data ekonomi yang dirilis Kamis pagi menunjukkan perekonomian AS melambat, di mana Initial Jobless Claims mencapai 238,000, di atas perkiraan 235,000, sementara HOUSING STARTS merosot 5,5% di bulan Mei. Sejumlah pejabat The Fed telah menyatakan kehati-hatian mengenai perkiraan penurunan suku bunga yang terlalu cepat, dan mencari lebih banyak bukti bahwa inflasi telah terkendali sebelum bank sentral menyetujui pelonggaran kebijakan moneter. Yield US Treasury pada  awalnya mundur dari level tertingginya menyusul data ekonomi, sebelum melanjutkan kenaikannya. Pasar menantikan lelang minggu depan untuk sekitar $183 miliar obligasi pemerintah AS bertenor dua, lima, dan tujuh tahun. Para investor cenderung menjual Treasury sebelum lelang untuk menaikkan imbal hasil sebelum membelinya kembali dengan harga yang lebih rendah, sebuah praktik yang disebut konsesi. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik 3,7 basis poin dari akhir hari Selasa menjadi 4,254%. Imbal hasil obligasi bertenor 30 tahun naik 3,7 basis poin menjadi 4,3908%. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 2,7 basis poin menjadi 4,7308%.

DOLLAR INDEX, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk Yen dan Euro, naik 0,4% menjadi 105,63, sementara Euro turun 0,34% dan ditutup pada $1,0703. MARKET ASIA & EROPA: bank sentral CHINA & INGGRIS mempertahankan sentimen dovish dengan menahan suku bunga mereka tetap di tempat, yang mana langkah ini pun diikuti oleh BANK INDONESIA dengan tidak mengubah BI7DRR di posisi 6.25%. Dikombinasikan dengan rate cut yang telah dilakukan sebelumnya oleh Swiss National Bank, tampaknya memberikan ruang manuver bagi the Fed untuk menentukan waktu penurunan suku bunga pertamanya. Ekspektasi untuk penurunan suku bunga secepatnya di bulan September telah sedikit memudar. Pasar keuangan saat ini memperkirakan peluang 57,9% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan September, turun dari 61,1% seminggu yang lalu, menurut CME FedWatch. Indeks MSCI dari saham-saham di seluruh dunia mencapai rekor tertinggi tetapi ditutup turun 0,15% pada 803,89. Saham-saham pasar negara berkembang turun 0,06%. Indeks MSCI dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang ditutup 0,16% lebih rendah, sementara Nikkei Jepang naik 0,16%.

KOMODITAS: MINYAK mentah US WTI naik 0,74% menjadi $82,17 per barel dan BRENT naik menjadi $85,71 per barel, naik 0,75% pada hari ini. Spot EMAS naik 1,36% menjadi $2.359,22 per ons.

Corporate News
Mitratel Terbitkan Obligasi dan Sukuk Berkelanjutan IDR 3 Triliun
Emiten menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) berencana menerbitkan obligasi dan sukuk berkelanjutan tahap pertama. Target dana yang dihimpun keseluruhan dari penawaran umum berkelanutan ini sebanyak-banyaknya IDR 3 triliun. Secara rinci, nilai itu terbagi atas target penerbitan obligasi IDR 2,5 triliun dan sukuk berkelanjutan IDR 500 miliar. Sebagai tahap awal dari penawaran umum tersebut, anak usaha Telkom Indonesia ini akan menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Dayamitra Telekomunikasi Tahap I Tahun 2024 dengan jumlah pokok sebanyak-banyaknya IDR 400 miliar dan sukuk berkelanjutan IDR 100 miliar. Obligasi maupun sukuk ijarah berkelanjutan tahap I ini sudah mendapatkan pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) masing-masing idAAA untuk obligasi dan idAAA(sy) untuk sukuk. (Katadata)

Domestic Issue
Multifinance Lebih Pilih Terbitkan Obligasi, Ini Alasannya
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) membeberkan alasan perusahaan pembiayaan atau multifinance lebih memilih menerbitkan obligasi atau surat utang dibandingkan opsi lain. Fixed Income Analyst Pefindo Ahmad Nasrudin menyebut hal itu karena opsi pendanaan multifinance relatif terbatas. Alhasil, Ahmad mengatakan multifinance lebih mengandalkan dua sumber utama pendanaan eksternal, yakni pinjaman bank dan surat utang, selain juga modal internal. Dia juga menerangkan kalau dilihat dari neraca perusahaan multifinance, porsi pinjaman bank jauh lebih besar mencapai IDR 272,28 triliun per Februari 2024. Sementara itu, outstanding pendanaan melalui obligasi mencapai IDR 60,37 triliun atau hanya sekitar 22,17% dari total pendanaan dari bank. Jika dibandingkan dengan pendanaan dari bank, sebenarnya pertumbuhan pendanaan dari obligasi termasuk relatif lebih rendah. Per Februari 2024, pertumbuhan pendanaan dari obligasi hanya sekitar 12.98% Year on Year (YoY). Adapun pertumbuhan pendanaan dari bank tumbuh 16.86% YoY, tuturnya. Terkait kinerja penerbitan surat utang multifinance, Ahmad menyebut pencapaian hingga Mei 2024 porsinya baru sekitar 29.49% dari pencapaian sepanjang 2023 yang sebesar IDR 32.76 triliun. Dia mengatakan angka tersebut relatif rendah. Sebab, bisnis multifinance di awal tahun relatif melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Kontan)

Recommendation

US10YT masih bertahan di wilayah Support lower channel disertai oleh RSI positive divergence, mengisyaratkan potensi technical rebound. ADVISE : tunggu yield tembus MA10 dulu selaku Resistance terdekat (4.31%) baru yield akan menuju TARGET berikut : 4.376% / 4.473% / 4.55%.

ID10YT setelah sempat spike menyentuh yield 7.325% yang persis merupakan titik previous High serta TARGET area berdasarkan pattern , kini pullback ke sekitar yield 7.144% yang mana masih well above Support MA10 yang berada sekitar level psikologis yield 7.01-7.0%. ADVISE : antisipasi gelombang pelemahan harga seiring yield berada dalam uptrend.

Download full report HERE.