Today’s Outlook:

• Indeks saham global naik pada perdagangan hari Senin (23/09/24) setelah para pejabat Federal Reserve menyatakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar 50bps minggu lalu sudah tepat ; sementara itu Euro melemah terhadap Dollar karena data aktivitas bisnis di Zona Euro mengecewakan. Imbal hasil US Treasury naik karena investor obligasi terus memperkirakan tidak akan ada resesi dalam waktu dekat di negara dengan ekonomi terbesar dunia ini. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 61,29 atau 0,15%, menjadi 42.124,65, S&P 500 menguat 0,28% (tinggal 0.3% dari titik rekor tertingginya pekan lalu), dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,14%. Indeks Russell 2000, yang melacak saham-saham berkapitalisasi kecil, turun 0,25%. Indeks saham global MSCI naik 2,68 poin, atau 0,32%, menjadi 840,05. Indeks Eropa STOXX 600 naik 0,4%.

• MARKET SENTIMENT: Komentar para pembuat kebijakan AS menjadi sorotan dan semacam pendukung aura bullish pasar setelah The Fed minggu lalu memulai kebijakan pelonggaran dengan pemotongan suku bunga setengah poin. Tiga Presiden The Fed dari berbagai negara bagian: Kashkari, Goolsbee, dan Bostic sepakat bahwa keputusan pekan lalu adalah tepat diambil dan mereka mengharapkan banyak lagi pemotongan suku bunga dalam setahun ke depan, secara ekonomi AS telah mendekati tingkat Inflasi & Pengangguran yang normal. Futures Fed Fund Rate telah memperhitungkan peluang 54% untuk pemotongan yang lebih kecil sebesar 25 basis poin pada pertemuan November, dengan peluang 46% untuk pelonggaran yang lebih besar sebesar 50 basis poin, demikian menurut survey LSEG. Untuk tahun 2024, futures mengindikasikan pemotongan total sekitar 78 basis poin. Ahli strategi CITI GROUP memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan November, sebuah keputusan yang akan sangat dipengaruhi oleh laporan ketenagakerjaan bulan Sept ini.

• INDIKATOR EKONOMI: Rilis data ekonomi menjadi semakin penting karena valuasi saham telah naik tinggi.

— S&P Global menunjukkan PMI EUROZONE mengalami kontraksi tajam bulan ini karena industri jasa dominan di blok tersebut stagnan, sementara penurunan di sektor manufaktur semakin cepat. Sebaliknya, PMI AS stabil pada bulan September, namun harga rata-rata untuk barang dan jasa naik dengan laju tercepat dalam 6 bulan, yang mungkin menunjukkan percepatan inflasi dalam beberapa bulan mendatang.

— What To Expect This Week: CB Consumer Confidence (malam ini), angka final US GDP 2Q (diperkirakan mendekati angka awal 3.0%), US Durable Goods Order, dan yang menjadi highlight utama: Personal Consumption Expenditure (PCE) price index di hari Jumat.

• CURRENCY & FIXED INCOME:

— DOLLAR INDEX (DXY), yang mengukur kekuatan Dollar AS terhadap sekeranjang mata uang dunia lainnya termasuk YEN dan EURO, naik 0,14% menjadi 100,92. Terhadap Yen Jepang, Dollar melemah 0,21% menjadi 143,61.

— YIELD US TREASURY dengan jangka waktu 7 hingga 30 tahun – sebelumnya naik ke level tertinggi dalam 3 minggu. Ini semakin memperlebar kurva imbal hasil, yang merupakan barometer prospek ekonomi AS, dengan selisih antara imbal hasil 2 dan 10 tahun mencapai 17,9 basis poin, merupakan yang paling curam sejak Juni 2022. Imbal hasil pada obligasi acuan AS bertenor 10 tahun naik 2,3 basis poin menjadi 3,751%, dari 3,728% pada akhir Jumat.

