-GOVERNMENT BONDS-
Investor Kembali Minati FR0087 dan FR0080, bukukan penawaran masuk hingga IDR 25,3 triliun dan IDR 21,2 triliun. Penawaran masuk dua seri ini, mencapai lebih dari 56% dari total penawaran masuk lelang SUN kemarin senilai IDR 83 triliun. Investor minati seri calon benchmark 10-tahun FR0087 ini, mencatatkan weighted average yield di level 6,69%. Adapun penawaran yield masuk berada dalam kisaran 6,65%-6,83%, dengan yield tertinggi yang dimenangkan mencapai 6,70%. Selain itu, spread yield antara FR0087 dengan UST 10-year yang lebih dari 600 bps, membuat investor asing juga minati seri ini dalam lelang kemarin. Sebagai catatan, hasil lelang SUN ini juga dipengaruhi oleh positifnya kondisi ekonomi China yang memberi persepsi positif investor. Pertumbuhan ekonomi China yang tumbuh positif pada 3Q20, membuat dampak positif pasar obligasi negara berkembang. Ekonomi China berhasil tumbuh 4,9% 3Q20, membuat China menjadi negara yang mampu mengantisipasi dampak dari resesi. Sementara itu, sejumlah investor juga minati SUN karena suku bunga acuan BI 7-DRRR yang masih berada di kisaran 4%.

-CORPORATE BONDS-
Anak Usaha Surya Esa Terbitkan Global Bond USD 650 Juta. Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) melalui anak usahanya, Panca Amara Utama (PAU) akan menerbitkan surat utang (global bond) dengan nilai maksimal USD 650 juta. Dana yang terkumpul dari transaksi ini akan digunakan untuk pembiayaan kembali (refinancing) seluruh utang PAU kepada International Finance Corporation. Surya Esa Perkasa akan menjaminkan perusahaan (corporate guarantee) dalam penerbitan surat utang ini. Selain itu, perseroan akan menjaminkan seluruh saham PAU yang dimiliki oleh perseroan. Lalu, PAU juga akan menjaminkan seluruh aset yang dimiliki oleh PAU untuk menjamin rencana transaksi ini. Manajemen perseroan menjelaskan, nilai outstanding utang pokok PAU per 30 September 2020 sebesar USD 436.68 juta. Secara rinci, surat utang ini akan ditawarkan dengan tenor maksimum tujuh tahun, dengan tingkat bunga tetap yang dalam kisaran setinggi-tingginya 8% per tahun. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Realisasi Penerimaan Pajak Turun 16,86%. Realisasi penerimaan pajak sepanjang Januari-September 2020 baru senilai IDR 720,62 triliun. Berdasarkan laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, jumlah tersebut setara 62,61% dari outlook akhir tahun yang dipatok di angka IDR 1.198,82 triliun. Realisasi penerimaan pajak itu juga menunjukkan pertumbuhan negatif 16,86% YoY dibanding periode sama tahun lalu yakni IDR 902,79 triliun. Penyebab tren penerimaan pajak yang rendah ini akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian. Berdasarkan uraian penerimaan per pos pajak, pajak penghasilan (PPh) minyak dan gas alam (migas) kontraksi paling dalam yang mencapai 45,28% YoY dengan realisasi sebesar IDR 23,63 triliun. Kondisi ini seiring dengan penurunan harga dan volume migas. Sementara, untuk realisasi PPh non-Migas sebesar IDR 418,16 triliun minus 16,91% YoY. Pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) sebesar IDR 290,33 triliun minus 13,61 YoY. Pajak bumi dan bangunan (PBB) dan pajak lainnya IDR 18,5 triliun melemah 8,86% YoY. Walaupun demikian, pertumbuhan penerimaan pajak secara bruto mulai menunjukkan pemulihan di tiga bulan terakhir yakni Juli, Agustus, dan September masing-masing tumbuh minus 26,1%, minus 21,5%, dan minus 16,86%. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Sentimen Eksternal Stimulus AS. Pergerakan nilai tukar rupiah hari ini diproyeksikan masih berlanjut. Sejumlah pelaku pasar minati aset berisiko, seiring ekspektasi stimulus AS akan terealisasi sebelum pemilihan presiden. Kemarin, nilai tukar rupiah menguat 0,34% ke level IDR 14.658/USD di pasar spot. Sementara kurs tengah BI, juga menguat 0,08% ke level IDR 14.729/USD. Pekan depan, pemerintah tawarkan lima seri pada lelang Sukuk Selasa (27/10). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR Kementerian Keuangan, pemerintah akan menawarkan lima seri yang terdiri dari SPNS14042021, PBS027, PBS026, PBS025, dan PBS028, dengan target indikatif senilai IDR 1 triliun.