Dow Jones kembali ditutup menghijau pada perdagangan Senin (24/07/23) dan mencatatkan kemenangan 11 hari berturut-turut (terbanyak dalam 6 tahun) seiring para investor memantau rilis laporan keuangan 2Q23 sektor-sektor lain selain Teknologi; serta menyambut FOMC Meeting pekan ini. Seperti diketahui, Nasdaq Composite Index yang padat teknologi telah menguat 34,3% tahun ini, mengungguli rekan-rekannya karena perusahaan megacap yang sensitif terhadap perubahan suku bunga naik di tengah optimisme tentang kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan potensi berakhirnya siklus pengetatan Fed. Akhirnya sekarang para investor beralih mencari saham non-Teknologi yang harganya masih laggard, menyebabkan terjadinya rotasi sektor ke saham-saham Energi dan Bank. Dow membukukan kemenangan beruntun terpanjang sejak Februari 2017, ditopang oleh saham Chevron yang naik hampir 2% karena raksasa minyak itu melaporkan prediksi pendapatan kuartalan yang optimis selama akhir pekan kemarin. Saham-saham Energi juga didukung oleh kenaikan harga minyak ke level tertinggi April di tengah spekulasi bahwa pemotongan pasokan OPEC+ akan memperketat kondisi pasar. Secara keseluruhan, laba kuartal 2 / 2023 ini diperkirakan turun sebesar 7,9%, dikutip dari data Refinitiv. Adapun para trader mengabaikan survei S&P Global Composite PMI (Juli) yang menunjukkan aktivitas bisnis AS bulan Juli masih di level kontraksi terendah lima bulan (walau sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya), terseret oleh perlambatan pertumbuhan sektor jasa. Sementara itu dari sudut suku bunga AS, Federal Reserve sedianya mengadakan FOMC Meeting yang berlangsung pada hari Selasa-Rabu 25-26 Juli, di mana rencana kenaikan suku bunga 0,25% saat ini telah hampir sepenuhnya dinantikan oleh para pelaku pasar, menurut Fed Rate Monitor Tool dari Investing.com. Mayoritas ekonom memperkirakan kenaikan 25 bps bulan ini bisa saja merupakan kenaikan terakhir dari siklus pengetatan moneter saat ini, setelah data menunjukkan tanda-tanda disinflasi; sehingga menempatkan Fed Fund Rate memuncak di level 5,375% untuk tahun ini. Untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga lainnya, imbal hasil Treasury naik pada hari Senin, dengan imbal hasil Treasury 2 tahun, yang lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga Fed, naik menjadi 4,9%. Update rilis data PMI kemarin: baik dari Jepang, maupun Jerman, Perancis, Euro Zone, dan Inggris; seluruhnya tidak ada yang menunjukkan aktivitas bisnis masing-masing negara yang ekspansif di bulan Juli, baik dari sektor manufaktur maupun jasa, semuanya menunjukkan pelemahan dari bulan sebelumnya yang memang sudah masuk ke wilayah kontraksi. Dari benua Asia, Korea Selatan pagi ini telah melaporkan GDP kuartal 2/2023 yang mana pertumbuhannya berhasil melampaui ekspektasi, menjadi 0.6% qoq dan 0.9% yoy. Indonesia hari ini akan menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) atas suku bunga acuan BI7DRR di mana diharapkan tetap di level 5.75%. Sore harinya Jerman akan merilis German IFO Business Climate Index (Juli) yang akan menggambarkan kondisi usaha saat ini dan ekspektasi 6 bulan ke depan. Malam harinya, para pelaku pasar akan memantau data US Consumer Confidence (Juli) di mana diharapkan menguat ke level 111.5 dari bulan Juni di 109.7.
IHSG kemarin semakin menancapkan kuku di teritori positif bergerak semakin dekat kembali menuju Resistance kritikal 6950-6970. Closing yang definitive di atas area tersebutlah yang akan mengakhiri trend Sideways sejak awal tahun ini dan kembali menempatkan IHSG di wilayah kepala 7. Oleh karena itu, ADVISE: AVERAGE UP bertahap merupakan yang paling bijak untuk diterapkan saat ini.
Download full report HERE.