Today’s Outlook:
MARKET US: Imbal hasil US Treasury turun setelah data menunjukkan inflasi inti AS naik kurang di bawah perkiraan pada bulan Desember, meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve dapat menurunkan suku bunga lebih lanjut.
MARKET SENTIMENT : Sebelumnya, data Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) naik sesuai dengan ekspektasi pada tingkat tahunan sebesar 2,9% pada bulan Desember, dibanding 2,7% pada bulan November. Namun inflasi inti, yang tidak termasuk harga pangan dan energi, naik sebesar 3,2%, yang berada di bawah konsensus 3,3%. Setelah rilis data tsb, para investor memperkirakan peluang The Fed akan memangkas suku bunga adalah 2 kali pada tahun ini, di mana rate cut pertama mungkin akan terjadi pada bulan Juni. Walau demikian, ancaman Inflasi belum sepenuhnya pupus secara potensi tarif yang lebih tinggi dari pemerintahan Donald Trump yang akan datang (plus perubahan kebijakan imigrasinya menjadi lebih ketat) berpotensi memicu memanasnya inflasi & memberi dampak negatif pada ekonomi tahun ini , demikian dilansir dari Beige Book Federal Reserve yang dirilis Rabu kemarin.
– Indikator ekonomi penting lainnya masih akan dirilis di sana hari ini : Initial Jobless Claims, Philadelphia Fed Manufacturing Index (Jan), US Retail Sales (Dec).
CURRENCY & FIXED INCOME : DOLLAR AS memangkas kerugian sebelumnya tetapi masih turun terhadap sekeranjang mata uang setelah data CPI muncul. YEN Jepang juga didorong oleh para trader yang memperkirakan peluang 70% bahwa BANK OF JAPAN akan menaikkan suku bunga pada bulan Januari setelah Gubernur Kazuo Ueda mengatakan para pembuat kebijakan akan membahas opsi tersebut minggu depan. DOLLAR INDEX , yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang termasuk Yen dan Euro, turun 0,08% menjadi 109,11. Setelah terdengar kesepakatan damai di wilayah Timur Tengah, Dollar turun 0,47% terhadap SHEKEL Israel dalam perdagangan aktif.
– EURO turun 0,16% pada $1,029 sementara terhadap Yen Jepang, Dollar melemah 0,91% menjadi 156,52. Nilai tukar POUNDSTERLING menguat 0,16% menjadi $1,2237.
– YIELD US TREASURY turun setelah data inflasi menyiratkan bahwa opsi menaikkan suku bunga tahun ini (yang sempat dipertimbangkan) , mungkin tak perlu dilakukan untuk saat ini. Namun kapan atau seberapa besar The Fed akan memangkas suku bunga masih menjadi perdebatan. Imbal hasil obligasi acuan AS tenor 10 tahun turun 13,5 basis poin menjadi 4,653%, dari 4,788% pada Selasa malam. Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun turun menjadi 4,8774% dari 4,985%. Imbal hasil obligasi tenor 2 tahun, yang biasanya bergerak mengekor ekspektasi suku bunga Federal Reserve, turun 9,7 basis poin menjadi 4,268%, dari 4,365% pada Selasa malam.
MARKET EROPA & ASIA : Angka Inflasi di tingkat konsumen juga dipantau para pelaku pasar di INGGRIS secara mereka berhasil menjinakkan CPI bulan Dec ke level 2,5% yoy, bahkan lebih rendah dari forecast maupun posisi bulan sebelumnya di 2,6%. Dari negara yang sama, hari ini mereka akan memantau Industrian & Mnufacturing Production untuk bulan Nov. Setelah itu menyusul JERMAN yang akan laporkan CPI nanti siang, namun forecast menyiapkan para investor untuk menyambut angka Inflasi Dec yang sepertinya akan lebih panas dari Nov.
– Pemerintahan Biden telah menambahkan lebih dari dua lusin perusahaan CHINA ke daftar blacklist AS, menyebabkan perusahaan dalam daftar tidak dapat menerima ekspor barang atau teknologi tanpa lisensi, yang umumnya pasti ditolak oleh pemerintah AS. Termasuk di dalam daftar blacklist tsb adalah Zhipu AI, yang investornya termasuk Alibaba dan Tencent, yang disinyalir memajukan modernisasi militer China melalui penelitian AI yang canggih. Satu lagi adalah Sophgo yang terkait Huawei yang memang telah masuk daftar tsb sejak 2019 dan saat ini Huawei menjadi pusat dari ambisi pengembangan AI China. Departemen Perdagangan AS telah memperkuat kontrol terhadap aliran chip ke China untuk mencegah jatuhnya produk mereka ke tangan Huawei.
