Today’s Outlook:
• Pasar saham mundur pada perdagangan hari Selasa (21/11/23) di mana S&P500 dan Nasdaq menghentikan 5 sesi kemenangan berturut-turut seiring turunnya saham Retail setelah beberapa outlook yang meragukan terutama di tengah musim belanja masa liburan; ditambah lesunya saham-saham Teknologi besar. Sentimen yang paling mendominasi adalah rilisnya Notulen Rapat Federal Reserve terakhir, di mana berisikan pendapat para pembuat kebijakan yang masih cenderung mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama. Para pejabat The Fed masih mengambil pendekatan yang cukup berhati-hati mengenai kebijakan moneter sampai mereka mendapatkan bukti-bukti yang jelas bahwa Inflasi memang telah berhasil ditekan. Tidak adanya petunjuk mengenai pemotongan suku bunga juga menambah ketidakjelasan berakhirnya trend suku bunga The Fed ini, walau para pelaku pasar perhitungkan peluang pemotongan suku bunga yang lebih besar mampu terwujud pada pertemuan bank sentral AS tersebut bulan Mei 2024 nanti. AS melaporkan Existing Home Sales (Okt.) lebih rendah dari perkiraan di angka 3.79 juta (vs forecast 3.9 juta unit) sehingga secara bulanan penjualan rumah yang ada untuk bulan November turun -4.1% mom. Malam ini akan dinantikan data Durable Goods Orders (Okt.) dan Initial Jobless Claims mingguan; serta pandangan ekonomi dari Univ. of Michigan mengenai Inflasi dan ekspektasi konsumen terhadap dunia usaha selama 6 bulan ke depan.
• KOMODITAS: Harga Minyak turun pada perdagangan Selasa, menyerahkan kembali kenaikan harga yang telah terjadi sebelumnya seiring para trader bersikap hati-hati menjelang OPEC+ meeting pada akhir pekan. Laporan inventory mingguan dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) dijadwalkan keluar pada hari Selasa dan Rabu esok.
• IHSG turun pada hari Selasa setelah Bank Indonesia melaporkan Transaksi Berjalan (Current Account) kuartal 3/2023 mengalami defisit. Indonesia mencatat defisit Transaksi Berjalan sebesar USD860 juta (0,2% PDB) pada kuartal ketiga tahun 2023, turun dari surplus sebesar USD4,63 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini adalah defisit Current Account selama dua kuartal berturut-turut, karena surplus perdagangan menyempit tajam menjadi USD10,27 miliar pada Q3 tahun 2023 dari USD17,62 miliar pada periode yang sama tahun 2022, di tengah moderasi harga komoditas. Pada tiga kuartal pertama tahun 2023, Current Account mencatat defisit sebesar USD100 juta, berbalik dari surplus sebesar USD9,13 miliar pada periode yang sama tahun 2022.
• Sepinya sentimen dari regional market hari ini membuat para investor/trader Indonesia harus berkiblat kepada katalis dalam negeri. NHKSI RESEARCH memperkirakan adanya kebangkitan pada harga beberapa komoditas mungkin dapat menggairahkan sektor sumber daya alam (Mining, Energy, Plantation) hari ini.

Company News
• BNGA : Pefindo Tarik Peringkat Surat Utang Bank CIMB Niaga
• WIRG : Garap Teknologi Imersif dan AI di Sektor Ritel
• UNTR : Revisi Ketersediaan Pinjaman Anak Usaha

Domestic & Global News
• Neraca Pembayaran RI Kuartal III Kembali Defisit, Bunga Acuan Berpotensi Naik?
• Saudi Teken Pertukaran Mata Uang IDR 108 Triliun dengan China, Sinyal Masuk BRICS?

Download full report HERE.