Indeks utama Wall Street menutup bulan Februari di teritori bearish dengan total penurunan 4.19% untuk Dow Jones, 2.61% untuk S&P500, dan 1.11% untuk Nasdaq; berkebalikan dengan pasar obligasi yang nyaman di posisi yield Uptrend. Serangkaian data ekonomi AS yang dirilis pekan lalu menyatakan menggiatnya kegiatan manufaktur & jasa, seperti: pesanan barang manufaktur & harga bahan baku mentah = semua naik; membawa S&P Global Composite PMI (Feb.) masuk ke area ekspansif. Daya beli masyarakat juga masih kencang, terbukti dari data Pending Home Sales (Jan.) melonjak tinggi 8.1% MoM (vs forecast 1%, vs previous 1.1%) . Data ketenagakerjaan AS tetap solid di mana tingkat pengangguran terus turun dan upah pekerja terus naik. Menyikapi sejumlah laporan di atas, Fed officials berusaha untuk tidak terdengar terlalu hawkish: Atlanta Fed President Raphael Bostic berkomentar bahwa besaran kenaikan suku bunga 25 bps masih bisa diterapkan untuk membatasi resiko tekanan resesi pada ekonom; walau Bank of America memberi peringatan bahwa suku bunga acuan AS bisa bertengger mendekati level 6%.Di sisi lain, Inflasi Inti (Feb.) tampak semakin terkendali dengan turun ke level 3.09% YoY (lebih rendah dari consensus & bulan sebelumnya). Dalam rangka stabilisasi Rupiah, Bank Indonesia mulai mengimplementasikan kebijakan mengendapnya Devisa Hasil Ekspor selama periode tertentu di bank dalam negeri, serta memberikan insentif tingkat bunga yang menarik kepada para eksportir.

This week’s outlook:
Data US Nonfarm Payrolls (rilis Jumat) bakal menjadi laporan penting terakhir yang ditunggu-tunggu para pelaku pasar sebelum FOMC Meeting 21-22 Maret, di mana ada perkiraan penambahan 200 ribu pekerjaan baru bulan Feb. lalu; jauh turun dibanding lonjakan Jan. di angka 517 ribu ; sementara Unemployment Rate (Feb.) diperkirakan tetap stabil sekitar 3,4% (level terendah 5 dekade). Namun sebelum itu, Chairman Federal Reserve Jerome Powell akan tampil di depan Congress untuk mempresentasikan kebijakan moneter tengah tahun dari bank sentral. Komentarnya akan dimonitor dengan ketat apakah kenaikan suku bunga dengan besaran yang lebih besar dari 25 bps akan dipertimbangkan. Pasar modal diperkirakan masih akan bergerak volatile, menyikapi laporan keuangan perusahaan yang akan semakin ramai dirilis, dan sederet data ekonomi global seperti: Construction PMI (Feb.) Inggris, German Retail Sales (Jan.) & CPI (Feb.), GDP 4Q22 Zona Eropa, monthly GDP (Jan.) Inggris, GDP 4Q22 Jepang, China CPI & Trade Balance (Feb.). Semua itu jelas merupakan dinamika yang mendasari keputusan sejumlah bank sentral pekan ini (Japan, Australia, Canada) terkait kebijakan moneter mereka.

Download full report HERE.