Today’s Outlook:

MARKET AS: Departemen Keuangan menaikkan perkiraan pinjaman bersih pada kuartal April hingga Juni menjadi USD 243 miliar, naik dari jumlah USD 202 miliar yang diperkirakan pada akhir Januari, didorong oleh penerimaan kas yang lebih rendah. Kebutuhan pendanaan yang lebih besar dari perkiraan pada kuartal ini, mensinyalkan akan lebih banyak penjualan obligasi dari perkiraan, menekan harga obligasi dan mendorong yield naik dari titik terendah pada hari itu. Bicara mengenai bank sentral AS, Federal Reserve akan memulai rapat dua-harinya pada Selasa ini yang ramai diperkirakan akan menahan suku bunga tetap di tempat; namun para pelaku pasar akan fokus pada pernyataan dari Chairman Jerome Powell apalagi jika komentarnya cenderung hawkish. Lembaga keuangan UBS berpendapat AS masih pada jalur ekonomi yang dapat menghindari resesi dan mencapai soft-landing, sehingga mereka menyimpan harapan The Fed bisa memotong suku bunga di tahun ini. Sebaliknya di tempat lain, Macquarie malah sudah tidak lagi mengharapkan adanya pemotongan suku bunga di tahun 2024 dan memundurkan proyeksi pivot pertama ke tahun 2025, dengan dasar pemikiran Inflasi Inti PCE baru akan mencapai target 2% di tahun depan. KALENDER EKONOMI hari ini juga akan diwarnai oleh Chicago PMI (Apr.) dan CB Consumer Confidence (Apr.) yang diprediksi sedikit turun ke 104.0 dari 104.7 posisi sebelumnya.

KOMODITAS: Harga MINYAK tergerus lebih dari 1% per barrel pada hari Senin seiring munculnya pembicaraan mengenai gencatan senjata konflik Timur Tengah, di Kairo; sementara data Inflasi AS juga turut memupuskan prospek pemotongan suku bunga. Sementara pemimpin Hamas tiba di Kairo untuk berdiskusi dengan mediator dari Mesir dan Qatar, Israel melancarkan serangan udara yang membunuh setidaknya 25 orang Palestina dan melukai banyak lainnya. Para trader melihat kemungkinan situasi Perang Israel – Iran ini tidak tereskalasi lebih lanjut, sambil memantau hasil FOMC Meeting Federal Reserve, yang dikhawatirkan menyimpan kemungkinan naik 25 bps tahun ini apabila Inflasi dan pasar tenaga kerja AS masih tetap resilien. Yield US Treasury dan US Dollar yang menguat akan membuat Minyak jadi lebih mahal untuk para pembeli non-AS. Pekan ini para trader akan menantikan data US Nonfarm Payroll di hari Jumat yang mana laporan ini juga dipantau ketat oleh The Fed. Di sisi lain, angka Inflasi bulan April dari wilayah Eurozone (Spanyol & Jerman) memaparkan view yang beragam buat European Central Bank, namun sepertinya belum akan membatalkan ramalan pemotongan suku bunga di bulan Juni. Lebih banyak data Inflasi dari wilayah Eurozone akan dirilis hari Selasa ini.

MARKET ASIA: Di kala Jerman merilis CPI (Apr.) pada level 2.2% yoy, berhasil sedikit lebih rendah dari proyeksi 2.3% dan posisi ini masih stabil dari bulan Maret pada 2.2%, walau secara bulanan terdapat kenaikan 0.5% mom, lebih tinggi sedikit dari bulan Maret 0.4%. Lebih banyak data dari Jerman datang hari ini: Retail Sales (Mar.), Unemployment Change (Apr.), and German GDP Q1. Eurozone akan merilis CPI (Apr.) mereka yang diperkirakan masih akan stagnan sekitar 2.4% sama seperti bulan sebelumnya. Perkiraan awal GDP Q1 mereka juga akan rilis hari ini di mana diperkirakan ekonomi bisa tumbuh 0.2%, ada sedikit perbaikan dari 0.1% di kuartal yang sama tahun lalu. Benua Asia juga menyimpan beberapa informasi penting hari ini seperti yang pasti dipantau lekat-lekat para pelaku pasar adalah data Manufacturing PMI China serta Composite PMI mereka untuk bulan April.

