Today’s Outlook:
MARKET US: Para investor terus mencerna petunjuk tentang suku bunga dari Federal Reserve, sehari menjelang data inflasi AS terbaru untuk bulan Sept.
MARKET SENTIMENT :
– RISALAH RAPAT THE FED bulan Sept lalu menunjukkan mayoritas anggota mendukung pemotongan jumbo, walau ada tanda-tanda bahwa beberapa anggota lebih suka mempertahankan siklus pemotongan suku bunga dengan besaran yang lebih sederhana, mengantisipasi kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi AS. Adapun notulen rapat tersebut jadi terkesan agak basi karena sejak FOMC Meeting Sept tersebut indikator ekonomi justru menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, dan berbalik meredupkan harapan investor akan adanya lagi rate cut jumbo lanjutan. Data US Payroll yang kuat minggu lalu memicu keraguan atas seberapa besar dorongan yang dimiliki Fed untuk terus memangkas suku bunga dengan cepat. Para pedagang terlihat memperkirakan peluang 81.1% untuk pengurangan 25 basis poin pada bulan November, dan peluang 18.9% suku bunga akan tetap tidak berubah, menurut CME Fedwatch.
– US CPI bulan September akan dirilis pada hari Kamis malam nanti sekitar jam 1930WIB dan akan memberikan petunjuk baru kepada investor tentang arah kebijakan moneter. Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa langkah terakhir untuk mencapai inflasi ke 2% kemungkinan akan lebih menantang daripada yang diperkirakan sebelumnya setelah pasar tenaga kerja yang lebih kuat. INFLASI AS utk bulan Sept diperkirakan berada pada angka 2.3% yoy, melandai dari 2.5% di bulan Aug; sementara CORE CPI tampaknya masih akan stuck di level 3.2% yoy, sama dengan posisi bulan sebelumnya.
– Para investor mempertanyakan apakah CHINA akan mengumumkan langkah-langkah stimulus baru. Media The Straits Times mengabarkan bahwa Pemerintah China berencana akan mengadakan pengarahan tentang kebijakan fiskal pada tanggal 12 Oktober, seperti diumumkan oleh Kantor Informasi Dewan Negara pada 9 Oktober kemarin. Menteri Keuangan Lan Fo’an sedianya akan memperkenalkan langkah-langkah untuk memperkuat kebijakan fiskal guna menopang pertumbuhan dan menjawab pertanyaan dari wartawan. Obligasi pemerintah tenor 30 tahun menghapus kenaikan sebanyak 0.8 persen karena spekulasi bahwa negara tersebut mungkin mengumumkan stimulus fiskal pada pengarahan tersebut. Nilai tukar mata uang CHINESE YUAN memperpanjang kenaikan 0,2% lebih kuat. Bank-bank termasuk Morgan Stanley dan HSBC Holdings mengharapkan stimulus sebesar dua triliun Yuan, sementara Citigroup memperkirakan jumlahnya mencapai tiga triliun Yuan. Para ekonom telah berspekulasi mengenai langkah-langkah stimulus yang akan diambil, seperti dukungan untuk pembiayaan pemerintah daerah, investasi infrastruktur, peningkatan konsumsi, dan rekapitalisasi bank. Seperti diketahui, tepat sebelum liburan Golden Week, pemerintah Negeri Tirai Bambu itu mengeluarkan serangkaian paket stimulus termasuk pemotongan suku bunga, likuiditas lebih banyak untuk mendorong pinjaman bank, dan komitmen sebanyak USD 340 miliar untuk mendukung pasar saham. Upaya tsb telah mendorong pasar saham China & Hong Kong meroket sekitar 30%.
MARKET ASIA & EROPA: Di Negeri Sakura, JEPANG salah perkiraan atas tekanan inflasi di tingkat produsen mereka pada bulan September; nyatanya JAPAN PPI keluar di angka 2.8% yoy, lebih tinggi dari ekspektasi melandai ke level 2.3% dari 2.6% di bulan Aug. Secara bulanan, deflasi lenyap dengan pertumbuhan harga flat alias 0% di bulan Sept.