INDONESIA : Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo kemarin Rabu secara tak terduga menurunkan suku bunga acuan sebesar 25bps, membawa turun BI7DRR ke level 5.75%. Tindakan pre-emptive ini dilakukan ketika nilai tukar Rupiah masih terkapar di sekitar 16,355 / USD bahkan sempat mencapai High 16,410 / USD tak lama setelah suku bunga dipangkas. Pengamat pasar melihat tindakan yang dilakukan sebelum data Inflasi AS keluar lebih menerjemahkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia memang tengah melambat, di tengah kebutuhan dana dalam negeri yang mendesak khususnya dalam memenuhi target program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusulkan untuk ditambah Rp 140 triliun lagi tahun ini, setelah alokasi anggaran Rp 71 triliun yang telah ditetapkan, demikian menurut Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan.
Domestic News
DHE Wajib Simpan 1 Tahun, BI Siapkan 2 Instrumen Baru Devisa Hasil Ekspor
Bank Indonesia ikut serta dalam peramuan ulang aturan devisa hasil ekspor SDA dengan mempersiapkan instrumen investasi tambahan untuk penempatan hasil ekspor di sistem keuangan Tanah Air. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan pihaknya terus bekerja sama dengan pemerintah mengenai penyempurnaan beleid Devisa Hasil Ekspor (DHE) sumber daya alam. Di mana tugas BI mempersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk menyimpan hasil ekspor tersebut. “Kami mempersiapkan dua instrumen baru, yaitu SVBI dan SUVBI yang insyaAllah pada saatnya akan kami jelaskan,” ungkap Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025). Singkatnya, mekanisme DHE SDA wajib dimasukkan dalam rekening khusus (reksus) dengan berbagai instrumen penempatan dan pemanfaatan di perbankan dan BI. Selama ini, BI menyediakan penempatan di Term Deposit (TD) Valas. SVBI merupakan Sekuritas Valas Bank Indonesia, dan SUVBI merupakan Sukuk Valuta Asing Bank Indonesia. Kedua instrumen itu akan diandalkan sebagai tempat investasi bagi devisa hasil ekspor. Pemerintah juga dapat menawarkan FX Swap apabila eksportir membutuhkan kebutuhan modalnya. Di mana bank dapat melakukan swap valas ke Bank Indonesia. (Bisnis)
Corporate News
EXCL : Siapkan Bayar Obligasi Jatuh Tempo IDR 2,33T
PT XL Axiata Tbk (EXCL) menyampaikan bahwa pihaknya bakal melakukan pembayaran bunga obligasi Jatuh tempo. Jika dikalkulasi, maka EXCL harus menyiapkan dana sekitar IDR 2.333.750.000 untuk membayar kupon obligasi. Corporate Secretary EXCL, Ranty Astari Rachman merinci, Perseroan akan membayar kupon Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri D. Tingkat bunga atas obligasi ini sebesar 10,1% atau IDR 479,750,000. Kemudian, Perusahaan juga akan membayar kupon sebesar 10,3%, atas Obligasi Berkelanjutan I XL Axiata Tahap I Tahun 2018 Seri E, yaitu sebesar IDR1,854,000,000. “Kupon obligasi tersebut rencananya akan bayarkan pada tanggal 16 Januari 2025,” tegasnya. (Emiten News)
Recommendation
US10YT sesuai perkiraan mundur teratur setelah mentok di area Resistance 4.806% apalagi setelah US Core CPI menunjukkan trend pendinginan. In overall, yield US Treasury ini memang sejatinya masih kuat dalam Uptrend, namun dalam waktu dekat akan membuktikan apakah Support terdekat 4.66% akan mampu tahan konsolidasi lebih lanjut atau tidak. Secara data ekonomi pun akan datang laporan Initial Jobless Claims dan Retail Sales yang akan sumbangkan opini terkait guidance kebijakan moneter AS ke depannya.
Demikian pula halnya dengan ID10YT yang sekilas tampak sudah break Resistance pola channel di mana ia biasa bergerak, menyiratkan potensi kenaikan yield lebih tinggi ke arah 7.676% , kecuali yield bergerak turun at least ke bawah Support MA10 atau ke bawah level psikologis 7,0%. Proyeksi yield obligasi yang tampaknya masih sulit turun memberi komplikasi kepada harga obligasi yang tak kunjung naik.
Download full report HERE.