Today’s Outlook:

• Kebanyakan pasar saham anjlok pada hari Senin (13/01/25), sementara imbal hasil obligasi US Treasury tenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam 14 bulan seiring tangguhnya ekonomi AS dan kuatnya Inflasi yang terus mendorong para investor untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan menghentikan siklus pelonggarannya. Nasdaq harus turun 0,38%, sementara indeks acuan S&P 500 bangkit dari level terendah 2 bulan dan berakhir dengan naik tipis 0,16%, dan Dow Jones Industrial Average terapresiasi 358,67 poin / +0,86% ke level 42.297,12. Indeks saham MSCI global juga tergelincir 0,25%, menjadi 831,79. Indeks Eropa STOXX 600 melemah 0,55%.

• MARKET SENTIMENT : Investor dengan cemas menunggu pembacaan US CPI (Dec) di hari Rabu, sementara US PPI akan mendahului malam nanti dirilis sekitar jam 2030WIB , di mana konsensus mengatakan Inflasi di tingkat produsen AS mungkin naik 0.4% secara bulanan , berbanding angka yang sama utk bulan sebelumnya. Pasar mempersiapkan diri untuk kejutan kenaikan seberapapun yang dapat memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan menghentikan pemotongan suku bunganya. Jajak pendapat ekonom yang di-polling oleh Reuters memberikan prediksi rata-rata untuk kenaikan tahunan sebesar 2,9%, naik dari 2,7% di bulan November, dan untuk kenaikan bulanan sebesar 0,3%. Seperti diketahui, para investor telah dihantui oleh kekuatiran trend Inflasi kembali memanas akibat kebijakan tarif, migrasi, dan pajak pemerintahan Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan datang. Pasar memperkirakan sekitar 27 basis poin pemotongan dari The Fed tahun ini, dengan peluang terbesar 52,9% pada pemotongan di bulan Juni. FOMC MEETING berikutnya dijadwalkan pada 28-29 Januari dan ramai diperkirakan hanya akan menghasilkan keputusan suku bunga tetap tak berubah.

• MUSIM LAPORAN KEUANGAN kuartal keempat bagi perusahaan AS juga akan dimulai pekan ini di mana akan dipantau result dari beberapa bank AS terbesar termasuk JPMorgan Chase. Investor berharap bisa melihat laba perusahaan yang kuat yang berasal dari ekonomi yang solid, bukan dari inflasi yang lebih rendah ataupun yang berasal dari ekonomi yang melemah.

• MARKET ASIA & EROPA : CHINA laporkan adanya peningkatan di atas ekspektasi pada pertumbuhan Ekspor – Impor mereka di bulan Desember, menghasilkan surplus Trade Balance (Dec) yang lebih kuat. Hari ini menyusul data Pinjaman Baru (New Loans) mereka untuk bulan Dec yang juga diharapkan semakin bertumbuh. Sementara di benua Eropa, JERMAN & EUROZONE menantikan angka ZEW Economic Sentiment untuk masing-masing region, demi meramalkan optimisme dunia usaha dalam jangka waktu 6 bulan ke depan.

• CURRENCY & FIXED INCOME : DOLLAR INDEX sempat mencapai level tertingginya dalam lebih dari 2 tahun di peak 110,17, sebelum akhirnya ditutup naik 0,26% di level 109,94. EURO turun 0,23% menjadi $1,022. Terhadap YEN Jepang, Dolar melemah 0,03% menjadi 157,64.

• YIELD US TREASURY acuan tenor 10 tahun menyentuh level tertinggi dalam 14 bulan sebesar 4,805% dan terakhir naik 1,6 basis poin pada 4,79%.

• KOMODITAS : Harga MINYAK naik sekitar 2% ke level tertinggi 4 bulan karena para trader memperkirakan sanksi AS yang lebih luas terhadap minyak Rusia akan memaksa pembeli di India dan China untuk mencari pemasok lain. Minyak mentah AS alias US WTI naik $2,25 menjadi $78,82 per barel dan BRENT naik menjadi $1,25 menjadi $81,01. Goldman Sachs memperkirakan bahwa kapal-kapal Rusia yang menjadi sasaran sanksi baru mengangkut 1,7 juta barel minyak per hari (bpd) pada tahun 2024, atau 25% dari ekspor Rusia. Bank tsb meneguhkan proyeksinya untuk kisaran harga Brent $70-$85 akan condong ke arah bullish. Lonjakan harga energi menambah keresahan investor atas potensi terdongkraknya Inflasi, namun pada saat yang sama Dollar AS yang lebih kuat juga dapat mengurangi permintaan energi karena akan membuat minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli non-AS. Ditambah lagi oleh suku bunga yang masih harus tinggi, yang sejatinya digunakan untuk mengatasi kenaikan inflasi, juga dapat mengurangi permintaan energi karena akan tingkatkan biaya pinjaman dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

• Dengan menguatnya Dolar, EMAS turun 0,9% menjadi $2.664,49 per ons. Emas umumnya berbanding terbalik dengan yield obligasi & Dollar.

• IHSG turut anjlok terpengaruh sentimen negatif global, turun 71,99 poin / -1,02% ke level 7.016,88, sementara indeks LQ45 merosot – 1,15% ke level 810,97. Foreign Net Sell terjadi sebesar IDR 407.78 milyar (RG market), RUPIAH terjerembab ke titik terendah bulan Desember lalu, sempat berada di level High 16,347 / USD , selangkah lagi mencapai peak tahun 2024 pada 16,490. Walau terdetek si RSI negative divergence pada USD/IDR yang menyiratkan adanya potensi trend reversal pada penguatan USD saat ini , NHKSI RESEARCH merasa butuh lebih banyak katalis positif untuk mengangkat IHSG yang lagi-lagi tengah menguji level Support keramat 7000. Para investor / trader perlu menyadari bahwa jika IHSG tak kunjung naik ke atas Resistance terdekatnya 7085-7135 maka masih terbuka ancaman untuk IHSG lanjutkan konsolidasi ke arah 6800 dalam trend turun ini. Perhatikan sektor Finance khususnya posis

Company News

• ANTM & AKRA: Borong Lahan, ANTM Kebut Pembangunan Smelter KEK Gresik
• LABA: Green Power (LABA) Gandeng ZTE Garap Proyek PLTS – Fotovoltaik
• GJTL: Lunasi Utang, GJTL Cairkan Fasilitas IDR 4,4 Triliun

Domestic & Global News
Pemerintah Ingin Paksa Lembaga Keuangan Danai Hilirisasi, DPR: Harus Ada Insentif
Sanksi AS yang Diperberat Akan Batasi Pasokan Minyak Rusia ke China dan India

Download full report HERE.