– Tidak begitu banyak data ekonomi dari belahan dunia ini, Lebih siang lagi, benua EROPA akan mepantau angka GERMAN Retail Sales.
Corporate News
IIF: Tawarkan Obligasi IDR 1T, Bunga 6.30-7.05 Persen
PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF), perusahaan pembiayaan infrastruktur, menargetkan dana segar sebesar IDR 1 triliun melalui penerbitan Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2024. Penerbitan ini merupakan bagian dari program Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) II yang menargetkan total perolehan dana sebesar IDR 3 triliun. Sebelumnya, IIF telah menerbitkan obligasi Tahap I/2023 dengan jumlah pokok sebesar IDR 500 miliar. Pada penerbitan obligasi Tahap II/2024, IIF menawarkan empat seri obligasi dengan bunga yang berkisar antara 6.30% hingga 7.05% per tahun. Tenor obligasi yang ditawarkan bervariasi, mulai dari 370 hari kalender hingga 10 tahun. Obligasi yang diterbitkan ini telah mendapatkan peringkat “idAAA” dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), menandakan kualitas kredit tertinggi. Menurut prospektus yang disampaikan, sebanyak IDR 600 miliar dari dana hasil penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk membayar sebagian utang perusahaan. Sisanya akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja IIF. (Emiten News)
Domestic Issue
Jelang Pelantikan, Prabowo Diwariskan Utang Luar Negeri oleh Jokowi Mencapai IDR 6,468 Triliun
Jelang pelantikan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada 20 Oktober 2024 mendatang, Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar USD 414.33 miliar atau setara IDR 6,468 triliun (kurs rupiah IDR 15,655). Adapun cadangan devisa terkadang digunakan untuk membayar ULN pemerintah, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2024 sebesar USD 149.9 miliar atau lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2024 sebesar USD 150.2 miliar. Berdasarkan buku Statistik Utang Luar Negeri Indonesia (SULNI) edisi September 2024, posisi ULN Indonesia pada Juli 2024 tercatat sebesar USD 414.33 miliar atau secara tahunan tumbuh sebesar 4.1 persen. Sementara berdasarkan instrumen, komposisi utang pemerintah didominasi oleh instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang kontribusinya sebesar 88.07 persen. Hingga akhir Agustus 2024, penerbitan SBN tercatat sebesar IDR 7,452.56 triliun terbagi menjadi SBN domestik dan SBN valuta asing (valas). SBN Domestik tercatat sebesar IDR 6,063.41 triliun yang terbagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) sebesar IDR 4,845.68 triliun serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar IDR 1,217.73 triliun. Sedangkan sisanya SBN valuta asing (valas) sebesar IDR 1,389.14 triliun terbagi menjadi Surat Utang Negara senilai IDR 1,025.14 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara sebesar IDR 364 triliun. Sedangkan pinjaman hingga akhir Agustus 2024 tercatat sebesar IDR 1,009.37 triliun terbagi menjadi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. (VOI)
Recommendation
Yield US10YT merangsek terus naik ke atas level psikologis 4.0%, more likely menuju TARGET pada 4.30%. POTENTIAL: antisipasi pelemahan harga obligasi masih berlanjut, namun perhatikan juga perkembangan data INFLASI AS yang akan segera rilis nanti malam waktu setempat.
Sebaliknya, ID10YT masih belum menemukan Support yg solid utk menahan penurunan yield, more likely harus menyentuh level 6.635% up to 6.57% sebelum mengharapkan titik pantul yang berfungsi melontarkan yield kembali bullish. POTENTIAL: perhatikan MA10 & MA20 sudah goldencross, yang seharusnya akan menyediakan landasan bagi trend naik jk.pendek yield ID10YT.
Download full report HERE.