INDONESIA: Dana asing masih mengalir keluar dari pasar saham dan Surat Berharga Negara RI, dengan mencatatkan net sell menembus sekitar Rp34,98 triliun month to date. Pada hari Senin (29/4/2024), Bursa Efek Indonesia mencatat, net sell saham masih terjadi senilai Rp0,4 triliun, melanjutkan penjualan bersih Rp2,16 triliun pada Jumat lalu (26/4/2024). Di bursa saham domestik, sepanjang April ini, asing sudah mencatatkan penjualan bersih Rp19,06 triliun; mengempiskan posisi net buy mereka secara year to date turun menjadi Rp7,22 triliun. Sementara itu, di pasar Surat Berharga Negara (SBN), secara month to date, asing sudah mencatatkan penjualan bersih Rp15,92 triliun di SBN hingga Kamis lalu. Sedangkan secara year to date asing mencatatkan penjualan bersih Rp47,26 triliun hingga Kamis lalu. Tak heran, yield ID10YT sudah melesat ke level 7.30%, suatu angka yang tak pernah terlihat sejak November 2022. USD/IDR belum juga beranjak dari level 16241, walau BI telah menaikkan suku bunga 25 bps di pekan lalu.

Corporate News
Hartadinata Abadi (HRTA) Tawarkan Obligasi Berkelanjutan IDR 500 Miliar PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan menawarkan Obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2024, sebesar IDR 500 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari Obligasi berkelanjutan II dengan target dana yang dihimpun sebesar IDR 1 triliun. Dalam prospektus ringkasnya Manajemen HRTA Jumat (26/4/204) menyebutkan Obligasi sebesar Rp500 miliar ini berjangka waktu 5 tahun, adapun pembayaran Pokok Obligasi secara penuh akan dilakukan pada tanggal Pelunasan yaitu pada tanggal 20 September 2024. Sementara itu Bunga Obligasi dibayarkan setiap 3 bulan yang dihitung berdasarkan jumlah hari yang lewat dengan perhitungan 1 tahun adalah 360 Hari Kalender dan 1 bulan adalah 30 Hari Kalender sejak Tanggal Emisi. Pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada tanggal 20 Juni 2029. Adapun penanggung (guarantor) atas penerbitan obligasi ini adalah Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF), lembaga dana perwalian dari Asian Development Bank (ADB). Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum Obligasi ini, setelah dikurangi dengan biaya.biaya emisi, seluruhnya akan dipergunakan untuk modal kerja jangka panjang antara lain untuk manufaktur produk emas perhiasan dan batangan, serta perluasan toko ritel emas milik Perseroan. (Bareksa)

Domestic Issue
Rasio Utang Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Ditargetkan Naik Hingga 40 Persen Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suminto angkat suara terkait rasio utang pemerintahan baru kelak yang ditarget naik menjadi berkisar 40 persen. Menurut Suminto, rasio utang tahun 2025 nantinya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adalah level defisit APBN 2025. APBN tahun depan, katanya masih dalam tahap penyusunan. “Pada sekitar 20 Mei nanti Pemerintah akan menyampaikan KEM-PPKF (Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal). Dilanjutkan pada 16 Agustus, Pemerintah menyampaikan Nota Keuangan dan RAPBN 2025 kepada Presiden,” ungkap Suminto lewat pesan tertulisnya kepada VOA. “Karena postur APBN 2025 belum terbentuk termasuk belum ditetapkan asumsi-asumsi dasar makro ekonominya, saya tidak berkomentar mengenai rasio utang tahun 2025,” jelasnya. Sebagai informasi, dalam RKP 2025,
pemerintah menaikkan target rasio utang terhadap PDB seiring dengan naiknya defisit APBN yang ditargetkan berada di kisaran 2.45 persen-2.8
persen terhadap PDB. Target defisit anggaran negara tersebut lebih tinggi daripada target defisit APBN tahun ini sebesar 2.29 persen. Pengamat
ekonomi dari Universitas Brawijaya Chandra Prananda mengatakan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang ditargetkan naik menjadi 40 persen
tersebut masih terbilang aman, mengingat masih berada di bawah ketentuan perundang-undangan yakni maksimal sebesar 60 persen terhadap PDB.
(VOA Indonesia)

Recommendation

US10YT finally closing di bawah MA10 / YIELD 4.634% untuk pertama kalinya sejak memulai swing naik sejak awal April. Kemungkinan US10YT resort ke next Support : MA20 / yield 4.556% ; dan apabila masih break out juga maka confirm pola (bearish reversal) DOUBLE TOP dengan TARGET bottom di sekitar yield 4.40% – 4.38% yang merupakan area lower channel – uptrend . ADVISE : kurangi posisi. Langkah naik ID10YT belum terhentikan, saat ini telah mencapai yield 7.34% sesuatu level yang belum pernah terlihat lagi sejak November 2022. Kemungkinan ID10YT tengah menuju TARGET berikut : 7.48-7.50% / 7.60-7.676%. Menilai VELOCITY yang curam, ADVISE terbaik adalah set your TRAILING STOP, seraya let your profit run.

Download full report HERE.