Ketiga indeks saham utama AS harus ditutup di teritori negatif setelah para pelaku pasar memperhitungkan kemungkinan US Federal Reserve menahan laju kenaikan suku bunga pada FOMC Meeting mendatang 13-14 Juni. Mendukung pemikiran tersebut, US Services PMI (May) secara tak terduga rilis lebih rendah ke angka 54.9, lebih rendah dari forecast 55.1 namun sesungguhnya masih relatif ekspansif dari periode sebelumnya; dengan demikian menempatkan S&P Global Composite PMI (May) di posisi yang sedikit terkontraksi dari estimasi walau masih cukup aman di atas level batas 50. Factory Orders (Apr.) dan ISM Non-Manufacturing PMI (May) juga sama-sama dirilis di bawah angka perkiraan, dengan demikian tanda-tanda perlambatan ekonomi ini menumbuhkan 80% harapan para pelaku pasar bahwa The Fed punya cukup alasan untuk mengerem trend naik FFR, seperti dilansir dari CME Group Fedwatch Tool. Sebaliknya di belahan dunia lain, Chinese Composite PMI berhasil ekspansi ke tingkat 55.6 lebih tinggi dari periode sebelumnya 52.9, ditopang oleh sektor jasa mereka. Jerman pun berhasil meningkatkan surplus Trade Balance (Apr.) mereka ke angka EUR 18.4 milyar, lebih tinggi EUR 3.5 milyar dari periode sebelumnya. Secara PMI (May), Jerman, Inggris, dan Zona Euro keduanya memang masih berjuang untuk tetap berada di jalur ekspansi. Dari sudut komoditi, sembilan negara OPEC+ telah setuju untuk memperpanjang masa pemotongan produksi sampai Desember 2024, dari Desember 2023 sebelumnya; menimbang outlook global demand yang masih lemah.

Dari dalam negeri, Indonesia merilis sejumlah data ekonomi menarik terkait perputaran roda ekonomi & angka Inflasi. Dimulai dari turis manca negara yang tiba di Indonesia meningkat 276.31% yoy pada April 2023, ditopang oleh recovery pada sektor wisata seiring dicabutnya larangan mobilitas seperti saat pandemi. Adapun Indonesia melaporkan tingkat Inflasi (May) jatuh ke tingkat terendah 12 bulan pada level 4%, dari 4.33% di bulan April serta sukses lebih rendah dari konsensus 4.22%. Inflasi Inti juga semakin menjauh dari batas aman BI di 3%, mendarat di level terendah 11 bulan yaitu 2.66%, melandai dari forecast & previous yang berada di sekitar 2.8%. NHKSI RESEARCH menilai IHSG sedang mencari motivasi yang lebih solid agar mampu menembus Resistance pertama di angka 6660 untuk mengakhiri trend turun jangka pendek ini. Market punya kemungkinan bergerak Sideways seperti ini sampai setidaknya keluar keputusan suku bunga The Fed pada 14 Juni nanti, walau tak tertutup kemungkinan masih banyak kesempatan trading di pasar modal Indonesia.

Download full report HERE.