Today’s Outlook:

MARKET AS: Prospek The Fed untuk menurunkan suku bunga berdasarkan data Inflasi AS yang baru muncul menunjukkan harga barang & jasa turun lebih rendah dari perkiraan pada bulan May, sehingga memicu optimisme bahwa tren disinflasi tetap intact. Adapun US CPI terbaru menunjukkan pertumbuhan 3.3% yoy, melandai 0.1% dari April. Secara bulanan, pembacaan Inflasi melambat secara IHK tersebut flat 0.0%, dibanding 0.3% pada bulan sebelumnya. Federal Reserve mempertahankan suku bunga tetap stabil untuk ke-delapan kalinya berturut-turut pada keputusan FOMC Meeting hari Kamis dinihari WIB, namun kini hanya melihat 1 kali chance penurunan suku bunga di tahun ini (dibanding perkiraan sebelumnya di bulan Maret sebanyak 3 kali penurunan), karena inflasi diperkirakan akan cenderung lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Para pejabat The Fed sekarang melihat suku bunga acuan akan turun menjadi 5.1% tahun ini, dan 4.1% pada 2025, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 3.9% ; sebelum akhirnya turun menjadi 3.1% pada tahun 2026. Narasi ini bisa terkesan lebih hawkish lagi secara outlook satu kali rate cut di tahun ini sebenarnya tidak mendapat dukungan dari 4 anggota komite bank sentral yang lebih mendukung tidak adanya pemotongan suku bunga tahun ini. Tanda2 menunjukkan para pejabat bank sentral AS juga berpandangan bahwa kebijakan moneter akan bersifat lebih ketat dalam jangka panjang, secara mereka menaikkan perkiraan CORE CPI , yang merupakan ukuran inflasi yang lebih disukai The Fed, diperkirakan sebesar 2.8% pada tahun 2024, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 2.6%. Untuk tahun 2025, inflasi inti diperkirakan sebesar 2.3%, naik dari sebelumnya 2.2%. Prospek inflasi yang lebih kaku tidak disertai dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat karena anggota bank sentral tidak mengubah perkiraan produk domestik bruto, atau PDB, sebesar 2.1% untuk tahun ini dan 2% untuk tahun depan. Sementara itu, di pasar tenaga kerja, tingkat pengangguran terlihat sebesar 4% tahun ini, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya di bulan Maret, namun kini diperkirakan akan meningkat menjadi 4.2% tahun depan, naik 0.1% dari proyeksi sebelumnya sebesar 4.1%. Dalam konferensi persnya, Fed Chairman Jerome Powell mengakui data inflasi telah mendingin dari perkiraan, namun mengatakan komite akan terus memantau data ekonomi untuk menentukan kebijakan moneter ke depannya. Oleh karena itu, beliau pun tidak mengkonfirmasi apapun terkait potensi penurunan suku bunga di bulan September ataupun berkomitmen terhadap peluang pivot di masa depan. Pelaku pasar menyikapi pernyataan Powell atas Ringkasan Proyeksi Ekonomi atau yang dikenal dengan “dot plots” ini sebagai langkah konservatif dan masih mengindikasikan bahwa peluang lebih dari 1 rate cut tahun ini masih terbuka. INDIKATOR EKONOMI penting dari AS malam ini berlanjut seperti biasa : data mingguan Initial Jobless Claims dan US PPI (May) yang akan tunjukkan Inflasi di tingkat produsen apakah akan memanas ke level 2.5% yoy seperti yang diperkirakan.

MARKET ASIA & EROPA : Bicara mengenai CPI, CHINA kemarin luncurkan data Inflasi (May) yang ternyata masih menunjukkan gejala deflasi secara pertumbuhan harga barang & jasa di bulan May masih sama dengan bulan sebelumnya sebesar 0.3% yoy. Secara bulanan , trend deflasi lebih nyata terlihat dengan terdata -0.1% mom dibanding 0.1% pada bulan April. Demikian pula PPI (May) yang masih terbenam di angka deflasi – 1.4% yoy walaupun sedikit lebih baik dari proyeksi -1.5% dan bulan sebelumnya -2.5%. Di benua EROPA, INGGRIS laporkan GDP bulan April di mana pertumbuhan ekonomi tampak stagnan secara bulanan. Tentunya ini akibat Industrial & Manufacturing Production (Apr) yang melemah agak jauh di bawah ekspektasi. JERMAN juga merilis angka CPI mereka di bulan May yang in-line dengan forecast pada 2.4% yoy, berarti memanas 0.2% dari bulan sebelumnya. Di tempat lain, Wakil Presiden EUROPEAN CENTRAL BANK Luis de Guindos mengatakan ECB harus bergerak “sangat lambat” dalam menurunkan suku bunga, karena tingginya ketidakpastian pada prospek inflasi.

