-GOVERNMENT BONDS-
Aksi Demonstrasi Mereda, SBN Akhir Pekan Menguat. Sentimen domestik, penolakan UU Ciptaker masih menjadi sentimen jangka pendek bagi pasar SBN. Hal ini yang membuat investor minati SBN tenor pendek dan panjang. Sejumlah elemen masyarakat, khususnya buruh dan mahasiswa yang ditunjukkan dengan demonstrasi selama tiga hari berturut-turut. Demonstrasi yang berkepanjangan, membuat investor akan meragukan kepastian hasil UU tersebut, karena akan direvisi kembali, atau berujung pada Mahkamah Konstitusi (MK). Namun sering dengan meredanya aksi demonstrasi, investor mulai optimistis untuk kembali masuk ke pasar obligasi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Presiden Joko Widodo yang menegaskan tidak ada perubahan signifikan dari muatan UU Omnibus Law jika dibandingkan dengan UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003. Mayoritas investor minati SBN akhir pekan lalu, kecuali tenor 10-tahun dan 15-tahun yang relatif dilepas investor. Dari sisi yield, SBN 10-tahun mencatatkan kenaikan tipis yield sebesar 0,1 bps. Sementara, SBN 15-tahun cenderung stagnan pada hari ini.

-CORPORATE BONDS-
Pefindo Tegaskan Peringkat A Obligasi Barito Pacific. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menetapkan peringkat A untuk obligasi berkelanjutan I milik Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan dana maksimum yang ditargetkan IDR 1,5 triliun. Peringkat A tersebut mencerminkan perseroan memiliki pangsa pasar yang kuat dalam bisnis utamanya. Hal ini juga didukung dengan pembagian dividen yang baik dari anak usaha inti perseroan. Di sisi lain, Pefindo menegaskan bahwa peringkat ini dibatasi oleh leverage keuangan yang moderat, akses tidak langsung terhadap arus kas operasional anak perusahaan dan juga risiko yang melekat dengan segmen inti operasi Perusahaan. Secara bersamaan Pefindo juga memutuskan untuk merevisi Outlook Barito Pacific menjadi negatif dari sebelumnya yang dinyatakan stabil. Terkoreksinya Outlook perseroan ini seiring dengan arus kas masuk yang lebih rendah dari anak usaha perseroan yakni Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA). Seperti yang diketahui pada Agustus 2020 lalu, Barito Pacific memperoleh fasilitas utang sebesar USD 252,7 juta dari Bangkok Bank. Fasilitas ini akan digunakan perseroan sebagai kontribusi Barito dari segi finansial dalam konstruksi dan pengembangan proyek pembangkit listrik ultra-super critical 2×1.000 megawatt milik Indo Raya Tenaga. Rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA dan FFO terhadap pinjaman BRPT diproyeksikan akan melemah menjadi sekitar 4,4x dan 7,6% secara rata-rata untuk dua tahun ke depan dibandingkan 3,3x dan 9,9% per posisi 31 Desember 2019. (Investor Daily)

-MACROECONOMY-
Dana PEN Korporasi IDR 53,57 Triliun Belum Tersalurkan. Pemerintah menganggarkan IDR 53,57 triliun untuk pembiayaan korporasi dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2020. Namun, hingga saat ini anggaran program yang diperuntukkan bagi korporasi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini sama sekali belum tersalurkan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pagu tersebut dialokasikan untuk tiga program. Pertama, penempatan dana untuk restrukturisasi korporasi padat karya sebesar IDR 3,42 triliun. Kedua, penyertaan modal negara (PMN) senilai IDR 20,5 triliun. Ketiga, investasi pemerintah untuk modal kerja BUMN IDR 29,65 triliun. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, masih tunggu waktu yang tepat untuk menyalurkan anggaran pembiayaan perusahaan BUMN dan korporasi padat karya. Padahal seluruh anggaran program PEN termasuk pembiayaan korporasi harus terserap di tahun ini sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2020 Nomor 23 yang merupakan payung hukum program PEN. Artinya kurang dari tiga bulan pemerintah harus segera mencairkan anggaran yang bertujuan untuk membantu cash flow korporasi swasta dan BUMN. (Kontan)

-RECOMMENDATION-
Demonstrasi dan Penurunan Cadev, Tutup Sentimen Sepekan. Rupiah dalam tren menguat sepekan, di tengah sentimen positif stimulus AS. Sementara itu, aksi demo penolakan UU Ciptaker tidak cukup untuk menahan penguatan rupiah tersebut. Nilai tukar rupiah menguat 5 hari berturut-turut, melewati level psikologis IDR 14.800/USD akhir pekan lalu. Pada Jumat, rupiah menguat tipis 0,07% ke level IDR 14.675/USD. Secara mingguan, rupiah menguat lebih dari 1% dari pekan sebelumnya IDR 14.830/USD. Apresiasi rupiah ini, seiring pemerintah mengesahkan RUU Omnibus Law Cipta Kerja pada hari pertama pekan lalu, lebih cepat dari yang dijadwalkan pada 8 Oktober. Sementara itu, penurunan cadev hampir senilai USD 2 miliar bulan September, tidak cukup menahan apresiasi rupiah tersebut. Sentimen eksternal AS, investor global tengah mengantisipasi pembicaraan stimulus yang mengindikasikan akan ada dana segar miliaran dolar AS yang disalurkan ke sektor riil. Investor dapat mulai mencermati PBS027, PBS026, PBS025, dan PBS028. Keempat seri tersebut adalah seri-seri yang akan ditawarkan pada lelang Sukuk Selasa besok.