• KOMODITAS: Setelah mengantongi kenaikan 4% pekan lalu didukung oleh pemotongan besar suku bunga AS serta sinyal pemangkasan biaya pinjaman lebih lanjut di sisa tahun ini, harga MINYAK balik merosot setelah membaca data aktivitas bisnis Eurozone yang mengecewakan. US WTI turun 63 sen menjadi USD 70,37 / barel dan BRENT turun 58 sen menjadi USD 73,90. Di sisi lain, potensi gangguan pasokan akibat KONFLIK TIMUR TENGAH di mana terjadi serangan udara Israel terhadap target Hezbollah – Lebanon pada hari Senin menjadi pendukung harga minyak. Setelah hampir setahun berperang di Gaza, Israel mengalihkan fokusnya ke perbatasan utara, tempat Hezbollah menembakkan roket untuk mendukung sekutunya, Hamas – Iran. Kekuatiran bahwa Iran akan semakin terlibat, bisa meningkatkan kemungkinan ekspor minyak terancam.

• MARKET ASIA: Para investor sedang memperdebatkan apakah pelonggaran moneter global mungkin dimulai terlalu lambat untuk menghentikan gejala resesi. Bank sentral CHINA akhirnya menurunkan suku bunga repo 14-hari (sekaligus menyuntikkan likuiditas) sebesar 10 basis poin, beberapa hari setelah mengecewakan pasar dengan tidak menurunkan suku bunga jangka panjang. BANK OF JAPAN adalah satu-satunya bank sentral dunia yang menaikkan suku bunga, para investor akan menanti pidato Gubernur Kazuo Ueda pada hari Selasa untuk mendapatkan petunjuk mengenai laju dan tingkat pengetatan. BOJ tidak mengubah suku bunga pada hari Jumat dan mengisyaratkan tidak terburu-buru untuk menaikkannya lagi. Namun sebelum pidato tsb, pelaku pasar menantikan data PMI Manufaktur & Jasa (Sep) yang segera dirilis pagi ini. Dini hari ini KOREA SELATAN telah melaporkan PPI yang mengalami deflasi 0.1% mom di bulan Aug, dengan demikian secara tahunan PPI turun ke level 1.6% yoy, dari 2.6% periode sebelumnya.

• MARKET EROPA: SWISS NATIONAL BANK akan bertemu pada hari Kamis dan pasar sepenuhnya memperkirakan pemotongan suku bunga seperempat poin menjadi 1,0%, dengan peluang 41% untuk pelonggaran sebesar 50 basis poin. GERMAN IFO BUSINESS CLIMATE INDEX (Sept) akan jadi sorotan secara kemarin angka PMI Eurozone tampil mengecewakan, dengan demikian outlook pesimis sudah diprediksi akan kembali memayungi ekspektasi bisnis 6 bulan ke depan di negara ekonomi terbesar Eropa ini.

• IHSG ditutup naik 32.7pts / +0.42% ke level 7775.73, dijaga well above MA20 namun tidak cukup kuat menembus ke atas MA10 / Resistance 7792 atau level 7800 lagi. Mau tak mau hal ini cukup membuat pertanyaan pada pelaku pasar, apakah konsolidasi lanjutan masih akan terjadi hari ini walau di satu sisi belanja asing masih konsisten masuk, kali ini sebesar IDR 1.01 triliun (RG market). Posisi nilai tukar RUPIAH juga nyaman di bawah IDR 15200 / USD. NHKSI RESEARCH menilai despite market high volatility apalagi karena ricuhnya issue BREN – FTSE RUSSELL, mungkin masih tersedia trading opportunities jika kita jeli rotasi sektor, namun sedianya tetap menyarankan untuk mengurangi posisi pembelian dari biasanya demi mengantisipasi gejolak konsolidasi yang sewaktu-waktu bisa muncul.

Company News

• HRTA: Rilis Obligasi IDR 900M, Bunga 6.75-7.75 Persen
• PGEO: Perkuat Kolaborasi untuk Pengembangan Panas Bumi di Indonesia
• RAJA: Melejit 55 Persen, Medio 2024 RAJA Raup Laba USD14,29 Juta

Domestic & Global News
Cukai Rokok Dipastikan Tak Naik Tahun Depan, Ini Alasannya!
Samsung Investasi IDR 27.36 Triliun di Vietnam, Bangun Pabrik Layar OLED

Download full report HERE.