KOMODITAS : Harga MINYAK berakhir lebih tinggi pada hari Rabu, karena laporan Inflasi AS yang mendingin mendukung harapan penurunan suku bunga, namun kenaikan tersebut tertahan oleh lonjakan tak terduga dalam pasokan minyak mentah domestik mingguan dan proyeksi Federal Reserve yang hawkish dalam memprediksikan peluang pengurangan suku bunga tahun ini. Futures BRENT naik 0.8% menjadi USD 82.60 / barrel, sementara futures US WTI terapresiasi 0.7% menjadi USD 78.50 / barrel. Data inventaris pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah naik 3,7 juta barrel dalam pekan yang berakhir 7 Juni (menjadi total 459.7 juta barrel), di luar ekspektasi penurunan 1,2 juta barrel. Selain pasokan minyak mentah, stok bensin dan minyak sulingan juga masing-masing naik 2.6 juta dan 881.000 barrel , meragukan harapan bahwa konsumsi bahan bakar di AS akan bisa meningkat seiring dengan dimulainya musim panas yang ramai dengan perjalanan road trip.

Corporate News
Broker Boy Thohir (TRIM) Jajakan Obligasi IDR 388 Miliar
Trimegah Sekuritas (TRIM) akan menawarkan surat utang senilai IDR 388 miliar. Obligasi berkelanjutan tahap II edisi 2024 itu, menyandang peringkat idA dari Pefindo. Surat utang sekuritas Boy Thohir itu, bagian integral dari penerbitan obligasi berkelanjutan dengan target IDR 1.1 triliun. Obligasi itu akan dijamin dengan kesanggupan penuh IDR 100 miliar, dan kesanggupan terbaik IDR 288 miliar. Obligasi itu, diterbitkan tanpa warkat dan ditawarkan dengan nilai 100 persen dibanderol tingkat bunga tetap 7,70 persen per tahun berdurasi 370 hari. (Emiten News)

Domestic Issue
Lelang Ulang Sukuk Negara 19 Mei, Pemerintah Bidik IDR 10 Triliun
Pemerintah akan kembali melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada hari Rabu, tanggal 19 Juni 2024. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara – Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2024. Ada tujuh seri SBSN yang akan dilelang pekan depan. Keseluruhannya merupakan seri sukuk yang pernah diterbitkan sebelumnya (reopening). Ketujuh seri tersebut adalah : Seri SPNS 02122024, jatuh tempo 2 Desember 2024, Seri SPNS 03032025, jatuh tempo 3 Maret 2025, Seri PBS032, jatuh tempo 15 Juli 2026, Seri PBS030, jatuh tempo 15 Juli 2028, Seri PBS004, jatuh tempo 15 Feburari 2037, Seri PBS039, jatuh tempo 15 Juli 2041, dan Seri PBS038, jatuh tempo 15 Desember 2049. Dua sukuk seri SPSN alokasi pembelian non kompetitifnya 75% dari jumlah yang dimenangkan, sedangkan untuk seri PBS 30% dari jumlah yang dimenangkan. Dari lelang tujuh seri sukuk tersebut pemerintah mamasang target indikatif IDR 10 triliun. (Emiten News)

Recommendation

Secara narasi Federal Reserve tidak terlalu dovish dengan hanya mengindikasikan satu pemotongan suku bunga di tahun ini, dengan demikian yield US TREASURY tidak terkonsolidasi lebih dalam dan malah US10YT menunjukkan reaksi rebound ketika Low menyentuh support lower channel pada yield 4.247%. Titik Resistance memang tak lain dan tak bukan masih MA10 & MA20 yang saat ini menghalangi tepat pada titik High 4.426%. Narasi The Fed yang sewaktu-waktu masih bisa berubah ke arah hawkish menyisakan ruang penguatan ke Target upper channel sekitar 4.570%, walau in overall yield memang bergerak dalam trend turun sejak puncaknya bulan April lalu.

ID10YT semakin mantap menembus resistance yield level psikologis 7.0%, dengan demikian membuka potensi penguatan yield lebih lanjut menuju TARGET : 7.30% – 7.325%. ADVISE : antisipasi penurunan harga.

Download full report HERE.